fbpx

COVID-19

Articoli e pubblicazioni scritti dal CCC sulla pandemia di coronavirus COVID-19.

Non abbiamo bisogno di più tasse per rispondere alla crisi del COVID-19

La riduzione delle imposte sulle società consente miglioramenti nelle tecniche di produzione, nella tecnologia e negli investimenti di capitale, il che aumenta la produttività e il reddito dei lavoratori.

La crisi del COVID-19 continua e i fondi anticrisi aumentano. Per fornire uno stimolo diretto, alcuni paesi europei stanno prendendo la decisione sensata di ridurre gli oneri fiscali, mentre altri vogliono aumentarli. È ovvio che una tassazione semplificata e ridotta darebbe il necessario impulso ai consumatori e alle imprese. Come possiamo convincere i decisori a cambiare rotta?

Non è incredibile che la crisi sanitaria del COVID-19 abbia permesso a molte parti politiche di imporre proposte politiche che richiedono una crisi per convincere l'opinione pubblica. Inimmaginabile un anno fa, il Consiglio europeo ha accettato un prestito europeo e un aumento delle tasse europee. Eccoci con un dibattito politico molto cambiato e una discussione sulla solidarietà che ci ricorda la crisi del 2008.

La Germania ha invece deciso una riduzione temporanea dell'Iva fino al 1° gennaio, da 19% a 15%, rispettivamente da 7% a 5% per l'aliquota ridotta. Pertanto, a partire da questo mese, i consumatori irlandesi beneficiano di una riduzione dell'IVA da 23% a 21%. Dato che l'imposta sul valore aggiunto è l'imposta più iniqua per i consumatori, perché non attuare una misura simile in altri paesi?

È anche importante comprendere due fondamentali lezioni economiche. In primo luogo, sappiamo che una riduzione delle tasse non coincide necessariamente con una riduzione dei ricavi dell'opera di Laffer. In secondo luogo, è importante sapere che i tagli alle tasse senza tagli alla spesa avranno scarso effetto. 

Va ricordato che lo Stato in quanto tale non è un'entità generatrice di ricchezza. Per finanziare le sue attività deve attingere risorse dal settore privato. Così facendo, indebolisce il processo di creazione di ricchezza e mina le prospettive di una crescita economica reale.

Poiché lo stato non è un'entità generatrice di ricchezza, qualsiasi riduzione delle tasse mentre la spesa pubblica continua ad aumentare non sosterrà una reale crescita economica. Tuttavia, lo stimolo fiscale potrebbe “funzionare” se il flusso di risparmi reali è sufficientemente ampio da sostenere, cioè finanziare, le attività del governo consentendo al tempo stesso un tasso di crescita delle attività del settore privato. Se a minori tasse si accompagna una minore spesa pubblica, i cittadini avranno più mezzi per riattivare la creazione di ricchezza. Avremo così una vera ripresa economica. 

Questa logica si applica ai tagli alle imposte sulle società, che soprattutto in tempi di crisi non sono una misura popolare. Tuttavia, coloro che attaccano un tale taglio si sbagliano. Fanno affidamento su una visione del mondo a somma zero in cui i guadagni di una persona sono visti come le perdite di un'altra. Presumono che i proprietari di società godano di quasi tutti i vantaggi dei tagli alle imposte sulle società. Fanno affidamento su dati altamente distorti per supportare le loro argomentazioni e su una scarsa comprensione di come funziona l'economia.

La visione a somma zero ignora il fatto che gli accordi volontari di mercato avvantaggiano tutti i partecipanti. Pertanto, aumentare il commercio reciprocamente vantaggioso, oltre a ridurre la tassazione, avvantaggia sia gli acquirenti che i venditori. D'altra parte, punire i venditori con tasse più alte dà loro anche un incentivo a fare meno con le proprie risorse per il servizio che forniscono agli altri.

La riduzione delle imposte sulle società consente miglioramenti nelle tecniche di produzione, nella tecnologia e negli investimenti di capitale, il che aumenta la produttività e il reddito dei lavoratori. Inoltre, aumenta gli incentivi all'assunzione di rischi e all'imprenditorialità per i consumatori. Ciò riduce le significative distorsioni causate dalla tassazione e questi cambiamenti avvantaggiano i lavoratori ei consumatori.

Gli schemi di raccolta centralizzata daranno scarsi risultati, perché lo stato, nella sua struttura centralizzata, non è in grado di sapere cosa vuole veramente la gente. Se vogliamo combattere gli effetti delle chiusure dovute al COVID-19, dobbiamo liberare le capacità imprenditoriali dei cittadini e ridurre le barriere normative che le imprese devono affrontare.

Originariamente pubblicato qui.

Perlindung Hak Kekayaan Intelektual e Royalti per Pekerja Seni

Perlindung Hak Kekayaan intelektual e pekerja seni adalah dua hal yang sangat terkait e tidak bisa dipisahkan. Melalui perlindungan hak kekayaan intelektual, maka para pekerja seni, seperti musisi dan sineas, bisa menikmati manfaat dari karya yang telah mereka buat.

Tanpa adanya perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual, hal tersebut tentu akan sangat merugikan para pekerja seni. Per pekerja seni tersebut berpotensi akan semakin sulit untuk mendapatkan manfaat dari karya yang mereka buat untuk menafkahi kehidupan mereka, karena setiap orang dapat bebas membajak atau menampilkan karya-karya mereka tanpa harus membayar para pekerja seni yang membuat karya tersebut.

Di era digitale, perlindungan hak kekayaan intelektual terhadap pekerja seni tentu memiliki tanto baru. Grazie a questa tecnologia avanzata, è ora possibile ottenere il massimo dal fango e dal prodotto di produzione di livello superiore seni yang dibajak tersebut di dunia maya, untuk dinikmati e disaksikan secara gratis o jutaan orang di seluruh dunia.

Namun, tantangan perlindungan hak kekayaan inteletual, khususnya di Indonesia, bukan hanya dari perkembangan dunia maya. Di sektor pelayanan, seperti rumah makan, kafe, karaoke, dan klub malam, kita bisa dengan mudah menemukan para pengelola tempat tersebut menampilkan musica Aau lagu tertentu untuk menghibur para pengunjugnya, namun tanpa memberi bayaran kepada para musisi yang membuat berbegai lagu yang dimainkan.

Hal ini tentu merupakan sesuatu yang perlu untuk diselesaikan. Terlebih lagi, karena yang menampilkan musik tersebut adalah tempat usaha yang bertujuan untuk mencari keuntungan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, pada tanggal 30 Maret 2021 lalu, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/ Atau Musik. Dalam Pasal 3 ayat 1 peraturan tersebut, tertulis secara eksplisit bahwa “Setiap orang dapat melakukan penggunaan secara komersial lagu dan/atau musik dalam bentuk layanan publik yang bersifat komersial dengan royalti kepada pencipta, pemegang hak cipta, dan/atau pemilik hak (cnnindonesia, 5/4/2021).

Dalam peraturan tersebut, dijelaskan secara eksplisit juga dituliskan berbegai penggunaan musik atau yang diharuskan untuk membayar royalti kepada para musisi yang membuat lagu tersebut. Diantaranya adalah seminario, konser, transportasi umum, pameran, nada tunggu telepon, pertokoan, bank, dan kantor, pusat rekreasi, penyiaran televisi dan radio, serta fasilitas hotel (cnnindonesia, 5/4/2021).

Adanya peraturan tersebut tentu merupakan hal yang patut kita apprezzasiasi. Diharapkan, dengan adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan para pemilik usaha, seperti rumah makan, untuk membayar royalti kepada para musisi, maka kesejahteraan musisi dapat lebih terjamin, e hak kekayaan intellettuale yang mereka miliki terhadap karya yang mereka buat juga dapat semakin terjaga.

Hal ini semakin penting terutama pada saat pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 telah membuat industri musik di Indonesia menjerit, karena para musisi tidak bisa tampil di depan publik seperti tahun-tahun sebelumnya (voi.id, 16/7/2020).

Diharapkan, dengan adanya peraturan pemerintah tersebut, maka para musisi yang saat ini sedang mengalami kesulitan dapat terbantu,. Membuat musik, terlebih lagi yang sangat populer e bisa dinikmati oleh banyak orang, bukanlah sesuatu yang mudah, e dibutuhkan banyak usaha. Sudah selayaknya, para musisi tersebut bisa mendapatkan manfaat dari karya yang mereka buat.

Selain itu, argumen lain untuk membenarkan kebijakan pengelola usaha untuk memutar musik atau lagu tanpa royalti kepada para musisi adalah, tidak sedikit dari para pengelola yang memutar musik tersebut melalui media streaming yang berbayar, seperti Spotify misalnya. Karena sudah membayar layanan streaming tersebut, maka dianggap hal tersebut adalah sesuatu yang cukup sehingga pembayaran royalti adalah sesuatu yang kurang diperlukan.

Pandangan ini merupakan sesuatu yang sangat keliru. Berbagai layanan streaming tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa layanan mereka hanya bisa digunakan untuk tujuan personal, dan bukan kegiatan usaha. Berdasarkan ketentuan dari layanan streaming Spotify misalnya, dijelaskan secara eksplisit bahwa layanan mereka hanya bisa digunakan untuk hiburan pribadi dan bukan untuk penggunaan komersial. Dengan demikian, layanan streaming ini tidak boleh digunakan secara public di tempat usaha, seperti radio, toko, dan rumah makan (support.spotify.com, 15/4/2021).

Melalui ketentuan tersebut, maka sudah jelas bahwa ketentuan tersebut sejalan dengan peraturan pemerintah yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Maret lalu. Menggunakan layanan streaming untuk kepentingan komersil merupakan sesuatu yang tidak bisa dibenarkan.

Sebagai penutup, hak kekayaan intelektual, termasuk juga tentunya karya-karya seni seperti musik, merupakan hal yang patut dilindungi oleh negara. Oleh karena itu, adanya peraturan pemerintah yang bertujuan untuk menegakkan perlindungan hak kekayaan intelektual adalah sesuatu yang harus kita apresiasi, agar para pekerja seni bisa mendapat perlindungan atas karya yang mereka buat. DIharapkan, industri kreatif, termasuk juga industri musik, di Indonesia dapat semakin berkembang di masa yang akan datang.

Originariamente pubblicato qui.

Canada sotto pressione per sostenere la rinuncia alla revoca dei brevetti sui vaccini Covid-19

David Clement è intervistato su "Your Morning" di CTV, spiegando perché il Canada non dovrebbe sostenere il #TRIPSRinuncia​ presso l'OMS, che sospenderebbe le protezioni della proprietà intellettuale sui vaccini e la tecnologia COVID, e cosa il Canada e gli Stati Uniti possono effettivamente fare per sostenere l'aumento della fornitura globale di vaccini.

Originariamente pubblicato qui.

Non abbiamo bisogno di revocare i brevetti per rendere i vaccini più accessibili

E l'indebolimento delle regole sulla proprietà intellettuale danneggerebbe attivamente i più vulnerabili.

A 14 mesi interi dall'inizio della pandemia, quasi metà degli americani idonei ha ricevuto almeno una dose di vaccino. La fine è in vista e dobbiamo ringraziare l'innovazione. E così, mentre la nostra economia riapre e le restrizioni vengono revocate, l'attenzione si rivolge a nazioni duramente colpite come l'India e il Brasile, attualmente sperimentando numeri di casi alle stelle. 

La domanda, quindi, è come potenziare le vaccinazioni all'estero. Il New York Times rileva che l'epidemia in India sta provocando il paese limitare l'esportazione dei propri vaccini, che potrebbe danneggiare in particolare l'Africa, dal momento che quelle nazioni fanno affidamento sui vaccini indiani. 

Di fronte a pressione per utilizzare ogni strumento disponibile per aumentare le vaccinazioni all'estero, l'amministrazione Biden ha annunciato la scorsa settimana di sostenere una proposta per rinunciare alle protezioni dei brevetti sui vaccini COVID. 

Questa misura, denominata TRIPS Waiver (Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights) ed è stata presentata l'autunno scorso presso l'Organizzazione mondiale del commercio da parte di India e Sudafrica, sarebbe molto più di una semplice soluzione temporanea per più colpi.

Se la rinuncia venisse attivata, annullerebbe apparentemente le protezioni della proprietà intellettuale sui vaccini COVID, consentendo a paesi e aziende di copiare le formule sviluppate dalle aziende private di vaccini nella speranza di crearne di proprie, senza alcuna garanzia di successo o sicurezza.

La coalizione che sostiene l'impegno di Biden include Medici Senza Frontiere, Human Rights Watch, e il Segretario generale dell'Organizzazione Mondiale della Sanità Tedros Adhanom Ghebreyesus, che primo ha sostenuto questo sforzo nel 2020 prima che fosse approvato qualsiasi vaccino contro il coronavirus.

I diritti di proprietà intellettuale sono protezioni che aiutano a promuovere l'innovazione e forniscono certezza giuridica agli innovatori in modo che possano trarre profitto e finanziare i loro sforzi. Un indebolimento delle regole sulla proprietà intellettuale danneggerebbe attivamente i più vulnerabili, le stesse persone che i gruppi che sostengono la rinuncia alla proprietà intellettuale stanno nominalmente cercando di aiutare.

Il potere di emettere la rinuncia deriva da una sezione del trattato del 1995 che ha creato l'Organizzazione mondiale del commercio, intesa a proteggere la proprietà intellettuale tra i partner commerciali globali. Mentre una rinuncia al vaccino COVID sarebbe la più sostanziale fino ad oggi, simile sono stati tentati sforzi sia sui medicinali per l'HIV/AIDS che sui farmaci generici, quest'ultimo l'unico altro caso di successo.

La spinta per una rinuncia ignora che molte aziende si sono volontariamente impegnate a vendere i loro vaccini a prezzo di costo o addirittura si sono offerte di condividere informazioni con altre aziende. Moderna, da parte sua, ha ha dichiarato non farà valere i diritti di proprietà intellettuale sul suo vaccino a mRNA durante la pandemia e consegnerà qualsiasi ricerca a coloro che possono aumentare la produzione. Gli sviluppatori del vaccino Oxford-AstraZeneca si sono impegnati a farlo vendilo a prezzo di costo fino alla fine della pandemia.

Inoltre, questa misura avrebbe implicazioni di vasta portata. I sostenitori affermano che poiché COVID rappresenta una tale minaccia globale e poiché i governi occidentali hanno investito miliardi per garantire e aiutare a produrre vaccini, i paesi a basso e medio reddito dovrebbero essere sollevati dall'onere di acquistarli. Ma i paesi ricchi lo sono già donare vaccini all'Organizzazione Mondiale della Sanità's il programma COVAX, che dona gratuitamente ai paesi i vaccini.

Ci sono alcuni motivi per cui è improbabile che una deroga TRIPS sia la soluzione più efficiente. I vaccini richiedono conoscenze specialistiche per sviluppare e produrre questi vaccini e i vaccini a mRNA richiedono la conservazione a freddo. Come ha fatto l'economista Alex Tabarrok sottolineato, i produttori di vaccini hanno perlustrato il mondo alla ricerca di adeguate strutture per i vaccini, ma non sono riusciti. 

Sembra poco plausibile che tutto ciò possa essere ottenuto al di fuori dei tradizionali contratti di appalto che abbiamo visto nell'Unione Europea e negli Stati Uniti. Ciò che è più probabile è un aumento di vaccini falliti e non sicuri che sarebbe rischioso per le popolazioni vulnerabili, come ha affermato il filantropo Bill Gates ha ha sostenuto nella sua opposizione alla rinuncia.

Se il costo della ricerca e della produzione di un vaccino contro il COVID è davvero $1 miliardo come si sostiene, senza alcuna garanzia di successo, sono relativamente poche le aziende biotecnologiche o farmaceutiche in grado di sopportare tale costo. E la distribuzione sarebbe una storia completamente diversa.

Se l'amministrazione Biden vuole aiutare le nazioni vulnerabili, c'è un modo più semplice: liberare le decine di milioni di dosi di vaccini AstraZeneca seduta dormienti nei magazzini, che la FDA non ha ancora approvato, e iniziare a esportare il nostro surplus di vaccini nei paesi più colpiti. Proprio per questo il COVAX è stata creata l'iniziativa e perché gli Stati Uniti dovrebbero sostenerla.

Nel frattempo, diamo anche un'occhiata alle implicazioni future di muoverci ora per limitare le protezioni della proprietà intellettuale per le stesse aziende che hanno fornito i vaccini salvavita che ci faranno uscire dalla nostra attuale pandemia.

BioNTech, la società tedesca guidata dal team marito-moglie di Uğur Şahin e Özlem Türeci che ha collaborato con Pfizer per la sperimentazione e la distribuzione del loro vaccino a mRNA, è stata originariamente fondata per utilizzare l'mRNA per curare il cancro. Prima della pandemia, hanno assunto enorme debito e si sono dati da fare per finanziare la loro ricerca. Una volta iniziata la pandemia, hanno orientato le loro operazioni e prodotto uno dei primi vaccini COVID mRNA, che hanno ricevuto centinaia di milioni di persone.

Con miliardi di vendite ai governi e milioni di investimenti privati diretti, possiamo aspettarci che l'ormai fiorente BioNTech sia in prima linea nella ricerca sul cancro dell'mRNA, che potrebbe darci una cura. Lo stesso vale per molte malattie orfane e rare che altrimenti non ricevono finanziamenti importanti.

Sarebbe stato possibile senza la protezione della proprietà intellettuale?

Se vogliamo essere in grado di affrontare e porre fine a questa pandemia, continueremo ad aver bisogno dell'innovazione sia dei produttori di vaccini che dei produttori che lo rendono possibile. La concessione di una rinuncia una tantum creerà un precedente di annullamento dei diritti di proprietà intellettuale per una serie di altri medicinali, il che metterebbe in grave pericolo l'innovazione futura e milioni di potenziali pazienti.

Soprattutto di fronte alle mutanti varianti del COVID, abbiamo bisogno di tutti gli incentivi sul tavolo per proteggerci dalla prossima fase del virus. 

Piuttosto che cercare di abbattere coloro che hanno realizzato il miracolo di vaccini rapidi, economici ed efficaci, dobbiamo sostenere le loro innovazioni e fornire forniture ai paesi che ne hanno bisogno. Gesti simbolici che avranno conseguenze drastiche, soprattutto sui più vulnerabili, non sono all'altezza del compito.

Originariamente pubblicato qui.

Скасування патентів на КОВІД-вакцини вб'є інновацію у світі

Що потягне за собою скасування патентів на вакцини

Раніше цього тижня адміністрація президента Байдена підтримала призупення захисту прав інтелектуальної власності у Світовій Організації Торгівлі (СОТ). Таке рішення було прийнято з метою пришвидишити вироблення вакцин і відповідно вакцинацію населення світу, зокрема це стосується країн, що розвиваються. Наслідком підривання прав інтелектуальної власності стане різке зменшення інновації у світі, чорний ринок вакцин, і негативне бачення вакцинації як такої.

Передісторія

У жовтні 2020 року Індія та Південно-Африканська Республіка вперше висунули глобальну пропозицію про відмову від деяких положень Угоди про торгові аспекти прав інтелектуальної власності (TRIPS) Світової організації торгівлі (далі – СОТ), щоб дозволити будь-якому виробникам фармацевтичних препаратів виготовляти вакцини COVID та розповсюджувати їх. Крім патентів, йшлось про інші форми захисту прав інтелектуальної власності, щоб забезпечити виготовлення та розповсюдження необхідних медичних виробів, таких як маски, вентилятори, засоби індивідуального захисту.

Per questo motivo, ti propongo di spendere meno di 100 centesimi in Francia, in Spagna e in Francia.

Але австралія, поряд з ве иобританєюєю, єє, шшйцйцйц, японєю, бзз та н. Н. Н. Н. Н. Н. Н. Н. Н. Н. Н. Н.. L'unica opzione disponibile per il rilascio del brevetto.

“L'approvazione del Consiglio di sicurezza per la protezione dei brevetti delle vaccinazioni contro il COVID-19 è più sicura per il virus”, – ція сказала речниця уряду Німеччини. Dopotutto, questo è "l'intellettuale intelligente che cerca di capire l'innocenza e il modo migliore per farlo".

Що таке VIAGGI

Угода TRIPS є невід'ємною частиною правової бази СОТ щодо інтелектуальної власності. Згідно зі статтею 27 (2) Угоди TRIPS, країни-члени СОТ можуть виключити патентоспроможність винаходів, необхідних для захисту здоров'я населення. Стаття 30 дозволяє учасникам робити обмежені винятки з прав, наданих патентом.

Серед іншого, угода, основною метою якої є захист прав інтелектуальної власності, також включає положення про примусове ліцензування або використання предмета патенту без дозволу правовласника (стаття 31). По суті, це означає, що “у разі надзвичайної ситуації в країні чи інших обставин надзвичайної невідкладності або у випадках некомерційного використання в державних цілях” держава-член може дозволити комусь іншому виробляти запатентований продукт без згоди власника патента.

Тоді як за звичайних обставин особа чи компанія, яка подає заявку на ліцензію, повинна спочатку спробувати отримати добровільну ліцензію у правовласника на розумних комерційних умовах (стаття 31b). Una volta che non sei riuscito a trovare un'altra soluzione per il tuo viaggio, puoi farlo durante il tuo viaggio.

Таким чином, гнучкість TRIPS дозволяє країнам замінити глобальні правила інтелектуальної власності, щоб зменшити шкоду, заподіяну надзвичайною ситуацією, і в основному має предметом фармацевтичні препарати.

Potevano proporre Індії та Південної Африки спрямовані на більшу гнучкість, ніж передбачена в Угоді TRIPS.

Скасування патентів на вакцини є політичним та недалекоглядним рішенним.

Якими будуть наслідки

Імплементація пропозиції зробить можливим виробляння вакцин компаніями, які за нормальних умов могли би не отримати дозвіл на виготовлення вакцини через брак виробничих потужностей і знань загалом, чи можливості забезпечити правильне зберігання. Таким чином, після скасування патентів не буде жодних гарантій безпеки виробництва вакцин, що стане прямою загрозою для здоров'я людства. Якщо дози будуть вироблятись сторонніми постачальниками, спираючись на запатентовані формули та процеси, але без спеціалізації, це збільшить ризики псування вакцин або виготовлення поганих недіючих вакцин, які підірвуть вакцинацію загалом.

Le vaccine sbagliate non sono in grado di fornire alcun tipo di video in caso di pandemia, ma solo dopo aver ricevuto un messaggio.

Кращий спосіб заохотити справедливий розподіл існуючих вакцин – це не усунути фінансові стимули а зробити те, що більшість виробників вакцин проти COVID-19 насправді вже роблять: зниження їх цін для країн, що розвиваються, або продаж вакцини на вартість. Розробники вакцини Оксфорд-АстраЗенека пообіцяли продавати за собівартістю, поки пандемія не закінчиться.

Chi è il tuo punto di vista per l'internet?

Противники прав інтелектуальної власності часто роблять помилку, сприймаючи інновації як належне, тим самим закриваючи очі на рушійну силу будь-якого виду підприємництва: економічні стимули. I brevetti di una forma intellettualmente intellettiva non sono mai stati superati dal vino. Prima di tutto, ti garantiamo che l'azienda può inviare il tuo prodotto all'indirizzo di posta elettronica.

Короткотерміновим результатом зниження прав інтелектуальної власності буде розширений доступ до інновацій, але в довгостроковій перспективі інновацій не буде. 

Ora puoi fare un'esperienza di intrattenimento intelligente, quindi ho bisogno di una corona per ottenere informazioni sul tuo conto. Пацієнти, яким одного разу можуть поставити діагноз невиліковних захворювань, таких як хвороба Альцгеймера, діабет або ВІЛ/СНІД, повинні скористатися шансом на отримання ліків, а захист прав інтелектуальної власності – це єдиний спосіб надати їм такий шанс.

Originariamente pubblicato qui.

BRASIL TEM QUE FORTALECER AS LEIS DE PI PARA COMBATER A PANDEMIA E VOLTAR A CRESCER

Centro di scelta dei consumatori (Centro de Escolha do Consumidor) è stato accompagnato da perto os efeitos da pandemia nella vita dei consumatori, da o accesso e distribuito da vacina até come conseguenze sul mercato interno e internazionale.

Per Fabio Fernandes, direttore globale di Relações Institucionais e Governamentais da entidade de defesa do consumidor Consumer Choice Center, “agora que grande parte dos países do mundo tem acesso à vacina, a próxima luta não será contra o vírus mas pela recuperação econômica”

“As leis e acordos de propriedade intelectual como o TRIPs – do qual o Brasil é signatário – foram fundamentais na descoberta e desenvolvimento in un brevissimo spazio di tempo da vacina para o COVID-19. Porém algumas pessoas querem flexibilizar essas regras, o que causaria danos irreversíveis” disse Fernandes.

“Precisiamo permanecer firmes in nossa defesa dos direitos de propriedade intelectual se quisermos derrotar o coronavírus e come sue varianti, anche di molte altre doenças che hoje são incuráveis. Proteggere la proprietà intellettuale è l'unico modo per dare a questi pazienti una possibilità di cura. Se agirmos sem temperamento agora, expandindo ou flexibilizando a TRIPs e enfraquecermos ainda mais os direitos de PI, causamos danos que dificilmente serão reversíveis, eo mundo pós-pandêmico terá de pagar a conta.

No Brasil, o artigo 40 da Lei de Direitos de Propriedade Intelectual nº 9.279/1996 que está sendo julgado pelo STF, é um mecanismo creato per compensare attrasos administrativos do Inpi (Instituto Nacional de Propriedade Industrial) e concede automaticamente à patente uma exclusividade mínima de dez anos.

Para Fernandes “I consumatori sono preoccupati per la possibilità di nuovi prodotti, tecnologie e farmaci non sono disponibili in Brasile per un'insicurezza giuridica. A lei de propriedade intelectual no Brasil está de acordo com o padrão internacional ed essa decide do STF pode enfraquecer esse direito pondo a rischio o futuro da inovação no Brasil”

“Vaccinas para o setor de agropecuária, remédios contra o Câncer, componentes de informática como microchips para celulares, telecomunicações como a rede 5G e até Inteligência Artificial são alguns exemplos de produtos e innovações que podem atrasar ou até mesmo nunca chegarem ao mercado brasileiro se o Artigo 40 per derrubado” afirmou Fernandes.

“A raiz do problema não é o parágrafo 40 e sim os enormes atrasos que os órgãos públicos brasileiros causam na aprovação de patentes. Esses attrasos prejudicam não apenas as empresas que sollecitam de protection de patentes, mas também os consumeres e pacientes que aguardam a aprovação das patentes para ver a entrada de produtos e medicamentos no mercado brasileiro. spiega Fernandes.

“Os maiores interessados em derrubar o parágrafo 40 são as indústrias farmacêuticas de medicamentos genericos e biossimilares, que usam os consumadores para fazer campanha para 'redução nos preços'. Ciò che precisamo nella realtà è un appassionato di politica che baixem impostos e minutam burocracia e não aquelas que legalizam o roubo de propriedade intelectual, infine, os consumeres querem as mais novas technos com preços competitivas e não produtos velhos baratos. argomento Fernandes.

“L'innovazione è il risultato di un ambiente di sicurezza giuridica che permette all'inventore di essere remunerato con un tempo enorme e denaro investito nello sviluppo di una nuova tecnologia. Privare l'inventore di seu direito acaba per privare anche i consumatori dell'accesso alle innovazioni eo país de crescer economicamente non medio e lungo prazo. Por isso a Estratégia Nacional de Propriedade Intelectual tem um horizonte de 10 anos” disse Fernandes.

“Qualquer tentativo di erodere una proprietà intellettuale deve essere vista pelo che realmente è: un'ameaça à inovações futures e à nossa recuperação econômica post-pandemia.” conclude Fernandes.

Originariamente pubblicato qui.

Il Canada deve bloccare un'erogazione di brevetto per i vaccini contro il COVID

L'octroi d'une dérogation unique crea un pericolo precedente di annullamento dei diritti di proprietà intellettuale, mettendo in pericolo il futuro dell'innovazione e la vie de miliardi di vittime di virus.

Affaires World Canadas n'a toujours pas pris de décision sur l'opportunité de soutenir une dérogation aux droits de propriété intellectuelle pour les vacins COVID-19. Le Canada, ainsi que les États-Unis, l'UE, le Royaume-Unis, la Suisse, le Japon, la Norvège, l'Australie et le Brésil, ont tous retardé leur décision sur la «dérogation aux ADPIC» proposta par l 'Inde et l'Afrique du Sud l'année dernière. L'ADPIC est le volet «Aspects des droits de propriété intellectuelle liés au commerce» de l'OMC.

L'Inde et l'Afrique du Sud sono seguiti da una coalizione che comprende Medici senza frontiere, Human Rights Watch e il segretario generale dell'Organizzazione mondiale della sanità, Tedros Adhanom Ghebreyesus. La nostra argomentazione a favore della deroga è semplice: cela sopprimerait les barrières juridiques qui empêchent les pays en développement de produire i loro propri vaccini con la tecnologia sviluppata dalle imprese di vaccini.

I partigiani della deroga soutiennent che parce che il COVID rappresenti una minaccia globale e che i vaccini sul mantenimento siano stati sviluppati, i pagamenti a reddito faible e l'intermediario siano stati autorizzati a fabbricare le stesse persone – che qui sulla tecnologia e sul capitale humain pour le faire, c'est-à-dire.

Bien que l'objectif d'accroître la disponibilité des vacins dans le monde en développement soit à la fois nobile et réalisable, una deroga alla propriété intellectuelle est une mauvaise façon d'y parvenir. L'annullamento dei diritti di proprietà intellettuale détruit il fondamento di ciò che rende possibile l'innovazione medica. Les droits de propriété intellectuelle sont des protections qui contribuent à favoriser l'innovation et offerent une sécurité juridique aux innovateurs afin qu'ils puissent profitteur de leurs sforzi et les financer. Un'affaiblissement des règles de propriété intellectuelle nuirait active à tous ceux qui dépendent de médicaments et de vaccins innovants, y comprende les plus vulnérables du monde.

Se il costo della ricerca e della produzione di un vaccino contro il COVID è di 1 miliardo di dollari, senza garanzia di successo, il ya relativo peu di società biotecnologiche o farmaceutiche che possono sostenere questo costo. In caso di COVID, tenuto conto delle conoscenze specialistiche necessarie per lo sviluppo di questi vaccini e dell'infrastruttura di stoccaggio del frigorifero necessaria per un certo distributore, sembra plausibile che possa essere sviluppato senza i contratti di approvazione tradizionali che noi Avons Vus en Amérique du Nord.

BioNTech, la société allemande dirigée par l'équipe mari-femme d'Uğur Şahin et Özlem Türeci qui s'est associée à Pfizer pour les essais et la distribution de leur vaccin ARNm, a été fondée à l'origine pour saggier de développer des moyens d'utiliser les techniques d'ARNm pour guérir le cancer. Avant la pandémie, il s'est endetté massivement et s'est brouillé pour finanziare ses recherches. Una volta che la pandemia è iniziata, ha fatto ruotare le sue operazioni e ha prodotto uno dei primi vaccini contro l'ARNm COVID, che ha raccolto centinaia di milioni di persone.

Con miliardi di dollari di vendite ai governi e centesimi di milioni di investimenti privati diretti, possiamo partecipare a ciò che BioNTech, désormais florissante, così come la punta della ricerca sul cancro all'ARNm, che potrebbe eventualmente vincere la maladie. Il en va de même pour les nombreuses maladies «orphelines» et rares qui, autrement, ne reçoivent pas de financement majeur.

Cela aurait-il été possibile senza le protezioni della propriété intellectuelle? Non. Le protezioni della proprietà intellettuale garantiscono che gli innovatori possano trarre profitto dai loro sforzi, recuperare i loro costi e reinvestire nella ricerca e nello sviluppo di nuovi farmaci e vaccini.

Una migliore façon d'incoraggiamento a una distribuzione equa dei vaccini esistenti non è in grado di eliminare le incitazioni finanziarie per creare nuove opportunità, ma è meglio che la maggior parte dei fabbricanti di vaccini COVID-19 sia già in realtà: réduire leurs prix pour les pays en développement ou vendre le vaccin à Coût. Gli sviluppatori del vaccino Oxford-AstraZeneca sono impegnati a vendere al prezzo giusto proprio alla fine della pandemia.

Per parte sua, Moderna ha deciso volontariamente di non applicare i diritti di proprietà intellettuale sul suo vaccino ARNm tanto che la pandemia non è stata dichiarata terminata. Après cela, Moderna rappresenta l'applicazione dei suoi diritti di proprietà intellettuale sulla tecnologia, che gli permette di continuare a recuperare i costi e finanziare la futura ricerca e sviluppo. La non esecuzione est son droit, bien sûr: c'est le titulaire des droits. Les gouvernements et autres agences, y compris privées, peuvent également acheter des vaccinins en vrac et les distributore gratuito aux pays à faible revenu, come le fait le plan multilatéral COVAX.

Vous pourriez penser que ces concessiones des producteurs de vaccinans et les contributi des gouvernements suffiraient à réprimer les appels à lo dissolution de la propriété intellectuelle, mais les partisans d'une dérogation à la propriété intellectuelle ont double. Medici senza frontiere, per esempio, souhaite que toutes les recherches et technologies liées aux vaccinans COVID soient mises à la disposition des pays qui en ont besoin, ce qui équivaut à l'annulation complète des protections de propriété intellectuelle.

Plutôt que de célébrer l'innovation capitale qui, en un temps record, a conduit à près d'une douzaine de vaccins approuvés au niveau mondial pour lutter contre une pandémie mortelle, ces groupes diffusent un message populiste che si oppone ai pays pauvres aux riches. È ancora politicamente alla moda di s'en tenir à «Big Pharma», même après avoir fourni les vaccinis qui mettront fin à la pandémie, les conséquences de raids IP organisés de ce tipo seraient orribile.

Per affrontare la pandemia attuale e lottare efficacemente contro il futuro, ci avvantaggiamo dell'innovazione dei produttori di vaccini che rende possibile la campagna mondiale attuale di vaccinazione. L'octroi d'une dérogation supposée unique crea un pericolo precedente all'annullamento dei diritti di proprietà intellettuale che mette a rischio l'innovazione futura e donc la vie de miliardi di vittime di virus, effettivi e potenziali.

Originariamente pubblicato qui.

Il Canada dovrebbe bloccare una rinuncia al brevetto per i vaccini COVID

La concessione di una rinuncia una tantum crea un pericoloso precedente di annullamento dei diritti di proprietà intellettuale, mettendo a repentaglio l'innovazione futura e la vita di letteralmente miliardi di vittime del virus

Global Affairs Canada non ha ancora preso una decisione sull'opportunità di sostenere una rinuncia ai diritti di proprietà intellettuale per i vaccini COVID-19. Il Canada, insieme a Stati Uniti, UE, Regno Unito, Svizzera, Giappone, Norvegia, Australia e Brasile, hanno tutti ritardato la decisione sulla "rinuncia TRIPS" proposta da India e Sudafrica lo scorso anno. TRIPS è la sezione "Aspetti relativi al commercio dei diritti di proprietà intellettuale" dell'OMC.

India e Sudafrica sono sostenuti da una coalizione che comprende Medici senza frontiere, Human Rights Watch e il segretario generale dell'Organizzazione mondiale della sanità Tedros Adhanom Ghebreyesus. La loro argomentazione a favore della rinuncia è semplice: eliminerebbe le barriere legali che impediscono ai paesi in via di sviluppo di produrre i propri vaccini con la tecnologia sviluppata dalle aziende produttrici di vaccini.

I sostenitori della rinuncia sostengono che poiché COVID rappresenta una tale minaccia globale e poiché i vaccini sono stati ora sviluppati, i paesi a basso e medio reddito dovrebbero essere autorizzati a produrli da soli, quelli che hanno la tecnologia e il capitale umano per farlo, cioè .

Sebbene l'obiettivo di aumentare la disponibilità di vaccini nel mondo in via di sviluppo sia nobile e raggiungibile, una rinuncia alla proprietà intellettuale è un pessimo modo per raggiungerlo. Annullare i diritti di proprietà intellettuale distrugge il fondamento di ciò che rende possibile l'innovazione medica. I diritti di proprietà intellettuale sono protezioni che aiutano a promuovere l'innovazione e forniscono certezza giuridica agli innovatori in modo che possano trarre profitto e finanziare i loro sforzi. Un indebolimento delle norme sulla proprietà intellettuale danneggerebbe attivamente tutti coloro che dipendono da farmaci e vaccini innovativi, compresi i più vulnerabili del mondo.

Se il costo della ricerca e della produzione di un vaccino COVID è $1 miliardo, senza alcuna garanzia di successo, sono relativamente poche le aziende biotecnologiche o farmaceutiche in grado di sopportare tale costo. Nel caso di COVID, considerando le conoscenze specialistiche necessarie per sviluppare questi vaccini e l'infrastruttura di celle frigorifere necessarie per distribuirne alcuni, sembra poco plausibile che avrebbero potuto essere sviluppati senza i tradizionali contratti di approvvigionamento che abbiamo visto in Nord America.

BioNTech, la società tedesca guidata dal team marito-moglie di Uğur Şahin e Özlem Türeci che ha collaborato con Pfizer per le prove e la distribuzione del loro vaccino a mRNA, è stata originariamente fondata per cercare di sviluppare modi per utilizzare le tecniche di mRNA per curare il cancro. Prima della pandemia, si è indebitata enormemente e si è affrettata a finanziare la sua ricerca. Una volta iniziata la pandemia, ha cambiato le sue operazioni e ha prodotto uno dei primi vaccini COVID a mRNA, che centinaia di milioni di persone hanno ricevuto.

Originariamente pubblicato qui.

Les arguments contre le passeport vaccinal européen

Les démocraties libérales devraient simplement s'abstenir de la mesure intrusive d'un passeport vaccinal.

A Bruxelles, la Commission européenne et les États membres ont peaufiné les détails du soi-disant certificat vert numérique de l'Union européenne, un nuovo nome di stile per questo che è essenzialmente un passaporto vaccinale europeo. Per l'essenziale, il programma è stato censurato sostituendo il test Covid-19 che i viaggiatori sont désormais tenus de présenter negativo al loro arrivo o prima della loro partenza da un paese della zona.

È importante notare che la Commissione europea predice che gli Stati membri possono anche utilizzare questo nuovo certificato per altre persone che viaggiano internazionalmente. In altri termini, potrebbe essere obbligatorio per il presentatore all'ingresso in un'epicerie, una sala da concerto o un parco.

Tanto che giornalista indipendente da un giornale lussemburghese, io intervistato en janvier la ministre de la Santé de mon pays, Paulette Lenert. Elle ne voyait absolument pas la nécessité d'un passeport vaccinal et prevede di opporsi probabilmente a un règle esigente di una cittadina lussemburghese di renseigner son statut médical à une frontière. Elle a également souligné qu'un tel arrangment ne ferait qu'aggraver les controverses sur les vaccinans.

Néanmoins, quelques mois plus tard, l'Union européenne est sur le point de déployer la proposition, alla presidenza portoghese s'étant engagée à présenter un projet révisé d'ici le 14 avril. I diplomati ne s'attendent toujours pas Dato che il programma sembra essere un'opera di maniere realistiche avant juillet, anche se l'interoperabilità di questo progetto è difficile. Il semble cependant que plus personne ne remette fondamentalement l'idée en question.

L'Union européenne semble vraiment céder aux demandes d'États membres comme la Grèce, qui a insistere sur le passeport dans le but de soutenir son industrie du tourisme. Athènes non sembra preoccupato per le implicazioni più grandi di un tel passeport électronique sur l'obbligazione vaccinale formale.

LE PASSEPORT VACCINAL ET LA VIE PRIVÉE

Du point de vue de la vie privée, il est preoccupant que le passeport vaccinal européen esporre des informations de santé sensibles aux pirates informatiques, nationaux et étrangers a proposito di la vaccinazione, les résultats des tests et même des informations médicales parenti à la guérison du Covid. À cet égard, la Global Privacy Assembly a souligné che la protezione della vita privata deve essere al primo piano delle considerazioni, suggerendo tra le altre cose che:

Le clausole di estinzione devono essere integre nella concezione dei sistemi di telecomunicazione, prevenendo la soppressione permanente di questi dati o basi di dati, riconoscendo che il trattamento di routine delle informazioni sulla salute del Covid-19 alle frontiere può diventare inutile une fois la pandemia terminée.

L'Association du transport aérien international a déjà introduit son propre pass voyage fin 2020. Anche se lei finge che tutto sia fatto con una tecnologia decentralizzata, i dettagli rimangonont rare, ce qui n'est pas rassurant.

La Commissione europea un affermato que le système européen ne nécessiterait che le informazioni essenziali che includano données de vaccin o test ainsi qu'un identifiant unique pour le certificat.

Dans sa proposition, elle prévoit également un système décentralisé:

Le certificat vert numérique ne devrait pas exiger la mise en place et la maintenance d'une base de données au niveau de l'UE, mas devrait permettre la vérification décentralisée des certificats interopérables signés numériquement. 

Sont les fuites de données malheureusement assé courantes. Ainsi en janvier, una violazione de données à l'Agence européenne des médicaments un condotto dei pirati informatici pubblicano su internet documenti riservati riguardanti i farmaci e i vaccini Covid-19.

Una configurazione decentralizzata deve quindi consentire di fare fronte a questo rischio, ma se tutti i tipi di informazioni sensibili sono disponibili sui telefoni delle città, è necessario che prevedano un'attenzione rafforzata durante l'utilizzo del proprio dispositivo.

D'après l'expérience passée, on peut donc s'attendre à très rapidement entender des histoires d'abus d'informations, ainsi que d'importantes fuites de données.

LE PASSEPORT VACCINAL ET L'ÉQUITÉ

Oltre agli aspetti tecnici del passaporto numerico per i vaccini, dobbiamo anche considerare questo punto di vista dell'équité.

Una grande parte del mondo in via di sviluppo è molto importante per l'accesso a un vaccino contro il Covid. Imposer un nuovo ostacolo aussi insurmontable aux personnes originaires d'Asie ou d'Afrique, en plus des exigences de visa existantes, est tout simplement crudel, un cas que j'ai egalement présenté lors d'une apparition sur Radio scelta del consumatore et dans un articolo versare La spedizione.

Inoltre, è conveniente notare che i nombreux pays europei propongono test gratuiti, che sono suscettibili di essere arrestati a misura che le vaccinazioni sono state distribuite. I viaggiatori devono finanziare le prove richieste, che possono essere assente per alcuni tra loro.

LE PASSEPORT VACCINAL ET LES DÉMOCRATIES LIBERALES

Les démocraties libérales devraient simplement s'abstenir de la mesure intrusive d'un passeport vaccinal. Les gouvernements ne devraient pas être en mesure de demander nos données sur la santé, que nous entrions dans un bar ou au bureau des passeports de l'aéroport.

In effetti, c'est ce qui sépare les pays libres de la Chine et d'altre nazioni asiatiche, même si leur gestion de Covid a été supérieure. Être à l'abri de ce virus ne devrait pas être la seule norme. Pouvoir voyager sans être embêté par des agent de l'Etat et pouvoir rifiutare di divulgare informazioni mediche private sont des droits fondamentaux.

En plus de cela, dobbiamo fare molta attenzione al pente glissante che costituisce un passaporto vaccinale europeo. Rien n'est aussi permanent qu'une mesure gouvernementale temporaire. Il passeport vaccinal potrebbe diventare permanente a lungo termine, un quantitativo di croissante de renseignements personals verrà raccolto sotto il pretesto della sanità e della sicurezza pubblica.

È anche importante prendere in considerazione la legittimità di un tel passeport conferire a pays autoritaires. Se l'Unione europea le fait, quali sono le sue argomentazioni per reprocher à des régimes comme la Russie, la Biélorussie ou l'Afrique du Nord d'enregistrer des information sur la santé pendant une durée indéterminée ? Comme le fait valoir Adam Mazik dans Il conservatore, de nombreuses lois violant les droits civils dans des pays comme la Russie ont souvent été calquées sur leur équivalent européen.

LES CONSÉQUENCES SUR L'ESPACE SCHENGEN

Le passaporto vaccinale europeo può anche portare a lungo termine lo spazio Schengen. Le compagnie aeree devono essere in grado di verificare il certificato numerico senza grandi difficoltà durante il processo di imbarco. Mais si les États membres appliquent avec sérieux les règles de voyage, aucun transfert en bateau, train ou passage de frontière en voiture ne devrait être exempté de ces contrôles. À moins que cela ne soit fait au niveau de l'espace Schengen, mais les douze derniers mois montrent à quel point ses pays sont réticents à coordonner leurs politiques de santé.

En plus de tout cela, la questione resta de savoir si les force de l'ordre auront la possibilité de procéder à un contrôle aléatoire du passeport vaccinal par exemple en interpellant les gens dans les rues. Voulons-nous vraiment d'un tel certificat et de ses potentielles dérives ?

Un petizione contre le certificat de vaccin européen a déjà reçu plus de 200 000 firme in linea. On peut s'attendre à plus d'opposition.

Il passeport vaccinal européen significa davvero un aumento dei poteri dello Stato che deve fare in modo che Frémir possa apprezzare le libertà individuali e il rispetto della vita privata. Il tempo è grande per entrare nel processo burocratico in treno del dispiegatore.

Originariamente pubblicato qui.

Le organizzazioni globali e i populisti che mirano a sequestrare la tecnologia e la proprietà intellettuale per i vaccini COVID

Quando Donald Trump ha affermato nel settembre 2020 che ogni americano avrebbe avuto accesso ai vaccini entro aprile 2021, i suoi commenti hanno ricevuto disprezzo. Il Washington Post ha affermato che le sue affermazioni erano "senza prove"La CNN ha citato esperti sanitari che hanno affermato che lo era impossibilee Il New York Times ha sostenuto ci vorrebbe un altro decennio.

Ora, un anno dopo questa pandemia, quasi metà della popolazione ammissibile ha ricevuto almeno una dose di vaccino negli Stati Uniti e la distribuzione è avvenuta ha aperto a ogni adulto americano.

L'operazione Warp Speed, che ha investito denaro delle tasse e ha contribuito a ridurre la burocrazia su tutta la linea, ha contribuito a quello che è stato davvero uno sforzo miracoloso da parte delle aziende produttrici di vaccini.

Mentre i proclami di Trump alla fine diventano realtà e la questione della capacità del vaccino è stata risolta, ora c'è pressione sull'amministrazione Biden di cedere la fornitura nazionale di vaccini ai paesi con casi alle stelle.

Domenica, gli Stati Uniti dichiarato invierà ulteriori forniture mediche in India, attualmente in fase di sperimentazione più grande picco globale nei casi.

Ma negli organismi internazionali, paesi e gruppi di attivisti chiedono molto di più: vogliono costringere le aziende biotecnologiche a rinunciare ai diritti di proprietà intellettuale sui vaccini e sulla tecnologia medica correlata al COVID.

Insieme a quasi 100 altri paesi, India e Sud Africa sono gli architetti di a movimento presso l'Organizzazione mondiale del commercio chiamata TRIPS Waiver (Aspetti dei diritti di proprietà intellettuale relativi al commercio).

Se la rinuncia venisse attivata, apparentemente annullerebbe le protezioni della PI sui vaccini COVID, consentendo ad altri paesi di copiare le formule sviluppate da aziende private di vaccini per inoculare le loro popolazioni e giocare nelle mani dei futuri governi più ostili all'innovazione privata.

Questa settimana, la rappresentante commerciale degli Stati Uniti Katherine Tai incontrato con i vertici dei vari produttori di vaccini per discutere la proposta, ma è incerto se l'amministrazione Biden sosterrà il provvedimento in sede Wto.

Sebbene molte aziende si siano impegnate volontariamente a venderle al costo o addirittura si siano offerte di condividere informazioni con altre aziende, questa misura avrebbe implicazioni di più ampia portata.

Questa coalizione cerca la rinuncia al TRIPS include Medici Senza Frontiere, Human Rights Watch, e il Segretario generale dell'Organizzazione Mondiale della Sanità Tedros Adhanom Ghebreyesus, che primo ha sostenuto questo sforzo nel 2020 prima che fosse approvato qualsiasi vaccino contro il coronavirus.

Affermano che, poiché il COVID rappresenta una tale minaccia globale e poiché i governi occidentali hanno versato miliardi per garantire e aiutare a produrre vaccini, i paesi a basso e medio reddito dovrebbero essere sollevati dall'onere di acquistarli.

Considerando le conoscenze specialistiche necessarie per sviluppare questi vaccini e l'infrastruttura di conservazione a freddo necessaria per distribuirli, non sembra plausibile che tutto ciò possa essere ottenuto al di fuori dei tradizionali contratti di appalto che abbiamo visto nell'Unione Europea e negli Stati Uniti

Detto questo, invece di celebrare l'importante innovazione che ha portato a quasi una dozzina di vaccini approvati a livello globale per combattere una pandemia mortale a tempo di record, questi gruppi stanno strombazzando un messaggio populista che contrappone i cosiddetti paesi "ricchi" a quelli poveri.

I diritti di proprietà intellettuale sono tutele che aiutano a promuovere l'innovazione e forniscono certezza del diritto agli innovatori in modo che possano trarre profitto e finanziare i loro sforzi. Un indebolimento delle regole di PI danneggerebbe attivamente i più vulnerabili che dipendono da medicinali e vaccini innovativi.

Se il costo della ricerca e della produzione di un vaccino contro il COVID è davvero $1 miliardo come si sostiene, senza alcuna garanzia di successo, ci sono relativamente poche aziende biotecnologiche o farmaceutiche che possono sopportare quel costo.

BioNTech, l'azienda tedesca guidata dal team marito-moglie di Uğur Şahin e Özlem Türeci che ha collaborato con Pfizer per le prove e la distribuzione del loro vaccino mRNA, è stata originariamente fondata per utilizzare l'mRNA per curare il cancro.

Prima della pandemia, hanno preso il sopravvento enorme debito e si sono dati da fare per finanziare la loro ricerca. Una volta iniziata la pandemia, hanno orientato le loro operazioni e prodotto uno dei primi vaccini COVID mRNA, che hanno ricevuto centinaia di milioni di persone.

Con miliardi di vendite ai governi e milioni di investimenti privati diretti, possiamo aspettarci che l'ormai fiorente BioNTech sia in prima linea nella ricerca sul cancro dell'mRNA, il che potrebbe darci una cura. Lo stesso vale per le numerose malattie rare e orfane che altrimenti non ricevono finanziamenti importanti.

Sarebbe stato possibile senza la protezione della proprietà intellettuale?

Moderna, dal canto suo, ce l'ha ha dichiarato non farà valere i diritti di proprietà intellettuale sul suo vaccino mRNA e consegnerà qualsiasi ricerca a coloro che possono aumentare la produzione. Gli sviluppatori del vaccino Oxford-AstraZeneca si sono impegnati a farlo vendilo a prezzo di costo fino alla fine della pandemia.

Mentre questo dovrebbe distruggere la narrativa presentata dai populisti e dalle organizzazioni internazionali che desiderano cancellare i diritti di PI, invece hanno raddoppiato, affermando che queste società dovrebbero affidare tutta la ricerca e lo sviluppo ai paesi che ne hanno bisogno.

Se vogliamo essere in grado di affrontare e porre fine a questa pandemia, continueremo ad aver bisogno dell'innovazione sia dei produttori di vaccini che dei produttori che lo rendono possibile. La concessione di una rinuncia una tantum creerà un precedente di annullamento dei diritti di proprietà intellettuale per una serie di altri medicinali, il che metterebbe in grave pericolo l'innovazione futura e milioni di potenziali pazienti.

Soprattutto di fronte alle mutanti varianti del COVID, abbiamo bisogno di tutti gli incentivi sul tavolo per proteggerci dalla prossima fase del virus. 

Piuttosto che cercare di abbattere coloro che hanno compiuto il miracolo di vaccini rapidi, economici ed efficaci, dovremmo continuare a sostenere le loro innovazioni difendendo i loro diritti di proprietà intellettuale.

Yaël Ossowski (@Yael Oss) è vicedirettore del Consumer Choice Center, un gruppo globale di difesa dei consumatori.

Descrizione
it_ITIT