Mes: pmñ2024 f03172024-05-31T13:03:17+00:00pmviernes

Pentingnya Sosialisasi dan Kampanye Edukasi Hak-Hak Konsumen di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Tidak hanya pertumbuhan ekonomi, Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, dan mengalami pertumbuhan penduduk yang bergerak naik. Pada tahun 2013 lalu misalnya, jumlah penduduk Indonesia sebesar 248 juta jiwa. 10 tahun kemudian, di tahun 2023 lalu, jumlah tersebut meningkat menjadi 278 juta jiwa (dataindonesia.id, 11/9/2023).

Tidak hanya jumlah penduduk yang besar, Indonesia juga merupakan negaar dengan ekonmoi yang terus tumbuh, dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5% per tahun dari sejak tahun 1998 (katadata.co.id, 21/5/2018). Adanya jumlah penduduk yang besar conciso, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang positif, tentu menyediakan pasar konsumen yang luar diagonala, dan bisa menarik banyak pelaku usaha.

Namun di sisi lain, fenomena tersebut juga memunculkan tantangan baru. Tidak sedikit berbagai pelaku usaha dan pedagang yang tidak bertanggung jawab, yang mengambil keuntungan melalui kerugian yang dialami oleh konsumennya.

Para mengatasi hal conciso, Indonesia sendiri sudah memiliki kerangka hukum yang ditujukan untuk melindungi hak-hak konsumen Indonesia dari berbagai praktik yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh pelaku usaha. Salah satu kerangka hukum conciso pero adalah Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Dalam Undang-Undang conciso pero dijelaskan mengenai beberapa hak konsumen yang harus dilindungi. Beberapa diantaranya adalah hak katas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai barang atau jasa yang dijual, hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa yang digunakan, dan juga hak untuk mendapatkan advokasi dan perlindungan apabila terjadi sengketa. Selain itu, diatur juga hak konsumen untuk mendapatkan kompensasi dan anti rugi apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai (nasional.kompas.com, 29/4/2022).

Adanya Undang-Undang ini tentu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk memberi kenyamanan dan keamanan bagi para konsumen di Indonesia. Sayangnya, tidak sedikit para konsumen yang masih belum tahu mengenai hak-hak mereka yang dijamin oleh Undang-Undang.

Padahal, kesadaran mengenai hal ini adalah sesuatu yang sangat penting, untuk mencegah terjadinya penyelewengan dari pelaku usaha yang bisa sangat merugikan konsumen. Pada tahun 2016 lalu misalnya, dari survei yag dilakukan oleh Kementerian Perdagangan Indonesia, baru sekitar 22,2% penduduk Indonesia yang mengetahui dan kenal mengenai institusi perlindungan konsumen, tapi masih belum tahu mengenai fungsi dan peranannya (money.kompas.com, 26/4/ 2016).

Melalui Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan Indonesia misalnya, menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di posisi yang cukup rendah. IKK sendiri dipahami sebagai indeks yang digunakan untuk mengukur tingkat keberdayaan konsumen, diantaranya adalah kesadaran dan pemahaman konsumen terhadap haknya, seperti hak untuk mendapatkan ganti rugi apabila menerima produk yang tidak sesuai, dan lain sebagainya.

IKK Indonesia berada di angka 41,7%, dan menunjukkan konsumen di Indonesia cukup mampu untuk menggunakan haknya untuk menentukan pilihan barang terbaik, meskipun hal tersebut baru tercapai di kota besar. Posisi yang baik, disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi I Badan Perlindungan Konsumen Nasional, harusnya IKK Indonesia bisa mencapai skor 80-100 (liputan6.com, 10/7/2020).

Disampaikan oleh Wakil Ketua Badan Perlindungan Konsumen Indonesia misalnya, ada beberapa sebab mengapa perlindungan hak konsumen di Indonesia belum maksimal, diantaranya adalah peraturan yang berbelit dan juga masih rendahnya kesadaran mengenai perlindungan hak konsumen di Indonesia. Dengan demikian, adanya reformasi aturan yang berbelit saja tidak cukup. Dibutuhkan pula sosialisasi dan juga edukasi publik mengenai hak yang dimiliki konsumen di Indonesia (money.kompas.com, 21/4/2019).

Saat ini, sudah ada beberapa inisiatif yang dilakukan oleh beberapa lembaga, termasuk juga lembaga di tingkat daerah. Beberapa waktu lalu misalnya, Walikota Kediri memperkenalkan kepada warganya mengenai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Konsumen di kota tersebut. Lembaga ini memiliki tugas untuk melaksanakan pengawasan terhadap barang dan jasa yang beredar, dan juga konsumen bisa melakukan pengaduan apabila terdapat keluhan yang dialami (kedirikota.go.id, 17/1/2022).

Adanya upaya edukasi ini tentu merupakan hal yang cukup penting. Adanya upaya untuk mensosialisasikan kepada konsumen mengenai hak mereka yang dijamin oleh undang-undang bukan hanya akan membuat konsumen menjadi lebih berdaya, tetapi juga berpotensi dapat meningkatkan kepercayaan antara konsumen dan juga penjual. Dengan konsumen semakin mengetahui haknya, maka ia akan bisa semakin percaya diri untuk melakukan transaksi, dan juga memiliki kepercayaan kepada penyedia barang/jasa yang ia konsumsi karena para konsumen bisa melakukan berbagai langkah apabila produk yang ia dapatkan tidak sesuai.

Sebagai penutup, Indonesia memiliki potensi konsumen yang sangat besar. Mengingat besarnya potensi konsumen di Indonesia, tetapi pada saat yang sama kesadaran mengenai hak konsumen di Indonesia masih rendah. Melalui berbagai upaya dan sosialisasi conciso, diharapkan kesadaran konsumen mengenai haknya dapat meningkat. Dengan demikian, semoga skor Indeks Keberdayaan Konsumen di Indonesia dapat semakin meningkat.

Publicado originalmente aquí

Un organismo se opone a la interdicción de generación de tabaco al Î.-P.-É.

La Agencia para la elección del consumidor exige al gobierno de la Isla del Príncipe Édouard que no pase todo el avance con su proyecto d'interdire la vente de tabac à toute personne née después de una fecha determinada.

Este organismo internacional de defensa de los consumidores, que es una oficina en Ontario, cree que esta iniciativa va a alentar el mercado negro de los cigarrillos.

Para Yaël Ossowski, directora adjunta de la agencia, el plan provincial podría hacer más de mal que de bien.

Cela va promouvoir un marché noir illégal où il n'y aura pas de vérification d'âge ni de réglementation des produits ou de moyens de vérifier leur contenu. Una citación de Yaël Ossowski, directora adjunta de la Agencia para la elección del consumidor

Leer el texto completo aquí

¿El público ha terminado con las salas de cine? Los fracasos de taquilla de 'Furiosa' y 'La película Garfield' indican una tendencia preocupante

La temporada de taquilla de verano tuvo un comienzo difícil durante el fin de semana del Memorial Day. cayendo a su nivel más bajo en casi 30 años en términos de venta de entradas para las películas de renombre que llegan a los cines. “Furiosa: A Mad Max Saga” y “The Garfield Movie” fueron fracasos.

“Garfield” ganó $31,1 millones durante el fin de semana de cuatro días, mientras que “Furiosa” recaudó unos débiles $32 millones. Eso convierte a “Furiosa” en la desafortunada película que establece el nuevo récord de éxito de taquilla del Día de los Caídos con menor recaudación en 30 años, excluyendo 2020, cuando los cines estuvieron mayoritariamente cerrados debido a la pandemia. Ese verano de COVID también vio un flujo constante de cines que proyectaban películas clásicas como “Star Wars”, “Goonies” y “Jurassic Park”.

El anterior poseedor del récord de vergüenza del Día de los Caídos lo tenía la película familiar “Casper”, que se estrenó con $22 millones durante el fin de semana festivo de 1995. Por cierto, gran película…

Esta historia sobre las caídas de taquilla y el declive de las salas de cine es una saga en curso. Las historias se han estado escribiendo solas durante más de una década. Los analistas deben tener cuidado de no precipitarse y declarar muerto el negocio de las salas de cine. Se mantienen muy vivos gracias a un sistema interno establecido por Hollywood donde la mayoría de las películas tienen que llegar a los cines para ser consideradas para los elogios y premios de temporada.

Leer el texto completo aquí

La Oficina de Protección Financiera del Consumidor puede ser legal, pero ya pasó su mejor momento

La Corte Suprema emitió recientemente un decisión sobre la constitucionalidad de una de las agencias más peculiares y menos comprendidas del gobierno federal, la Oficina de Protección Financiera del Consumidor.

A diferencia del Tribunal del Quinto Circuito, que anteriormente dictaminó que el modelo de financiación único de la agencia viola la Constitución, El juez Clarence Thomas argumentó en la opinión mayoritaria que la financiación gubernamental del CFPB "satisface la Cláusula de Apropiaciones".

La CFPB es una agencia federal como ninguna otra. Por un lado, no tiene financiación directa. Sus fondos provienen de la Reserva Federal, nuestro opaco banco central. 

A perpetuidad, la CFPB puede reclamar hasta el 12 por ciento del “superávit” de la Reserva Federal, que son las ganancias que obtiene a través de varios esquemas de liquidez y activos que provienen de la compra y venta de bonos gubernamentales. Ellos también cargo de intereses sobre préstamos a instituciones financieras sin supervisión del Congreso. 

Si bien la estructura de financiación ha pasado el escrutinio legal por el momento, quedan dudas sobre las acciones de la agencia y si la CFPB puede estar perjudicando, en lugar de ayudar, a los consumidores.

El CFPB es el creación del ahora Sen. Elizabeth Warren y fue creado con la intención de vigilar las “prácticas injustas y engañosas” en el sector financiero. Es una versión de la Comisión Federal de Comercio más orientada al consumidor, pero más especializada en servicios financieros al consumidor. 

Desde entonces, se ha convertido en un agente de desprecio para los proveedores de productos financieros y sus clientes, restringiendo la disponibilidad de crédito y dificultando que los consumidores obtengan acceso a capital como préstamos comerciales. 

Por un lado, la CFPB no tiene un proceso tradicional de elaboración de normas que invite y acepte comentarios de los ciudadanos. Difunde reglas sin aportes democráticos, como cualquier otra agencia debe seguir por ley. Esto no sería un factor decisivo para las agencias que supervisan industrias altamente especializadas con alcance limitado, pero es diferente si hablamos de reglas que impactan a todos los bancos y clientes financieros del país.

En segundo lugar, muchos de los fallos de la CFPB se han dirigido a programas de crédito ofrecidos por empresas financieras específicas, lo que revela una aplicación selectiva basada más en factores políticos que en prácticas engañosas reales. Los ex empleados tienen ido en el registro detallando cómo se les ordenó concentrarse en empresas individuales en lugar de en comportamientos específicos. 

Ya sea que se trate de préstamos de día de pago, recompensas de tarjetas de crédito o incluso financiamiento de automóviles, los estadounidenses han recurrido a estos programas obtener crédito y mejorar su nivel de vida. El gran mayoría parecen satisfechos con sus ofertas. 

Y todo ello, a pesar de propia seguridad laxa de la agencia eso ya ha puesto en riesgo a los consumidores.

El año pasado, fue reveló que un miembro del personal de la CFPB envió la información financiera confidencial de casi un cuarto de millón de estadounidenses a su correo electrónico personal, una violación sin precedentes dentro de una agencia federal.

Una de las reglas más controvertidas de la agencia fue el cumplimiento de una promesa de campaña por el presidente Biden para limitar las tarifas de las tarjetas de crédito a solo $8 por mes. A raíz del fallo del Quinto Circuito que puso en duda la financiación de la agencia, esa regla ha sido detenido por un juez federal en Texas. 

Limitar las tarifas puede satisfacer preocupaciones políticas, pero para los estadounidenses que dependen del crédito para pagar sus cuentas o llegar a fin de mes en tiempos difíciles, el crédito está menos disponible. solo duele aquellos los más necesitados de herramientas para salir adelante. Esto incluye a los hogares y empresas minoritarios y más pobres, que sienten la impacto directo cuando el crédito se restringe artificialmente.

El poder y el alcance de la CFPB enfrentarán otro obstáculo cuando la Corte Suprema revise no sólo la reglamentación de la agencia, sino las agencias federales en su conjunto con el caso de Relentless, Inc. contra el Departamento de Comercio de EE. UU..

En el tan anunciado caso de Pesca, el Tribunal se pronunciará sobre la destino de la Doctrina Chevron, la capacidad de las agencias para promulgar reglas más allá del mandato del Congreso. Esto tendría un impacto radical en la capacidad de la CFPB para emitir sus normas y reglamentos sin la autoridad del poder legislativo del gobierno federal.

Los consumidores merecen tanto protección como libertad de elección cuando se trata de bienes y servicios, especialmente cuando se trata del sector financiero.

Los productos financieros únicos que se ofrecen en los Estados Unidos nos brindan una ventaja para mejorar nuestro nivel de vida. El acceso al crédito se considera un medida principal de inclusión financiera y éxito.

Pero cuando las reglas son pesadas, y reducir la disponibilidad de crédito, vale la pena echarle otro vistazo. Y las ramas del gobierno en competencia deberían trabajar horas extras para mantener a la CFPB bajo control.

En el mejor de los casos, la Oficina para la Protección Financiera del Consumidor es una agencia sin observadores. En el peor de los casos, es una burocracia irresponsable que detiene la innovación y el espíritu empresarial. En algún momento tendrán que llegar reformas para que los consumidores prosperen y estén protegidos. 

Publicado originalmente aquí

¿ADIEU EN EL PACTO VERDE EUROPEO?

Un nombre de legisladores de Bruselas está dispuesto a adoptar las normas ambientales ambientales en razón de la oposición de los agricultores y ciudadanos.

La Unión Europea tiene fama de acercarse a la prensa de la elaboración de políticas. La roue de Bruxelles tourne lentement, les Institutions marchandant chaque virgule dans un processus fastidieux appelé «trilogue».

Il est donc d'autant plus surprenant que le Parlement européen ait voté, la semana última, en faveur d'une réforme de déréglementation de la politique agricole commune (PAC), le régime de subventions agricoles de l'UE, qui avait été élaborée par la Commission européenne en seulement huit semaines.

Le Parlement européen doit être réélu dans un mois et demi et, tradicionalmente, les parlementaires des 27 Etats membres adoptent rarement des textes législatifs importants si près de la fin de leur mandat. Los diputados son generalmente tres ocupados en hacer campaña para conservar su sitio, pero esto hace que el voto sea partido integrado de sus mensajes de campaña.

El PAC está renovado para todos los cuatro años y, además de un sistema de ayuda financiera para los agricultores y sus empresas, elle intègre una política de pilotaje, o «condicionalidad». Esta condición dicta las normas medioambientales que los agricultores deben respetar para respetar los derechos de los pagos. Elle exige notamment que los agricultores reducen el trabajo del sol para prevenir la erosión, que reservan al menos 4% de las tierras agrícolas para la biodiversidad o los cultivos de coberturas vegetales.

El comisario europeo de agricultura, Janusz Wojciechowski, declaró a los medios polonesos que Bruselas suprime los gravámenes entre el Green Deal, el plan de la UE para lograr neutralidad en carbono de aquí para 2050 y el PAC. La semana pasada, los parlamentarios europeos reunidos en Estrasburgo aprobaron con una mayoritariamente las modificaciones aportadas por el PAC, que constituyen sin duda un paso importante frente a la desregulación – o la «simplificación», como la Comisión europea, la diplomacia cualificada.

Esta situación es reveladora de una tendencia préélectorale en Europa. En 2019, un selfie con Greta Thunberg era un material de campaña muy apreciado, un nombre de legisladores de Bruselas que adoptan normas ambientales ambientales en razón de la oposición de agricultores y ciudadanos.

Esta tendencia s'est également répandue au sein de la Commission.

La presidenta Ursula von der Leyen, que defendió en 2020 el vertus del «Green Deal» europeo y prometió reformar el sistema agrícola y donar un golpe de mano a la biodiversidad, un encuentro con las grandes industrias para diseñar el futuro. de la política industrial europea. la palabra « durabilidad » a été relegué au second plan, auprofit de « Competitividad » y d'« autonomía industrial ».

El ministro finlandés de Agricultura, Sari Essayah, deplora la « tsunami de nuevas regulaciones » sur le secteur agricole et forestier au cours des quatre dernières années, s'alignant sur le Premier ministre belge Alexander De Croo, qui estime que la ley europea sur la restauración de la naturaleza est «mal redibujado». El ministro autrichien de l'Agriculture, Norbert Totschnig, apela incluso a una suspensión inmediata, declarando que los objetivos de lucha contra la deforestación au niveau mondial ajouteraient des « Reglas burocráticas inútiles » aux producteurs européens.

Los ministros y el Parlamento Europeo han dejado de rechazar una legislación que reduce la utilización de pesticidas sintéticos en la agricultura, después de lo cual parece que los objetivos no son fondés sur des preuves, pero están motivados por consideraciones políticas.

Quatre ans après le début de la gran experiencia del Green Deal européen – nommé d'après les ambitions d'un Green New Deal aux Etats-Unis – l'UE n'applique pas les règles qui ont été conçues pour atteindre ses objectifs climatiques ambitieux . Ciertos sont même carrément abrogées.

Bruxelles brise les tabous, même dans le domaine de la biotechnologie. Después de los años de aplicación del principio de precaución sobre una tecnología ya utilizada en los Estados Unidos, la Comisión Europea y el Parlamento Europeo aceleraron los proyectos para legalizar las plantas genéticamente modificadas en la Unión. De plus en plus, el acento no está en las perspectivas duraderas de la biotecnología, pero plutôt sur la façon dont elle améliorera les rendements et les revenus des agriculteurs.

En los corredores de Bruselas, las ambiciones políticas del movimiento ecológico de 2019 se revelan como una fuerza inarrêtable cuando las personas se enfrentan al objeto inamovible que es el poder de adorar a los consumidores y el contento de los productores.

Publicado originalmente aquí

Representante comercial antepone la ideología a las empresas estadounidenses, dicen los críticos

La agencia federal encargada de abrir los mercados extranjeros a las empresas estadounidenses se está centrando más en la aplicación de las leyes antimonopolio, dicen los críticos. Es una medida que ha enojado a algunos defensores del libre mercado, quienes ahora temen que el Representante Comercial de Estados Unidos (USTR) esté descuidando sus deberes principales.

"El trabajo del USTR es salir y ganar acceso a los mercados extranjeros para las empresas y los trabajadores estadounidenses", dijo a InsideSources Gary Winslett, asesor principal de la Cámara del Progreso.

Bajo el liderazgo de Katherine Tai, el USTR se ha convertido en un aliado de la controvertida presidenta de la Comisión Federal de Comercio (FTC), Lina Khan, una incansable activista antimonopolio cuyos intentos de regular las empresas han sido anulados con frecuencia por los tribunales. Khan tiene una visión poco tradicional de las leyes antimonopolio, dejando de lado la cuestión tradicional de si el tamaño de una empresa está perjudicando a los consumidores y, en cambio, argumenta que algunas empresas son simplemente demasiado grandes, independientemente del impacto en el mercado.

De manera similar, Tai está adoptando un enfoque poco convencional para el trabajo del USTR, como explicó en un reciente evento SXSW.

Cuando se le preguntó sobre las regulaciones de la Ley de Mercados Digitales (DMA) de la Unión Europea, Tai dijo que la “formación de políticas comerciales” en la que está trabajando es “no confiar en nuestros viejos instintos” de preguntar “cuál es la nacionalidad de su empresa y de qué lado debe hacerlo”. Seguiré luchando'”.

En cambio, sugirió una visión más global del trabajo como máximo representante comercial de Estados Unidos. “En este momento la pregunta que estamos analizando es cuál es el ángulo a favor de la democracia, la competencia y los trabajadores”, dijo Tai.

Leer el texto completo aquí

El veto del gobernador Scott a una prohibición de los “neónicos” fue la decisión correcta y está respaldada por la ciencia

Ayer, el gobernador Phil Scott vetado Proyecto de ley H.706, que habría prohibido el uso de semillas tratadas con neonicotinoides en el estado.

En reacción al veto, Centro de elección del consumidor Analista sénior de políticas Bill Wirtz, quien testificó ante el Comité de Agricultura del Senado de Vermont en abril dijo:

“El gobernador Scott tomó la decisión correcta al vetar esta legislación. Hemos advertido ampliamente contra la prohibición de tratamientos esenciales para semillas que prevengan los ataques de insectos a los cultivos de los agricultores, no sólo para proteger la viabilidad financiera de las empresas agrícolas, sino también para proteger el poder adquisitivo de los consumidores”.

Leer el texto completo aquí

Buenas intenciones, malos resultados: no quite opciones a los destinatarios de SNAP  

No importa qué tan bajo se encuentre en nuestro país, existen programas confiables en varios niveles de gobierno para ayudar a las personas a recuperarse.  

Por eso el próximo vencimiento de la Ley Agrícola de 2018, prevista para el 30 de septiembre, está atrayendo mucha atención en el Capitolio, mientras los legisladores trabajan horas extras para renovarla y promover cambios partidistas en el Programa de Asistencia Nutricional Suplementaria (SNAP).  

Dos propuestas concretas, la Ley SNAP saludable por el representante Josh Brecheen (republicano por Oklahoma), que acompaña al senador Marco Rubio (republicano por Florida) legislación con un nombre similar, y el Programa piloto SNAP, amenazan con erosionar las opciones de los consumidores, sobrecargar a las pequeñas empresas y ampliar innecesariamente la intervención del gobierno en la vida diaria de los beneficiarios de SNAP. Hacen poco por reformar la red de seguridad social de manera significativa y, en cambio, se centran en la microgestión de las dietas individuales.  

Las mentes imparciales pueden debatir, y muchos lo hacen, los méritos de estos programas que conforman lo que llamamos la “red de seguridad”: a quién debería servir y durante cuánto tiempo las personas deberían poder utilizarla. La mayoría en Washington tiende a estar de acuerdo en que estos programas son necesarios y que periódicamente se requieren reformas de algún tipo. Mientras el Congreso se prepara para la próxima reautorización de la Ley Agrícola, los cambios propuestos merecen un escrutinio. 

El USDA Programa piloto SNAP pasaría a categorizar más de 600.000 productos en función de ser "denso en nutrientes.“Suena simple, pero no lo es. Los alimentos ricos en vitaminas y minerales que contienen pocos azúcares añadidos, grasas saturadas y sodio cumplirían la marca de ser “densos en nutrientes”; es decir frutas, verduras, mariscos, frijoles, lentejas, huevos, lentejas, pollo y carnes magras. Sin embargo, el yogur entero, el arroz blanco, la granola y la mayoría de la mantequilla de maní no serían suficientes.  

Estos son los mismos alimentos que tienden a promoverse en el programa dietético para mujeres, bebés y niños conocido como WIC. Las familias utilizan SNAP y las necesidades alimentarias de las familias son muy variadas y cambian constantemente. En marzo, cuando la senadora Kirsten Gillibrand (DN.Y.) le preguntó sobre este estándar subjetivo, el secretario de Agricultura, Tom Vilsack, no pude responder directamente si los requisitos de nutrientes eliminarían la elegibilidad de la leche entera.  

"No creo que tengamos muchas de las respuestas a las preguntas que usted planteó, por eso tenemos un programa piloto: para descubrir si un sistema como este funciona o no", dijo Vilsack, quien Luego señaló al Congreso como la fuente de claridad sobre la densidad de nutrientes. La política no tiene cabida en la experiencia de los consumidores al comprar alimentos.  

Este amplio sistema de clasificación dejaría espacio para la toma de decisiones arbitrarias, lo que impondría una carga indebida tanto a los empleados de las tiendas de comestibles como a los consumidores.  

Tanto la versión del Senado como la de la Cámara de Representantes Ley SNAP saludable perseguir la presencia de “comida chatarra” en los carritos de compras de los beneficiarios de beneficios. Es una propuesta política bien intencionada, pero dañina.  

SNAP es único porque funciona como un subsidio para alimentos, en lugar de un programa como WIC, que otorga acceso directo a una cantidad determinada de leche, queso, yogur, jugo, mantequilla de maní y otros productos básicos para los recién nacidos. El ex administrador adjunto de apoyo a políticas del USDA, Richard Lucas, dijo a La Salud de la Nación En 2015, SNAP “tiene como objetivo aumentar el poder adquisitivo de los alimentos que se pueden comprar en los puntos de venta. Es muy, muy amplio”.  

Estudios citados por Lucas sobre opciones versus pautas rígidas mostró que los beneficiarios de SNAP estaban mejor con la máxima flexibilidad. Los compradores de SNAP suelen utilizar su asignación total de fondos dentro de las 24 horas siguientes a su disponibilidad. Tienen hambre y se llenan de comida inmediatamente.  

Aquí está el problema. La mayoría de los alimentos ricos en proteínas y nutrientes son los que se echan a perder más rápido. Los compradores de SNAP con mayor frecuencia necesitan alimentos que duren un mes completo.  

Sus estilos de vida son diferentes de los de los compradores de mayores ingresos, que tienen tiendas de comestibles en cada esquina donde hay secciones de productos frescos recién abastecidos. Desafortunadamente, los barrios de bajos ingresos son bastante diferente – un hecho que los políticos y activistas bien intencionados a menudo no reconocen.  

Otro factor sobre el gasto de los beneficios SNAP sigue siendo el estigma asociado a su uso. Compradores que necesitan esa ayuda quiero entrar y salir sin discutir sus beneficios. Se ha demostrado que incluso el miedo a regatear con un cajero reacio sobre sus selecciones disuade a esas personas de conseguir comida cuando la necesitan.  

Sus defensores sostienen que estas medidas conducirán a ahorro de costes. La realidad es bastante diferente. Los beneficios mensuales de SNAP permanecerían sin cambios incluso si se implementaran nuevas restricciones, lo que haría ilusorio cualquier ahorro potencial. 

La Ley SNAP Saludable y el Programa Piloto SNAP son intentos equivocados de regular el comportamiento del consumidor y ampliar el control gubernamental sobre las opciones dietéticas. El Congreso debería seguir manteniendo debates saludables sobre estos programas, pero no deberían basarse en controlar las elecciones de la gente en el supermercado.  

Publicado originalmente aquí

Aquí y allá: Comparando la agricultura estadounidense con el modelo europeo

A pesar de estar a un océano de distancia, muchas partes de la experiencia agrícola estadounidense y europea son similares.

Los agricultores de ambos continentes esperan una buena cosecha cada primavera y necesitan que el clima coopere. La agricultura es una forma de vida para las familias en ambas áreas y trabajan dentro de los sistemas regulatorios establecidos por sus gobiernos.

Bill Wirtz es analista senior de políticas del Consumer Choice Center. Es de Luxemburgo, un pequeño país europeo que limita con Francia, Alemania y Bélgica. Según él, en general las explotaciones agrícolas europeas son más pequeñas.

"Las granjas estadounidenses son mucho más grandes y están mejor organizadas para defender cuestiones legislativas", afirma.

Julian Binfield dice que la agricultura europea abarca una amplia gama de equipos y tecnología. Es director de programas internacionales del Instituto de Políticas de Investigación Agrícola y Alimentaria de la Universidad de Missouri. Ha trabajado con grupos agrícolas en Irlanda, Reino Unido, Sudáfrica y Bulgaria.

"Hay partes de Europa donde puedes ir y ver una agricultura similar a la de Estados Unidos", dice. "... Si te alejas más (de las principales ciudades), es posible que veas prácticas agrícolas que parecen más anticuadas".

Leer el texto completo aquí

Larangan paparan produk vape hadkan akses pengguna

Baru-baru ini terdapat satu cadangan daripada La Asociación para Ciudades Saludables untuk melaksanakan larangan paparan produk tembakau dan vape di peringkat pihak berkuasa tempatan (PBT), khususnya melibatkan Dewan Bandaraya Kuala Lumpur (DBKL). 

Mungkin bunyinya murni iaitu untuk melindungi orang ramai daripada bahaya merokok, namun cadangan conciso pero memerlukan análisis secara objektif untuk memahami potensi akibatnya.

Melaksanakan larangan paparan produk vape memberi kesan ketara kepada kesedaran dan pilihan pengguna. 

Menyembunyikan produk itu menyekat keupayaan pengguna untuk membandingkan pelbagai jenama, perisa dan tahap nikotin yang merupakan faktor penting untuk membuat keputusan termaklum. 

Bagi perokok yang ingin beralih kepada alternatif yang kurang mudarat, larangan berkenaan boleh memudaratkan.

Selain itu, larangan paparan juga menghalang keupayaan mereka untuk mengakses maklumat dengan mudah tentang pilihan perisa berbeza yang tersedia, sekali gus merumitkan pengguna mencari produk yang sesuai dengan keperluan mereka. 

Akhirnya, ia menghalang objektif kesihatan awam yang bertujuan untuk mengurangkan kadar merokok melalui promosi vape sebagai alternatif yang lebih selamat.

Lebih membimbangkan lagi, larangan itu juga mungkin bercanggah dengan undang-undang. Perkara 75 Perlembagaan Persekutuan menetapkan bahawa undang-undang persekutuan mengatasi undang-undang negeri dalam kes-kes yang tidak konsisten.

Dengan tiadanya klausa dalam Rang Undang-Undang Kawalan Produk Merokok Untuk Kesihatan Awam 2023 yang melarang paparan produk tembakau, pelaksanaan larangan berkenaan di peringkat PBT adalah tidak sah dan dianggap bertentangan dengan perlembagaan.

Leer el texto completo aquí

Biden impone nuevos aranceles radicales a China

Después de dos años de retraso, el presidente Joe Biden impuso aranceles a productos chinos seleccionados, una medida elogiada por muchos, incluido el presidente Donald Trump, quien se preguntó: "¿Por qué les tomó tanto tiempo?".

El mayor foco de los aranceles recientemente impuestos afectará a los vehículos eléctricos y sus componentes, con importantes aranceles protectores para la industria siderúrgica estadounidense. Los aranceles de Biden duplicarán el coste de los vehículos eléctricos chinos. Biden Anunciado Miércoles que los aranceles a los productos fabricados en China:

  • Los vehículos eléctricos aumentarán de 25% a 100%.
  • Las baterías de iones de litio para vehículos eléctricos y sus piezas aumentarán de 7,5% a 25%. Las baterías de iones de litio que no son vehículos eléctricos harán lo mismo en 2026.
  • Los paneles solares se duplicarán de 25% a 50%.
  • Ciertas importaciones de acero y aluminio aumentarán de los aranceles actuales de entre 0% y 7,5% a 25%.
  • Las grúas de barco a tierra aumentarán de 0% a 25%.
  • Las jeringas y agujas aumentarán de 0% a 50%.
  • Ciertos equipos de protección personal (EPP) aumentarán de su tarifa actual de entre 0% y 7,5% a 25%.

Además, los aranceles sobre los guantes médicos y quirúrgicos de caucho aumentarán de 7,51 TP3T a 251 TP3T en 2026.

"Aplaudimos al presidente Biden y a [la representante comercial de EE.UU., Katherine] Tai, por tomar esta importante medida para aumentar los aranceles de China de la Sección 301 en estas industrias críticas", dijo Zach Mottl, presidente de la Coalición para una América Próspera (CPA, por sus siglas en inglés) en un comunicado enviado por correo electrónico a La posición de Washington. “Existe evidencia abrumadora, incluida la de la [administración Biden], que prueba lo que la CPA ha estado diciendo durante más de una década: los aranceles son una herramienta de relocalización crítica para estimular la producción nacional, evitar la inflación futura y reducir la dependencia de las cadenas de suministro extranjeras. .”

Los opositores argumentaron que los precios más altos en el corto plazo elevarán los costos para los estadounidenses durante una época de inflación galopante. "Es definitivamente malo para el consumidor medio", afirmó Yaël Ossowski, del Consumer Choice Center, que se opone a los aranceles. dicho el reportero Chris Woodward de American Family Radio Network. "Recuerda mucho a la misma guerra comercial que tuvimos con el presidente Trump cuando estaba en el poder".

Leer el texto completo aquí

Un líder visionario que da forma a las políticas de consumo

La defensa del consumidor es vital para garantizar un trato justo a los consumidores, promover la seguridad de los productos y mantener la transparencia en el mercado. Los líderes en este campo son esenciales para decidir en qué temas centrarse, liderar campañas de concientización y abogar por el cambio a través de los medios y el lobby. También colaboran con las partes interesadas para aumentar su influencia, educar a los consumidores sobre sus derechos y monitorear los cambios regulatorios y de la industria.

Frederik Cyrus Roeder, director general de la Centro de elección del consumidor, un grupo de defensa del consumidor independiente y no partidista. La organización aboga por la libertad de elección y la innovación en la vida cotidiana. Frederik, con experiencia como economista de salud, está interesado en utilizar la innovación para mejorar la prestación de atención médica a los pacientes.

De la protesta a la defensa

En el verano de 2014, Frederik Cyrus Roeder vivió en Berlín, Alemania, donde observó a los taxistas europeos protestar contra la competencia de las aplicaciones de transporte. Como consumidor que valora las aplicaciones de transporte compartido, le sorprendió que los grupos tradicionales de derechos del consumidor no apoyaran la elección y la competencia. Con la ayuda de dos amigos, Frederik organizó una pequeña protesta destacando la importancia de la elección del consumidor. La ausencia de representación de los consumidores que priorizan la innovación y la elección en estas discusiones llevó a Frederik a reconocer la necesidad de una plataforma para su defensa. Este reconocimiento marcó el inicio del Consumer Choice Center.

Estableciendo el estándar

Bajo el liderazgo de Frederik Cyrus Roeder, el Consumer Choice Center es un grupo de defensa global. Se destaca entre los numerosos grupos de defensa sin fines de lucro en los EE. UU. y la Unión Europea centrados en el cambio de políticas. Si bien muchos grupos se centran en cuestiones o regiones específicas, la organización de Frederik prioriza la representación de los consumidores de todo el mundo como un grupo de interés distinto. El Consumer Choice Center adopta una perspectiva global en los esfuerzos de promoción en más de 100 países. Mantiene presencia en capitales como Washington, Bruselas, Ottawa, Brasilia, Londres, Ginebra y Kuala Lumpur para defender los derechos e intereses de los consumidores.

Leer el texto completo aquí

Vuelve al comienzo
es_ESES

Síganos

WASHINGTON

712 H St NE PMB 94982
Washington, DC 20002

BRUSELAS

Rond Point Schuman 6, Box 5 Bruselas, 1040, Bélgica

LONDRES

Casa de la Cruz Dorada, 8 Duncannon Street
Londres, WC2N 4JF, Reino Unido

Kuala Lumpur

Block D, Platinum Sentral, Jalan Stesen Sentral 2, Level 3 - 5 Kuala Lumpur, 50470, Malasia

OTTAWA

718-170 Laurier Ave W Ottawa, ON K1P 5V5

© COPYRIGHT 2025, CENTRO DE ELECCIÓN DEL CONSUMIDOR

También del Centro de Elección del Consumidor: ConsumerChamps.EU | ComercioLibre4us.org