fbpx

Vapoter

Pentingnya Pragmatisme untuk Memerangi Rokok

Konsumsi rokok merupakan salah satau permasalahan kesehatan pubik yang besar yang saat ini melanda berbagai negara di seluruh penjuru dunia, termasuk juga Indonésie. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa, mengkonsumsi rokok merupakan salah satu penyebab berbagai penyakit kronis yang dialami oleh jutaan orang di seluruh dunia, seperti kanker dan penyakit jantung.

Oleh sebab itu, kebijakan untuk menanggulangi dampak dari rokok ini merupakan salah satu kebijakan yang sangat umum yang diberlakukan oleh berbagai pemerintahan di seluruh dunia. Kebijakan tersebut sangat bervariasi, mulai dari kebijakan yang cukup longgar, seperti larangan iklan, kewajiban memasang peringatan di bungkus rokok, dan larangan memasang logo, hingga kebijakan yang sangat ketat seperti larangan total konsumsi produk tembakau.

Strategi pembatasan dan pelarangan ini sekilas memang merupakan hal yang terlhat masuk akal dan bisa diterima. Bila kita ingin banyak orang untuk berhenti menggunakan produk-produk tertentu yang terbukti berbahaya misalnya, maka langkah yang dianggap tepat adalah dengan memastikan masyarakat tidak bisa mendapatkan akses terhadap barang tersebut, atau setidaknya memberi disinsentif kepada masyarakat untuk tidak mengkonsumsi produk tersebut melalui informasi di label produk .

Tetapi, bukan berarti lantas anggapan yang sekilas terlihat masuk akal tersebut merupakan sesuatu yang tepat dan sesuai dengan kenyataan. Melarang masyarakat untuk mengubah perilakunya yang berbahaya seperti mengkonsumsi rokok tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Bhoutan misalnya, merupakan salah satu negara yang melarang penjualan dan konsumsi rokok pada tahun 2010. Tetapi bukan berarti permasalahan konsumsi rokok di negara Himalaya tersebut menjadi selesai. Kebijakan pelarangan rokok justru memicu banyak perdagangan rokok illégal. Pada tahun 2020, Bhoutan akhirnya perlahan mulai mengizinkan warganya untuk membeli rokok melalui perusahaan yang dimiliki oleh negara untuk melawan perdagangan rokok ilegal (dfnionline.com, 09/07/2020).

Hal ini tentu bukan merupakan hal yang mengherankan untuk kita yang mengetahui sedikit sejarah mengenai kebijakan prohibisi. Berbagai kebijakan untuk melarang produk-produk yang dianggap berbahaya, seperti minuman keras dan rokok misalnya, niscaya akan berakhir pada kegagalan, sebagaimana kebijakan prohibisi minuman keras yang diberlakukan di Amerika Serikat pada dekade 1920-an. Kebijakan tersebut justru semakin memperkuat organisasi kriminal dan mafia seperti Al Capone, yang akhirnya menjadi penyedia produk ilegal tersebut.

Terkait dengan kebijakan disinsentif kepada pengguna rokok, seperti kewajiban memasang gambar dampak rokok terhadap kesehatan di bungkus rokok misalnya, keberhasilannya juga masih dipertanyakan. Deborah M. Scharf et William G. Shadel de Rand Corporation misalnya, menulis bahwa hampir tidak ada dampak langsung dari kewajiban pemasangan gambar tersebut dengan efek terhadap para konsumen rokok (rand.org, 30/7/2014).

Scharf dan Shadel juga menuli bahwa, ada berbagai macam faktor yang sangat kompleks yang menentukan bagaimana konsumen akan bereaksi terhadap berbagai kebijakan yang ditujukan untuk mengurangi konsumen rokok tersebut. Tidak mustahil juga bahwa, kebijakan tersebut akan membawa dampak yang berkebalikan dari tujuannya, dengan membuat para perokok merasa defensif sehingga mereka menjadi tidak memperhatikan peringatan tersebut. Berdasarkan laporan, tidak sedikit juga para perokok yang « berkreasi » dengan menutup gambar peringatan tersebut agar mereka tidak perlu melihat gambar tersebut (rand.org, 30/7/2014).

Untuk itu, dibutuhkan langkah lain bila kita ingin menanggulangi dampak dari rokok, serta mengurangi konsumsi dari produk yang berbahaya tersebut. Kita harus mampu dan berani untuk mencoba berbagai solusi lain melalui pendekatan yang pragmatis ketimbang dengan terpaku pada ide-ide tertentu yang sudah terbukti gagal.

Sejarah sudah membuktikan bahwa, praktik konsumsi produk-produk yang membahayakan bagi kesehatan tidak bisa dilakukan melalui kebijakan yang keras seperti pembatasan hingga pelarangan total. Untuk itu, cara pragmatis yang paling memungkinkan untuk menekan dampak dari konsumsi tersebut adalah apabila ada produk lain yang dapat digunakan para perokok untuk berpindah dan memiliki dampak negatif yang jauh lebih kecil.

Saat ini sudah ada beberapa produk alternatif tersebut yang bisa kita temukan dengan mudah, khususnya kita yang tinggal di kota-kota besar. Salah satu produk tersebut yang kerap digunakan sebagai cara stratégie de réduction des méfaits, atau strategi untuk mengurangi dampak négatif dari rokok itu sendiri, adalah rokok elektronik, atau yang dikenal juga dengan nama vape.

Penggunaan vape sebagai bagian dari stratégie de réduction des méfaits memang merupakan hal yang menimbulkan pro dan kontra, di mana tidak sedikit yang berpandangan bawah vape merupakan produk yang sama bahayanya, atau bahkan lebih berbahaya, dari rokok konvensional yang dibakar. Pandangan ini jelas adalah pandangan yang sangat keliru.

Pada tahun 2015 lalu, lembaga kesehatan publik asal Inggris, Public Health England (PHE), mengeluarkan laporan terkait dengan dampak vape terhadap kesehatan. Dalam laporan PHE tersebut, disebutkan bahwa produk vape 95% jauh lebih aman bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar (Public Health England, 19/8/2015).

Laporan ini tentu merupakan sesuatu yang sangat penting dan patut kita apresiasi. Adanya produk yang mampu menjadi alternatif rokok yang terbukti jauh lebih aman adalah berita yang sangat baik, dan memberi kesempatan bagi para perkok untuk memindahkan konsumsinya ke produk yang lebih aman.

Penggunaan vape sebagai produk alternatif dalam rangka stratégie de réduction des méfaits bukanlah sesuatu yang hanya hadir di teori saja, melainkan juga sudah dipratikkan di negara lain. Inggris misalnya, mengkampayekan penggunaan vape untuk membantu para perokok menghentikan kebiasaannya yang sangat berbahaya. Kebijakan tersebut terbukti sangat sukses, dan melalui strategi harm reduction dengan menggunakan vape, 1,5 juta warga Inggris telah menghentikan kebiasaan merokoknya (consumerchoicecenter.org, 21/7/2020).

Sebagai pentutup, langkah dan strategi pragmatis merupakan hal yang sangat penting bila kita ingin mengurangi jumlah populasi perokok. Jangan sampai, kita terlalu terpaku pada ide dan pandangan tertentu, sehingga kita tetap mengimplementasikan kebijakan yang sudah terbukti gagal, sehingga tidak mampu membantu kawan-kawan kita yang perokok untuk menghentikan kebiasaannya yang sangat berbahaya.

Publié à l'origine ici

Une nouvelle pandémie de tabagisme se cache alors que la FDA prépare sa décision sur les cigarettes électroniques

Aujourd'hui, la Food and Drug Administration devrait annoncer sa décision historique sur le sort des e-cigarettes aux États-Unis. À la suite d'un examen de millions de demandes déposées par de grands et petits fabricants de cigarettes électroniques à travers le pays, l'agence reconnaîtra les produits de vapotage comme "appropriés à la protection de la santé publique", ou les bannira du marché. En dépit preuve sans équivoque prouvant la sécurité des cigarettes électroniques, les chances ne sont pas en faveur des cigarettes électroniques, en particulier lorsqu'il s'agit de petites entreprises.

Les cigarettes électroniques ont en fait été inventées pour aider les fumeurs à arrêter de fumer et ont connu un énorme succès dans ce domaine. Depuis 2013, lorsque le vapotage est devenu populaire au Royaume-Uni, le taux de tabagisme chez les adultes a chuté. En fait, au Royaume-Uni, le taux de tabagisme est à sonle plus bas sdepuis 1974. La popularité des arômes de vapotage chez les adultes est l'une des raisons pour lesquelles les fumeurs sont passés au vapotage. Les vapoteurs qui utilisent des saveurs sont 2,3 fois Suite susceptibles d'arrêter de fumer que ceux qui utilisent des cigarettes électroniques aromatisées au tabac.

Bien qu'il ne soit pas complet, le processus d'examen de l'autorisation de mise sur le marché de la FDA a montré un parti pris contre les cigarettes électroniques aromatisées. Le 26 août, la FDA a refusé l'accès au marché de 55 000 produits de cigarettes électroniques aromatisés pour avoir omis de "fournir la preuve qu'ils protègent de manière appropriée la santé publique" malgré l'ensemble des preuves que les cigarettes électroniques améliorent la santé des fumeurs qui passent aux cigarettes électroniques. . Au lieu de reconnaître ces preuves, la FDA s'est tournée vers l'utilisation illégale de cigarettes électroniques par les moins de 21 ans, affirmant que "les produits du tabac aromatisés sont très attrayants pour les jeunes" et nécessitent donc un examen approfondi. Un tel raisonnement ne tient pas debout à l'examen et ne blesse que les consommateurs adultes qui cherchent à changer.

Une étude récente du Consumer Choice Center et de la World Vapers' Alliance trouvé que si les États-Unis mettaient en place des interdictions d'arômes de vapotage, plus de 7,7 millions de vapoteurs recommenceraient à fumer. Si l'objectif principal du processus d'examen des autorisations de mise sur le marché est de protéger la santé publique et de prévenir les maladies induites par le tabagisme, alors les interdictions d'arômes de cigarettes électroniques - qui sont populaires auprès des fumeurs à la recherche d'alternatives réduisant les risques - ne sont pas la bonne voie à suivre. 

Deuxièmement, le processus de demande a été inutilement bureaucratique et coûteux. La FDA elle-même estimé que l'élaboration et la soumission d'une demande d'autorisation de mise en marché prendront en moyenne 1 713 heures à compiler et pourraient coûter plusieurs millions de dollars par produit. Pour les petites entreprises de vapotage, c'est un poids lourd à porter. 

S'adressant à POLITICO, Dave Morris, propriétaire de Vape Gravy Brands, basé à Phoenix, en Arizona, a dit que son entreprise a dépensé presque chaque centime pour demander l'autorisation de mise sur le marché de ses produits. De nombreuses demandes soumises à la FDA ont reçu des avis de « refus d'accepter » ou de « refus de déposer » car leurs demandes ont été jugées incomplètes ou ne répondaient pas aux exigences techniques.

Les petits magasins de vapotage sont essentiels pour faire baisser les taux de tabagisme. Une étude publiée par BMC Health trouvé que "le personnel des magasins de vapotage joue un rôle central en fournissant aux clients des informations sur les produits, et beaucoup fournissent des conseils pour arrêter de fumer". Par conséquent, la préservation des petits magasins de vapotage est essentielle pour réduire le tabagisme.

En raison d'un volume élevé de demandes, il semble probable que la FDA reporte encore sa décision. Cependant, les prévisions sont loin d'être optimistes. Les États-Unis, une terre d'innovation et d'entrepreneuriat, sont sur le point d'écraser une technologie qui, contrairement aux taxes et à diverses autres restrictions sur le tabac, a aidé des millions de fumeurs à arrêter. De nombreux pays en développement suivront l'exemple de l'Amérique, de sorte que le sort du vapotage dans le monde est en jeu. En fin de compte, dans la poursuite de la protection de la santé publique, la FDA provoquera une nouvelle pandémie de tabagisme. N'en avons-nous pas assez des pandémies ?

Publié à l'origine ici

2,4 millions de fumeurs au Royaume-Uni se tournent vers la vape pour arrêter

VAPOTER le débat s'échauffe à nouveau. Alors que l'Organisation mondiale de la santé vient de publier une déclaration qui verse de l'eau froide sur l'utilisation du vapotage pour aider à réduire la consommation de tabac, des preuves au Royaume-Uni (UK) continuent de montrer qu'il est très efficace pour aider les fumeurs à arrêter les cigarettes traditionnelles.

Une enquête récemment publiée par un défenseur de la lutte antitabac au Royaume-Uni a révélé que près des deux tiers (64,6%) de sa population de vapoteurs composée d'adultes sont d'anciens fumeurs qui ont arrêté de fumer avec la vape, la proportion augmentant d'année en année. Ce chiffre se traduit par environ 2,4 millions de vapoteurs qui sont d'anciens fumeurs.

De plus, la proportion de non-fumeurs reste faible à 4,9% soit environ 200 000 adultes.

Selon l'Action on Smoking and Health (ASH), il y a 3,6 millions de vapoteurs au Royaume-Uni en 2021, soit environ 7,11 TP2T de sa population totale.

Sur la base de l'enquête, la plupart des utilisateurs actuels d'e-cigarettes qui sont d'anciens fumeurs déclarent qu'ils vapotent pour les aider à arrêter (36%) et pour les empêcher de fumer (20%), ce qui renforce l'affirmation selon laquelle le vapotage aide les fumeurs à arrêter de fumer. cigarettes.

Selon l'enquête annuelle sur la population du Royaume-Uni, la prévalence du tabagisme chez les adultes âgés de 18 ans et plus en Angleterre a considérablement diminué. En 2011, 19,8% d'adultes fumaient, tombant à 13,9% en 2019, soit une baisse de 7,7 millions de fumeurs en 2011 à 5,7 millions en 2019.

En fait, des rapports publiés au fil des ans par Public Health England (PHE) ont révélé que le vapotage est 95% moins nocif que la cigarette conventionnelle et aidait 20 000 personnes à arrêter de fumer chaque année. PHE affirme également que les cigarettes électroniques sont l'aide la plus populaire utilisée dans les tentatives d'arrêt des fumeurs au Royaume-Uni.

En 2020, 27,2% de personnes ont utilisé un produit de vapotage lors d'une tentative d'arrêt au cours des 12 derniers mois, contre 15,5% qui ont utilisé une thérapie de remplacement de la nicotine (TRN).

Il a également déclaré que les inquiétudes concernant l'utilisation de la cigarette électronique comme passerelle vers le tabagisme chez les jeunes n'étaient pas étayées par des preuves au Royaume-Uni, où le vapotage régulier chez les jeunes qui n'ont jamais fumé est inférieur à 1%.

En outre, les preuves d'un essai contrôlé randomisé ont révélé que le vapotage était presque deux fois plus efficace que la TRN pour aider les fumeurs à arrêter de fumer dans un cadre de service d'arrêt du tabac en Angleterre, et un examen systématique des preuves a conclu qu'il existe des preuves de certitude modérée que e -les cigarettes avec nicotine augmentent les taux d'abandon par rapport aux e-cigarettes sans nicotine et par rapport aux TRN.

En Malaisie, une enquête commandée par Malaysian Vape Industry Advocacy (MVIA) a révélé que 88% de vapoteurs malaisiens qui fumaient des cigarettes ont réussi à arrêter de fumer à l'aide de la vape.

Le même sondage a également révélé que 79%, qui vapote et fume actuellement des cigarettes traditionnelles en même temps, a réduit son tabagisme depuis qu'il a commencé à vapoter.

De toute évidence, le rôle du vapotage pour aider les fumeurs à arrêter définitivement les cigarettes traditionnelles ne peut être ignoré.

LIRE L'ARTICLE ICI

Passer du tabagisme au vapotage pourrait sauver des milliers de vies, selon un rapport

Un rapport affirme que plus d'un demi-million de fumeurs malaisiens changeraient si le vapotage était promu comme une alternative réduisant les dommages.

Un groupe international de consommateurs a appelé à «repenser» les approches du vapotage, affirmant que les réglementations qui le facilitent comme moyen d'aider les gens à arrêter de fumer pourraient sauver des milliers de vies.

La Centre de choix des consommateurs (CCC) a lancé cet appel dans un rapport publié avec la World Vaping Alliance (WVA) intitulé "Du tabagisme au vapotage – Des vies sauvées ».

Le rapport a analysé les données sur le tabagisme et le vapotage de 61 pays et évalué combien de fumeurs pourraient potentiellement passer au vapotage si la réglementation encourageait le vapotage comme moyen d'arrêter de fumer.

Les chercheurs se sont tournés vers le Royaume-Uni pour établir un «taux de changement» en raison de la vitesse à laquelle le tabagisme diminuait tandis que le vapotage augmentait au Royaume-Uni.

Au Royaume-Uni, les gens sont «activement» encouragés à passer au vapotage, et le pays a connu une réduction de 25% du nombre de fumeurs depuis 2013, lorsque le vapotage est devenu un atout clé pour les agences de santé britanniques pour inciter les fumeurs à arrêter de fumer.

Au cours de la même période, l'Australie, qui a l'une des réglementations les plus strictes en matière de vapotage, a enregistré une baisse du tabagisme de seulement 8%.

Le rapport estime que si les bonnes réglementations étaient en place, environ 196 millions de fumeurs dans les 61 pays pourraient passer au vapotage, une alternative qui, selon les deux organisations, est 95% moins nocive que les cigarettes.

Dans le cas de la Malaisie, le rapport a indiqué que le pays pourrait voir plus d'un demi-million de fumeurs dans ce pays changeraient si le vapotage était promu comme une alternative réduisant les dommages pour les fumeurs.

Un nombre croissant d'études soulignent l'efficacité des mesures de réduction des méfaits du tabac (THR), y compris des alternatives plus sûres aux cigarettes, pour aider les fumeurs à arrêter de fumer.

Une revue récente des études de Santé publique Angleterre, une agence exécutive du ministère britannique de la Santé et des Affaires sociales a trouvé des "preuves plus solides" que les produits de vapotage à la nicotine sont efficaces pour le sevrage et la réduction du tabac.

C'était en comparaison avec son examen des études de 2018 qui a révélé que «des dizaines de milliers» ont arrêté de fumer à la suite du vapotage en 2017 seulement.

Dans "From Smoking To Vaping - Lives Saved", le rapport note que le vapotage a été reconnu comme l'un des outils les plus efficaces pour aider les fumeurs à arrêter de fumer et cela a été approuvé par les autorités sanitaires de plusieurs pays, dont le Royaume-Uni, la France, le Canada et Nouvelle-Zélande.

Le directeur général de la CCC, Fred Roeder, a déclaré à propos du rapport : « Des règles intelligentes sur la publicité des cigarettes électroniques auprès des fumeurs, l'affichage des cigarettes électroniques au point de vente des cigarettes, la baisse des taux de taxation des cigarettes électroniques et les organismes de santé publique approuvant les preuves de le vapotage étant au moins 95% moins nocif que le tabagisme traditionnel, tout ce que le Royaume-Uni a bien fait peut contribuer à sauver la vie de milliers de fumeurs en les aidant à passer au vapotage.

Le directeur de la WVA, Michael Landl, a quant à lui déclaré que le rapport met en évidence le potentiel important des avantages du passage du tabagisme au vapotage.

Alors que les avantages du vapotage comme alternative au tabagisme sont connus depuis un certain temps, la recherche montre à quel point le potentiel est important : près de 200 millions de vies sauvées. Si COVID nous a montré quelque chose, c'est que notre santé est primordiale et que les régulateurs qui veulent que les gens arrêtent de fumer doivent être guidés par la science et veiller à ce que l'idéologie cède la place au pragmatisme.

Association mondiale des vapoteurs (WVADirecteurMichel Landl

LIRE L'ARTICLE ICI

Les e-liquides vape aromatisés aident les fumeurs à arrêter de fumer

Un article récent du Consumer Choice Center (CCC) et de la World Vapers' Alliance (WVA) a conclu que les vapoteurs risquent de recommencer à fumer des cigarettes traditionnelles s'ils n'ont pas accès à des e-liquides aromatisés.

Le papier intitulé Pourquoi les saveurs sont importantes a cité une étude américaine de cinq ans portant sur 17 000 Américains. Il a révélé que les adultes qui utilisaient des produits de vapotage aromatisés étaient 2,3 fois plus susceptibles d'arrêter les cigarettes traditionnelles que ceux qui consommaient des produits de vapotage aromatisés au tabac.

Lisez entièrement l'article ici

Le vapotage est sûr et l'UE doit lui donner une chance

Le plan européen de lutte contre le cancer et l'interdiction néerlandaise des arômes de vapotage - qui devrait entrer en vigueur le 1er juillet 2022 - ne voient pas le rôle important que joue le vapotage pour aider les fumeurs à arrêter de fumer.

Le vapotage est sûr et l'UE doit lui donner une chance

Une telle approche ne résiste pas à l'examen et ne fait rien pour réduire le taux de tabagisme et vaincre le cancer. Plus l'Europe continuera d'ignorer une pléthore d'études émergentes sur le vapotage et ses propriétés salvatrices, plus de vies seront perdues.

Près de 700 000 Européens meurent chaque année des suites d'un cancer induit par le tabagisme. À moins que l'UE ne reconnaisse les avantages du vapotage, ces chiffres persisteront probablement, privant les générations futures d'années de vie sauvées sans tabac. Les politiques anti-vapotage sont anti-droits humains car elles mettent sciemment en danger la vie des fumeurs en limitant leur accès à un outil efficace de réduction des méfaits.

Lisez entièrement l'article ici

Pentingnya Informasi yang Lengkap Terkait Vape bagi Masyarakat

Rokok électronique, atau yang dikenal juga dengan istilah vapoter, saat ini merupakan produk yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari bagi jutaan masyarakat di Indonesia. Kita, khususnya yang tinggal di wilayah urban, dapat dengan mudah menemukan berbagai orang yang menggunakan produk rokok elektronik tersebut di berbagai tempat

Bagi sebagian orang, vape menyediakan berbagai pengalaman berbeda yang tidak bisa didapatkan dari mengkonsumsi rokok konvensional yang dibakar. Beberapa diantaranya adalah banyaknya pilihan rasa yang disediakan oleh berbagai produk vape yang dijual di pasar.

Tetapi, tidak semua pihak menyambut baik fenomena semakin populernya berbagai produk vape tersebut di masyarakat. Tidak sedikit sebagian kalangan yang menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang sangat négatif, dan harus segera ditangani. Tidak jarang juga, orang yang menganggap justru rokok elektronik dianggap sebagai produk yang jauh lebih berbahaya bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar.

Padahal, berdasarkan penelitian, rokok elektronik atau vape merupakan produk yang jauh lebih aman bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar. Berdasarkan laporan dari lembaga kesehatan publik Inggris, Public Health England (PHE) tahun 2015 misalnya, rokok elektronik atau vape merupakan produk yang 95% jauh lebih aman bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar (gov.uk, 19/8/2015).

Berdasarkan American Lung Association, rokok konvensional yang dibakar misalnya, mengandung lebih dari 7.000 zat kimia, di mana 69 diantaranya merupakan zat berbahaya yang dapat menyebabkan kanker (lung.org, 20/8/2019). Sementara itu, terkait dengan rokok elektornik atau vape, dua bahan utama yang terkandung dalam cairan vape tersebut terdiri dari propylène glycol (PG) dan glycérine végétale (VG) yang sudah dinyatakan aman oleh berbagai lembaga régulateur, salah satunya adalah lembaga régulateur Amerika Serikat, Alimentation et Administration des médicaments (24/10/2019).

Informasi ini tentu merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh publik sebagai konsumen. Bila terdapat informasi yang terbuka mengenai hal tersebut, maka konsumen dalam hal ini memiliki kesempatan untuk memilih produk yang jauh lebih untuk mereka konsumsi.

Hal ini pula yang diungkapkan oleh organisasi pegiat hak konsumen vape di Indonesia, Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO). AKVINDO menyatakan bahwa, saat ini masyarakat belum memiliki akses terhadap informasi mengenai vape atau rokok elektronik yang memadai, sehingga banyak menerima misinformasi dan kekeliruan (merdeka.com, 19/4/2021).

Pandangan yang sama juga diutarakan oleh Aliansi Vaper Indonesia (AVI). Menurut AVI, konsumen memiliki hak sebagaimana yang diatur dalam aturan perlindungan konsumen, diantaranya adalah mengenai akses terhadap informasi produk yang digunakan. Hal ini tentu termasuk juga para konsumen produk-produk vape atau rokok elektronik (vapemagz.co.id, 20/3/2021).

Informasi yang lengkap bagi konsumen agar mereka bisa memilih pilihan yang terbaik bagi diri mereka merupakan hal yang sangat penting, khususnya untuk para konsumen produk-produk yang sangat membahayakan kesehatan seperti rokok konvensional yang dibakar. Terlebih lagi, Indonésie merupakan salah satu negara dengan jumlah populasi perokok tertinggi di dunia. Pada tahun 2021, jumlah perokok aktif di Indonesia diestimasi sebesar 65,7 juta jiwa (jpnn.com, 29/4/2021).

Angka yang sangat tinggi ini tentu merupakan sesuatu yang sangat mengkhawatirkan. Mengajak seseorang untuk berhenti merokok bukanlah hal yang semudah membalikkan telapak tangan, karena rokok merupakan salah satu produk yang mengandung zat adiktif yang dapat menimbulkan kecanduan.

Oleh karena itu, bila konsumen di Indonesia, khususnya mereka yang menjadi para perokok aktif, bisa mendapatkan informasi yang sesuai dan lengkap mengenai produk alternatif tembakau lainnya, seperti rokok elektronik, diharapkan setidaknya mereka bisa mempertimbangkan pilihan yang lebih baik. Bila para konsumen mendapatkan informasi yang lengkap mengenai bahaya rokok konvensional yang dibakar, dan bahwa produk rokok elektronik jauh lebih aman daripada rokok konvensional, tidak mustahil sebagian besar dari mereka akan berpindah ke produk yang lebih aman.

Publié à l'origine ici

Les interdictions de fumer ne fonctionnent pas – pas plus que la répression des ventes de vapotage et de cigarettes

L'« Initiative pour un monde sans tabac » de l'Organisation mondiale de la santé vise à accélérer la transition progressive vers un monde sans fumée.

Et pourtant, pour une raison quelconque, il s'oppose également au vapotage, l'alternative sûre au tabagisme qui est le meilleur outil dont nous disposons pour aider les gens à arrêter de fumer.

Il est donc clair que l'OMS ne se soucie pas vraiment de nous rendre en meilleure santé. En réalité, il veut simplement accumuler plus de contrôle politique et centraliser le pouvoir sur la politique de santé.

Lisez entièrement l'article ici

Pourquoi l'OMS se trompe sur le vapotage

L'approche anti-vapotage de l'établissement de santé exposée dans son dernier rapport sur la pandémie mondiale de tabagisme est scientifiquement injustifiée et coûtera des vies.

La semaine dernière, l'Organisation mondiale de la santé a publié un autre rapport qui répand de fausses nouvelles et de faux mythes sur le vapotage. Bien que l'outil soit reconnu comme 95% moins nocif que le tabagisme conventionnel, la chasse aux sorcières scientifiquement injustifiée de l'OMS pourrait coûter des millions de vies.

Parmi les théories usées et démystifiées colportées par le rapport de l'OMS 'sur l'épidémie mondiale de tabagisme 2021 : produits nouveaux et émergents' est la théorie dite de l'effet passerelle, qui suggère que le vapotage mène au tabagisme. Cette théorie dangereuse et trompeuse a depuis longtemps été réfutée par de nombreuses études, ainsi que par des études de cas à l'échelle nationale, comme en Angleterre où plus de 50 000 fumeurs utilisent les vapos comme porte d'entrée (et non vers) le tabagisme chaque année.

"Plutôt que de se concentrer sur l'objectif primordial de lutter contre le tabagisme, l'OMS se tourne vers le vapotage, l'outil de sevrage tabagique le plus puissant de la planète."

Le vapotage s'est également avéré plus efficace que d'autres outils pour arrêter de fumer. Un 2019 étude publiée dans le New England Journal of Medicine ont constaté que le vapotage était deux fois plus efficace que les produits de remplacement de la nicotine pour aider les fumeurs à arrêter de fumer. Les arômes de vapotage – continuellement diabolisés par l'OMS – se sont également révélés cruciaux pour aider les fumeurs à arrêter de fumer. Les vapoteurs qui utilisent des saveurs sont 2,3 fois Suite susceptibles d'arrêter de fumer que ceux qui utilisent des cigarettes électroniques aromatisées au tabac.

En plus d'être truffé d'alarmistes anti-vapotage biaisés et de fausses affirmations, toute la direction du voyage indiquée dans le dernier rapport de l'OMS est absurde. Plutôt que de se concentrer sur l'objectif primordial de vaincre le tabagisme, l'OMS se tourne vers le vapotage, l'outil de sevrage tabagique le plus puissant de la planète.

Ils trouvent clairement qu'il est plus important de s'aligner sur l'approche étroite d'esprit "quitter ou mourir" annoncée par les sponsors milliardaires de l'OMS, comme Mike Bloomberg. La réalité est que si le monde suit l'exemple de l'OMS, moins de fumeurs arrêteront de fumer et davantage en mourront.

L'OMS ignore systématiquement la richesse des preuves scientifiques indiquant les avantages du vapotage, sans parler de l'expérience de première main de millions de vapoteurs. Malheureusement, cette approche anti-vapotage a des répercussions sur d'autres juridictions, en particulier sur les pays à revenu faible et intermédiaire, mais aussi sur l'Union européenne.

Par exemple, le plan européen de lutte contre le cancer et l'interdiction des arômes de vapotage aux Pays-Bas reflètent les recommandations de l'OMS - et sont donc extrêmement dangereux. En 2007, près d'un quart de la population néerlandaise fumait quotidiennement. Ce nombre est tombé à 16% en 2018 et continue de baisser. Cependant, avec la nouvelle interdiction néerlandaise des arômes de vapotage, cette tendance positive pourrait rapidement s'inverser. Selon la nouvelle publication rechercher par le Consumer Choice Center, l'interdiction ramènera plus de 250 000 adultes à fumer.

"Le poids de la recherche et des preuves du monde réel montre que des politiques de vapotage progressistes peuvent aider 19 millions de fumeurs européens à arrêter."

Il en va de même pour le plan européen de lutte contre le cancer. Le cancer induit par le tabagisme fait près de 700 000 morts chaque année dans l'UE. Mais au lieu de favoriser l'innovation vitale, l'UE a ouvert la porte à des interdictions d'arômes et à des augmentations de taxes qui priveraient des millions de fumeurs de la possibilité d'arrêter de fumer une fois pour toutes. Le poids de la recherche et des preuves du monde réel montre que des politiques de vapotage progressistes peuvent aider 19 millions de fumeurs européens à arrêter.

Restreindre ou interdire l'accès au vapotage ne fera que coûter des vies, et l'OMS et l'UE - tant en tant que bloc qu'au niveau des États membres - apprendront bientôt cette douloureuse leçon si elles continuent d'ignorer la science et les consommateurs. 

Publié à l'origine ici

BESTECHUNG GEGEN VAPING : LEAKS ÜBER DIE BLOOMBERG-FINANZIERTE "CAMPAGNE POUR LES ENFANTS SANS TABAC"

Den Menschen in Deutschland ist der Milliardär Michael Bloomberg vor allem als ehemaliger Bürgermeister von New York City bekannt, der eine Menge Geld für eine unglückliche Präsidentschaftskandidatur verpulvert hat.

Aber auf der ganzen Welt hat sein Netzwerk von Wohltätigkeitsorganisationen und Interessensgruppen, die er mit Millionen von Dollar an Zuschüssen versorgt, eine Art Privaregierung errichtet. Diese nimmt Einfluss auf Regierungschefs, finanziert Gehälter von Beamten des öffentlichen Gesundheitswesens und schreibt sogar Gesetzentwürfe, die dann in die gesetzgebenden Prozesse rund um die Welt eingebracht werden – einschließlich des jüngsten Verbotes von E-Zigaretteden in Mexniko.

Einige dieser Organisationen werden direkt von Bloomberg geleitet und kontrolliert, darunter Bloomberg Philanthropies. Aber die meisten sind verschiedene Kampagnengruppen, die sich auf die Finanzierung und Führung durch den New Yorker Milliardär im Hintergrund stützen. Sie konzentrieren sich in der Regel auf Umwelt- und Bildungsthemen und sind besonders im Bereich der öffentlichen Gesundheit und Tabakkontrolle aktiv.

Laut dem neuesten Article von Michelle Minton vom „Competitive Enterprise Institute“, die interne Dokumente der von Bloomberg finanzierten Organization „Campagne pour des enfants sans tabac« (CTFK) in die Hände bekam, geht der schädliche Einfluss der Kampagnen, die insbesondere Entwicklungsländer fokussieren, weit über Standardmaßnahmen zur Kontrolle des Tabakkonsums wie Steuern, Altersbeschränkungen und Werbebeschränkungen hinaus.

Einflussnahme auf klamme Regierungen

Es werden direkte Zahlungen an Regierungsstellen und Beamte des öffentlichen Gesundheitswesens angeboten, die im Gegenzug die CTFK-Wunschliste von Gesetzen umsetzen. Da Entwicklungsländer weniger für öffentliche Gesundheitsmaßnahmen und -programme ausgeben können als Industrienationen, wird ausländischen ONG im Austausch für Millionen von Dollar immenser Einfluss gewährt.

Anstelle von demokratisch legitimierten Maßnahmen zur Raucherentwöhnung, verabschieden diese Nationen Gesetze im Tausch gegen Zuschüsse von Bloomberg-Organisationen. Zuschüsse, die oft viel größer sind als die Budgets der Ministerien. In anderen Zusammenhängen würde man dies zu Recht als Bestechung bezeichnen.

Entsprechend der fast 700 Millionen Dollar, die Michael Bloombergs Wohltätigkeitsorganisationen weltweit ausgegeben haben, um ihre Forderungen in Gesetze umzuwandeln, hat der lange Arm der globalen Anti-Tabak-Bewegung bereits einige Erfolge zu verzeichnen.

Die Dokumente zeigen die Bemühungen der Aktivisten von CTFK, verschiedene Tabakkontroll- und Anti-Vaping-Maßnahmen in Ländern wie Brasilien, China und Nigeria zu verabschieden, einschließlich der "finanziellen Unterstützung" von Ministerien und Regierungsstellen.

Nicht nur Regierungsbeamte und Gesundheitseinrichtungen, sondern auch Universitäten und Medieninstitutionen werden mit exorbitanten Summen unterstützt, um die Kernbotschaften und Ziele der CTFK zu verbreiten, wie die Dokumente zeigen.

Die Nebelwand

Anstatt für allgemeine Maßnahmen zur Eindämmung des Tabakkonsums einzutreten, konzentriert sich ein großer Teil der CTFK-Kampagnen auf das Verbot oder die starke Einschränkung neuer Technologien wie Vaping, und dies insbesondere in Entwicklungsländern wie Indien, den Philippinen, Peru, China, Uruguay Ouganda, Nigéria, Kenya et autres.

Im Gegensatz zu ihrer Mission, Kinder vom Tabak wegzubekommen, haben die mit Bloomberg verbundenen Organisationen stattdessen ihren Einfluss genutzt, um innovative und neuartige Technologien wie das Vapen, das nichts mit Tabak zu tun hat und nachgewiesen weniger schädlich als Rauchen ist, ins Visier ist, ins .

Organisationen wie „Campaign for Tobacco-Free Kids“ haben den Kampf gegen das Rauchen als Vorwand benutzt, um alle weniger schädlichen Alternativen zum Rauchen zu eliminieren oder stark einzuschränken – einschließlich E-Zigaretten, Heat-not-burn-Geräte, Nikotinbeutel und ähnliches.

In Anbetracht des nachgewiesenen Potentials zur Raucherentwöhnung, sollten die Hunderte von Millionen Dollar, die ausgegeben werden, um die Verbreitung dieser Alternativen in Entwicklungsländern mit hohen Raucherquoten zu untergraben, ein Skandal epischen Ausmaßes darstellen.

Aber leider werden diese Schlagzeilen kaum beachtet. Stattdessen werden zahlreiche Maßnahmen umgesetzt, die die Konsumentenfreiheit und den Zugang zu Alternativen einschränken, ohne viel Rücksicht auf die öffentliche Gesundheit.

Öffentliche Gesundheit effektiv verbessern

Was diese Enthüllungen besonders erschreckend macht, ist das Fehlen jeglicher Nuancen. Fraglich ist ja gerade, ob innovateur neue E-Zigaretten und ähnliche tabaklose Alternativen als Tabakprodukte angesehen werden sollten. Zum Beispiel behauptet die Convention-cadre pour la lutte antitabac der Weltgesundheitsorganisation, dass es keine Unterschiede gäbe.

Aber das ist falsch. Immer plus akademische Studien und Regierungsberichte zeigen, dass Vaping zu 95% weniger schädlich ist als Rauchen.

Die Tatsache, dass Millionen von Menschen durch den Konsum von E-Zigaretten mit dem Rauchen aufhören konnten, sollte Beweis genug dafür sein, wie der Markt Lösungen im Sinne der öffentlichen Gesundheit liefern kann. Und sie sollte auch zeigen, dass man Entwicklungsländern nicht Knüppel zwischen die Beine werfen und ihnen die reale Möglichkeit verwehren sollte, das Leben von Millionen ihrer Bürger zu verbessern und zu retten.

Aber wie Minton vom „Competitive Enterprise Institute“ feststellt, “scheint die Strategie von CTFK und der breiteren von Bloomberg finanzierten Anti-Tabak-Bewegung darauf abzuzielen, politischen Einfluss zu nehmen und Gesetze zu verabschieden, ohne Rücksicht darauf, ob sie zu einer tatsächlichen Verringerung des Rauchens oder einer Verbesserung der Gesundheit führen.

Wenn dies das Gesicht der modernen Anti-Tabak-Bewegung ist, dann wissen wir, dass die öffentliche Gesundheit nicht ihr wahres Ziel ist.

Publié à l'origine ici

proche
fr_FRFR