fbpx

Dia: 20 de janeiro de 2021

Livre para escolher: os consumidores adultos devem tomar suas próprias decisões

Criamos um monstro de política pública que espreita nos bastidores assim que olhamos para o pote de biscoitos.

Não passa um dia sem que um ativista da saúde pública bata à sua porta (embora atualmente seja provavelmente um e-mail) para explicar a você qual produto deve ser banido ou tributado até a extinção. Costumava ser apenas tabaco, devido aos riscos únicos à saúde associados ao fumo - mas com uma quantidade crescente de consumidores mudando para alternativas mais saudáveis, como vaping, outros produtos se tornaram o foco. Seja álcool, açúcar, gordura ou jogos de azar, nenhum vício fica sem controle na eterna luta para punir os consumidores pelas coisas de que gostam.

Isso não quer dizer que todos eles vêm sem suas desvantagens, eles claramente vêm. Não é sabedoria recente que todo consumo deva ser sobre moderação, e que a moderação é um padrão subjetivo que cada indivíduo deve estabelecer por si mesmo.

'54.000 crianças obesas em idade escolar' foi o slogan pelo qual os políticos irlandeses fizeram lobby por um novo imposto sobre o açúcar em 2017. Evidentemente, a implicação é que todos aqueles que discordam da medida não devem se preocupar com as crianças - apesar da possibilidade de que a obesidade infantil possa não ser interrompido por um aumento no preço de uma Coca-Cola, mas que tem raízes de longo alcance que precisam ser resolvidas primeiro.

A medida irlandesa está alinhada com o recente aumento francês em seu imposto existente sobre refrigerantes. O então presidente Nicolas Sarkozy apresentou a medida, que continuou a ser explorada para aumentos de receita. O imposto inicial era de € 7,53 por 100 litros de refrigerante, ou 2,51 centavos por uma lata de 33 centilitros.

Pode-se sugerir que isso é cheio de ironia, considerando que, por meio de partes da política agrícola comum da União Européia, a França também está subsidiando o açúcar. Ser solicitado a pagar duas vezes, uma vez pelo subsídio do açúcar e depois pelo seu consumo, provavelmente é difícil de engolir para o consumidor francês.

Em um painel no Fundo Monetário Internacional no ano passado, Bloomberg abordou a questão dos impostos regressivos sobre o pecado. 'Algumas pessoas dizem, bem, os impostos são regressivos', disse ele. 'Mas neste caso, sim, eles são. Isso é bom neles porque o problema está nas pessoas que não têm muito dinheiro.'

A diretora-gerente e presidente do FMI, Christine Lagarde, comentou no final do clipe: 'Então é regressivo, é bom. Há muitos especialistas em impostos na sala… E todos eles dizem duas coisas na vida que são absolutamente certas. Um é a morte, o outro é o imposto. Então você usa um para adiar o outro.'

'Está correto. Isso é exatamente certo. Bem dito', acrescenta Bloomberg.

A premissa dessa política paternalista é a seguinte: o consumidor é basicamente muito inepto para tomar decisões sobre sua própria vida. Cego pela irracionalidade de sua própria mente e impulsos instintivos, só pode ser a benevolência da política pública moderna que pode tirá-lo de sua angústia. Essa, pelo menos, parece ser a suposição dos reguladores de hoje.

A verdade, no entanto, é de um tipo muito diferente. Apesar de não serem particularmente claros sobre sua oposição aos impostos sobre o pecado, os consumidores falam claramente quando se trata de suas decisões de mercado. Essa é uma frase que já usei antes, mas continua verdadeira como sempre foi: as pessoas querem fumar, comer alimentos gordurosos e beber refrigerante, e os políticos precisam começar a lidar com isso. Todos esses são produtos que devemos consumir com moderação e com informações transparentes sobre seus problemas de saúde, mas devemos parar de criticar o desejo inato de tê-los em primeiro lugar.

Criamos um monstro de política pública que espreita nos bastidores assim que olhamos para o pote de biscoitos, quando na verdade deveríamos não nos desculpar pelo fato de gostarmos de doces, desejarmos refrigerantes e amarmos chocolate.

Publicado originalmente aqui.

COVID-19 na Europa: a UE está perdendo a corrida pelas vacinas?

Quando se trata de vacinas contra a Covid, a Alemanha é acusada de comprar doses extras, enquanto outros países da UE simplesmente não estão tomando todas as doses permitidas.

O músculo financeiro da Alemanha está em jogo aqui, já que o país está cuidando de seus próprios interesses às custas dos outros?

O diretor-gerente do Centro de Escolha do Consumidor, Fred Roeder, juntou-se ao show Roundtable no TRT World para discutir #COVID19 e #vaccines em #Europe.

Apakah Melarang Vape pada Masa Pandemi Merupakan Kebijakan yang Tepat?

Pandemi COVID-19 hingga saat ini masih menjadi permasalahan besar yang harus dihadapi oleh berbagai negara di seluruh dunia. Salah satu humidak dari hal tersebut adalah, perayaan tahun baru 2021 kemarin terasa sangat berbeda di berbagai kota-kota besar di banyak negara.

Tidak ada perayaan besar-besaran, pesta meriah, hingga kembang api yang mewarnai langit malam. Jutaan orang di seluruh dunia terpaksa harus tinggal di kediaman mereka, atau merayakan tahun baru di tempat yang tertutup, bersama orang-orang dekat mereka dalam jumlah yang kecil.

Para isso, penanganan e pengentasan pandemi COVID-19, yang sudah memakan korban jiwa hingga lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia, menjadi prioritas utama banyak pemerintahan di dunia. Berbagai pemerintahan di seluruh dunia mengambil berbagai langkah yang dianggap mampu untuk memitigasi humidak virus yang penyebarannya sangat mudah tersebut.Beragam kebijakan dilakukan oleh banyak pemerintahan di seluruh dunia untuk mengatasi dan memitigasi pandemi tersebut. Beberpaa kebijakan yang umum diambil oleh berbagai pemerintahan di dunia diantaranya adalah lockdown nasional untuk menutup seluruh fasilitas umum, sarana pendidikan, dan gedung perkantoran, menutup perbatasan, dan mewajibkan seluruh warga yang keluar rumah untuk mengenakan masker.

Selain itu, lockdown, menutup perbatasan, dan mewajibkan semua orang menggunakan masker bukan hanya kebijakan yang diambil oleh berbagai pemerintahan di dunia untuk memitigasi wetak dari pandemi COVID-19. Kebijakan lain yang juga dilakukan adalah melarang berbagai produk yang dianggap berpotensi meningkatkan wetak dari pandemi COVID-19. Salah produk yang menjadi sasaran dari kebijakan tersebut adalah rokok elektronik tertentu, yang juga dikenal dengan nama vape.

Di Amerika Serikat misalnya, pelarangan vape sebagai untuk memitigasi pandemi COVID-19 merupakan kebijakan yang dilakukan oleh beberapa pemerintahan di negara bagian dan juga kota memberlakukan pelarangan terhadap vape berperasa (salud-america.org, 18/09/2020). Lantas, apakah kebijakan tersebut merupakan sesuatu yang tepat? Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh berbagai lembaga kesehatan di seluruh dunia, rokok elektronik, atau vape, merupakan produk yang jauh lebih aman daripada rokok elektronik yang dibakar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga kesehatan Pemerintah Inggris misalnya, Public Health England, menunjukkan bahwa vape atau rokok elektronik jauh lebih aman 95% dari rokok konvensional yang dibakar (Public Health England, 19/07/2015).

Tidak hanya itu, vape ou rokok elektronik juga terbukti dapat membantu jutaan perokok untuk berhenti merokok. Lembaga kesehatan Inggris, National Health Service misalnya, menyatakan bahwa rokok elektronik atau vape merupakan produk yang efektif untuk membantu seseorang berhenti dari kebiasaan merokoknya (Serviço Nacional de Saúde, 29/03/2019).

Hal ini tentu merupakan hal yang sangat positivo. Adanya produk yang jauh lebih aman, yang dapat membantu seorang perokok untuk menghentikan kebiasaan merokoknya tentu adalah hal yang harus kita dukung dan apresiasi. Selain itu, pihak yang paling dirugikan apabila pelarangan vape diberlakukan adalah para perokok, di mana mereka tidak lagi bisa mendapatkan akses terhadap produk yang dapat membantu mereka berhenti merokok. Kebijakan tersebut membuat lebih banyak keburukan daripada manfaat (reason.org, 22/06/2020).

Selain itu, consequências não intencionais dapat terjadi bila kebijakan tersebut diberlakukan adalah, bila vape dilarang, maka akan lebih banyak produk-produk vape ilegal yang sangat berbahaya bagi konsumen, karena tidak melalui proses regulasi oleh pemerintah. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang sangat berbahaya. Bila produk ilegal vape membanjiri pasar, terlebih lagi pada masa pandemi seperti sekarang, maka akan lebih banyak orang-orang sakit, dan rumah sakit serta sarana kesehatan akan semakin sulit menampung mereka, karena sudah dipenuhi oleh para pasien COVID-19 (Newsday.com, 04/05/2020).

Dampak dari beredarnya vape ilegal terhadap kesehatan publik bukan sesuatu yang dapat kita abaikan begitu saja, dan sudah pernah terjadi di drinkapa tempat, salah satunya di Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam, em 2019, terjadi kasus orang-orang yang terkena penyakit dan gangguan pernafasan yang disebabkan oleh konsumsi produk-produk vape ilegal. Setidaknya ada 35 orang yang meninggal disebabkan karena konsumsi produk ilegal tersebut (The Washington Post, 26/10/2019).

Sebagai penutup, kebijakan pelarangan vape, apalagi di masa pandemi COVID-19, adalah sesuatu yang berbahaya. Kebijakan ini bukan hanya akan menghilangkan kesempatan bagi jutaan perokok untuk mengakses produk-produk yang dapat membantu mereka berhenti merokok, namun juga berpotensi akan meningkatkan produk-produk vape ilegal yang berbahaya bagi konsumen, yang akan semakin memberatkan sarana kesehatan yang sudah dibebany banyaki -19.

Publicado originalmente aqui.

Filadélfia deve reverter sua proibição de sacolas plásticas

A proibição pendente de sacolas plásticas descartáveis na Filadélfia não apenas incomodará os consumidores, mas também prejudicará o meio ambiente. As alternativas aos plásticos têm uma pegada ecológica muito maior.

A cidade da Filadélfia suspendeu oficialmente sua proibição de sacolas plásticas, que agora será implementada gradualmente no próximo ano e aplicada pelas autoridades municipais em abril de 2022. Embora os defensores do consumidor apreciem o atraso, a perspectiva de uma proibição de sacolas é equivocada - e irá acabam fazendo mais mal do que bem, inclusive para o meio ambiente.

Por que esse é o caso? Bem, em grande parte porque as alternativas às sacolas plásticas descartáveis vêm com sérias externalidades ambientais negativas. Isso pode soar absurdo para alguns, mas essa foi a conclusão de Ministério do Meio Ambiente da Dinamarca quando avaliou sacolas plásticas versus reutilizáveis. 

Pesquisadores do governo dinamarquês usando 15 parâmetros ambientais (incluindo mudanças climáticas, toxicidade, destruição do ozônio, destruição de recursos e impacto no ecossistema) concluíram que as sacolas plásticas descartáveis são muitas vezes superior quando comparado com alternativas de papel ou algodão. Tanto que as sacolas de papel, um substituto comum do plástico, precisaram ser reutilizadas 43 vezes para ter o mesmo impacto total de uma sacola plástica. 

Quando se tratava de alternativas ao algodão, os números eram ainda maiores. Uma alternativa de sacola de algodão convencional precisava ser usada sete mil vezes para ultrapassar uma sacola plástica em efeitos ecológicos, e uma sacola de algodão orgânico teve que ser reutilizada mais de vinte mil vezes. Os padrões de uso do consumidor dessas alternativas mostram claramente que elas nunca são reutilizadas na taxa necessária para serem ambientalmente vantajosas, o que significa que, em um esforço para proteger o meio ambiente, as autoridades municipais estão de fato aprovando uma proibição que causará mais danos. A proibição acaba sendo mais um simbolismo ambiental do que a proteção ambiental. 

E os dinamarqueses não estão sozinhos em suas conclusões: a avaliação do impacto do governo britânico sobre esta mesma questão atraiu o mesmo conclusão.

Os padrões de uso do consumidor dessas alternativas mostram claramente que elas nunca são reutilizadas na taxa necessária para serem ambientalmente vantajosas.

A proibição das sacolas não é apenas ruim para o meio ambiente, mas também é uma política ruim para os varejistas locais e seus consumidores. A pandemia teve um impacto absolutamente devastador no setor de serviços de alimentação, e a proibição acabará piorando esse impacto, inflando ainda mais os custos, pois os varejistas são forçados a mudar para alternativas de custo mais alto. Afinal, a razão pela qual o plástico é tão onipresente é que ele é fácil de usar, barato e preferido por consumidores e varejistas. Quando a proibição entrar em vigor em 2022, os custos inflacionados serão suportados pelos consumidores através de preços mais elevados.

Além do impacto no meio ambiente e na economia, a proibição ignora completamente os métodos viáveis de recuperação de resíduos plásticos para garantir que eles não acabem como poluição ou em aterros sanitários. Como parte da justificativa da cidade para banir os plásticos, ela alegou que é preciso dez mil horas para separar as sacolas plásticas das pilhas de lixo, porque as sacolas não são recicláveis. Essa alegação evita o fato de que, uma vez que essas sacolas sejam realmente recuperadas, elas podem ser reaproveitadas por meio de um processo chamado despolimerização química, que para o leigo é o processo de reciclagem química, em que o plástico é decomposto em seus blocos de construção originais e reaproveitado em novos produtos. 

Por meio da recuperação e da despolimerização química, podemos transformar cada pedaço de plástico descartado de volta nas mesmas moléculas de origem – e essas transformações não são hipotéticas. Em toda a América do Norte, existem inúmeros exemplos de plásticos sendo reaproveitados em pastilhas de resina, o que prolonga exponencialmente a vida útil desses plásticos e, potencialmente, indefinidamente. Especificamente para sacolas descartáveis, existem projetos inovadores em andamento onde os cientistas pegam esses itens, alteram suas ligações químicas e os ligam com betume para ser usado para pavimentar estradas. O resultado final é um asfalto mais leve feito com plástico reciclado que não penetra no solo ou nos cursos d'água. Dar uma segunda vida aos resíduos plásticos desta forma cria empregos e promove inovação — a verdadeira solução para muitos dos nossos problemas ambientais. Tão importante quanto isso, garante que os plásticos permaneçam na economia, em vez de acabar no meio ambiente. 

Simplificando, o uso de plástico pode ser algo com o qual lidamos e até nos beneficiamos, sem ter que recorrer a proibições pesadas. Apoiar-se em inovadores para lidar melhor com os resíduos plásticos é uma solução que evita alternativas de alto impacto, maximiza a escolha do consumidor, gerencia os resíduos adequadamente e realmente beneficia o meio ambiente.

David Clemente é o gerente de assuntos norte-americanos da Centro de Escolha do Consumidor.

Publicado originalmente aqui.

Role para cima
pt_BRPT