fbpx

Rokok elektronik, atau yang dikenal dengan nama vape, saat ini sudah menjadi bagian keseharian dari jutaan penduduk dunia, khususnya mereka yang tinggal di wilayah urban. Memang harus diakui, vape memiliki beberapa kelebihan yang tidak ada pada rokok tembakau konvensional yang dibakar. Karena meningkatnya konsumsi vape di seluruh dunia, para produsen dan perusahaan berlomba-lomba mendirikan toko dan menawarkan produk-produk terbaik yang dapat menarik konsumen. Salah satu kelebihan dari rokok elektronik yang tidak disediakan oleh rokok konvensional yang dibakar adalah, ada beragam rasa yang ditawarkan dalam produk-produk vape. Produk-produk vape yang berbahan dasar cairan memberi kesempatan kepada berbagai produsen dan perusahaan untuk berkreasi dan membuat berbagai rasa untuk menarik hati konsumen, seperti buah-buahan strawberry, jeruk, dan sebagainya.Namun, tidak semua pihak menanggapi fenomena penggunaan vape yang semakin meningkat ini dengan positif, khususnya terkait dengan rokok elektronik yang mengandung perasa. Beberapa pemerintahan merespon fenomena tersebut dengan melarang seluruh penjualan produk-produk yang menggandung rasa tertentu.Alasan yang kerap dikemukakan untuk menjustifikasi kebijakan tersebut adalah rokok elektronik yang mengandung perasa dapat semakin menarik anak-anak dan remaja untuk mengkonsumsi produk tersebut. Hal inilah yang ingin dihindari oleh berbagai pemerintahan di dunia melalui kebijakan pelarangan produk-produk vape yang mengandung perasa.Alasan lain yang juga digunakan sebagai pembenaran atas kebijakan tersebut adalah munculnya beberapa kasus penyakit pernafasan yang dianggap oleh aparat penegak hukum disebabkan oleh penggunaan vape. Di Amerika Serikat beberapa bulan lalu misalnya, terjadi beberapa kasus orang-orang yang dilarikan ke rumah sakit karena menderita penyakit pernafasan yang disebabkan oleh penggunaan produk-produk rokok elektronik (CNN, 19/09/2019).Merespon kejadian tersebut, pada bulan Februari 2020 lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengeluarkan kebijakan yang melarang penjualan produk-produk rokok elektronik yang mengandung perasa, dan hanya mengizinkan produk-produk rokok elektornik dengan rasa netral atau menthol (NBC News, 06/02/2020).

Lantas, apakah kebijakan pelarangan ini merupakan sesuatu yang tepat?*****Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus melihat terlebih dahulu akar penyebab dari munculnya kebijakan pelarangan produk-produk rokok elektronik yang menggunakan perasa tersebut. Sehubungan dengan beberapa kasus penyakit pernafasan yang muncul di Amerika Serikat sebagai akibat dari penggunaan rokok elektronik, hal ini merupakan penjelasan yang kurang tepat sesuai dengan fakta di lapangan.Memang benar bahwa, kasus-kasus penyakit pernafasan yang muncul tersebut disebabkan oleh para pengguna vape. Namun, yang sangat penting untuk dicantumkan adalah, hal tersebut disebabkan oleh penggunaan vape ilegal yang berbahaya, dan bukan vape legal. Pada bulan September tahun 2019 lalu, aparat keamanan Amerika Serikat menangkap 2 orang bersaudara yang menjalankan bisnis vape ilegal tersebut (Fox News, 15/09/2019).

Melarang produk legal, apapun produknya, untuk mencegah dampak berbahaya yang disebabkan oleh produk serupa yang ilegal adalah kebijakan yang sangat tidak tepat dan justru sangat berbahaya bagi konsumen. Bila pemerintah melarang produk-produk vape legal yang menggunakan perasa, hal tersebut justru akan berpotensi besar semakin menyuburkan pasar vape ilegal yang menggunakan perasa, yang justru dapat sangat membahayakan bagi kesehatan para konsumen.Terkait dengan kekhawatiran produk-produk vape yang menggunakan perasa akan berpotensi menarik hati anak-anak dan remaja, memang benar konsumsi nikotin oleh anak-anak di bawah usia adalah hal yang harus kita cegah. Produk-produk vape atau rokok elektronik memang bukan sesuatu yang untuk dikonsumsi oleh anak-anak.Namun, bukan berarti lantas hal ini bisa menjustifikasi pelarangan seluruh produk-produk vape yang mengandung perasa. Kebijakan ini jsutru akan semakin membatasi opsi yang bisa dimiliki oleh pengguna vape dewasa.Adanya produk-produk vape yang mengandung perasa merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang membuat banyak perokok mengalihkan kebiasaan mereka dari menggunakan rokok konvensinal yang dibakar ke rokok elektronik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga Consumer Choice Center (CCC), akan semakin banyak para pengguna vape atau rokok elektronik yang akan berpindah ke mengkonsumsi rokok konvensional apabila pemerintah mengeluarkan aturan yang melarang produk-produk rokok elektronik yang menggunakan perasa (Consumer Choice Center, 2020).Berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa negara, secara total pelarangan vape yang menggunakan perasa oleh pemerintah akan membuat mereke kembali menggunakan rokok konvensional. Di Amerika Serikat misalnya, jumlah pengguna vape yang akan beralih ke rokok konvensional apabia aturan tersebut diberlakukan ada 7.700.000 pengguna. Sementara itu, di Belanda ada 260.000 orang, diJerman 1.309.000 orang, di Kanada 955.000 orang, dan di Prancis akan ada 1.600.000 pengguna vape yang akan beralih ke rokok konvensional apabila vape yang menggunakan perasa dilarang (Consumer Choice Center, 2020).

Hal ini tentu merupakan sesuatu yang sangat berbahaya bagi kesehatan piblik, dan harus dapat kita cegah. Rokok konvensioal yang dibakar telah terbukti secara penuh oleh penelitian medis dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis bagi orang-orang yang menggunakannya, seperti berbagai jenis kanker dan serangan jantung.Sebaliknya, vape atau rokok konvensional sudah terbukti jauh lebih aman dan tidak lebih berbahaya bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar. Berdasarkan laporan dari lembaga kesehatan publik Britania Raya, Public Health England rokok elektronik atau vape 95% jauh lebih aman bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar (Public Health England, 2015).Penyebab utama mengapa rokok konvensional adalah sesuatu yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan berbagai penyakit bagi konsumennya adalah karena berbagai zat-zat kimia yang terkandung di dalam rokok tersebut. Berdasarkan laporan dari American Lung Association, di dalam rokok konvensional terdapat lebih dari 7.000 zat kimia, di mana 69 dari zat-zat tersebut merupakan zat yang dapat menyebabkan kanker (American Lung Association, 2019). Hal ini jauh berbeda dengan rokok elektornik atau vape. Bahan utama yang terkandung di dalam cairan vape adalah propylene glycol (PG) dan vegetable glycerin (VG) yang banyak digunakan sebagai bahan perasa makanan, dan sudah dinyatakan aman oleh berbagai lembaga regulator di berbagai negara, salah satunya adalah lembaga pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, Foods and Drugs Administration (U.S. Food and Drugs Administration, 2019).Sementara itu, terkait dengan kekhawatiran penggunaan vape oleh anak-anak di bawah usia bila rokok elektronik yang menggunakan perasa dilaran, maka solusi atas hal tersebut tentu bukan melarang produk vape berperasa sepenuhnya. Hal tersebut justru akan semakin mengurangi insentif para perokok dewasa yang mengguankan rokok konvensional untuk berhenti merokok dan beralih ke produk lain yang lebih aman.Solusi yang tepat untuk mencegah penggunaan dan konsumsi rokok elektronik oleh anak-anak adalah melarang toko-toko menjual produk-produk tersebut ke anak di bawah usia. Bila ada toko atau penjual yang melanggar aturan tersebut, maka akan dikenakan sanksi yang tegas.Sebagai penutup, sudah terbukti bahwa salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya para perokok yang berhenti merokok dan beralih ke produk yang terbukti lebih aman. Jangan sampai kita membuat kebijakan yang semakin menyulitkan mereka dalam melakukan hal tersebut.

Originally published here.

Share

Follow:

More Posts

Subscribe to our Newsletter

Scroll to top
en_USEN