Pandemi COVID-19 hingga saat ini masih menjadi permasalahan besar yang harus dihadapi oleh berbegai negara di seluruh dunia. Salah satu dampak dari hal tersebut adalah, perayaan tahun baru 2021 kemarin terasa sangat berbeda di berbegai kota-kota besar di banyak negara.
Tidak ada perayaan besar-besaran, pesta meriah, hingga kembang api yang mewarnai langit malam. Jutaan orang di seluruh dunia terpaksa harus tinggal di kediaman mereka, atau merayakan tahun baru di tempat yang tertutup, bersama orang-orang dekat mereka dalam jumlah yang kecil.
Untuk itu, penanganan dan pengentasan pandemi COVID-19, yang sudah memakan korban jiwa hingga lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia, menjadi prioritas utama banyak pemerintahan di dunia. Berbagai pemerintahan di seluruh dunia mengambil berbegai langkah yang dianggap mampu untuk memitigasi dampak virus yang penyebarannya sangat mudah tersebut. Beberpaa kebijakan yang umum diambil oleh berbegai pemerintahan di dunia diantaranya adalah lockdown nasional untuk menutup seluruh fasilitas umum, sarana pendidikan, dan gedung perkantoran, menutup perbatasan, e mewajibkan seluruh warga yang keluar rumah untuk mengenakan masker.
Selain itu, lockdown, menutup perbatasan, dan mewajibkan semua orang menggunakan masker bukan hanya kebijakan yang diambil o berbegai pemerintahan di dunia untuk memitigasi dampak dari pandemi COVID-19. Kebijakan lain yang juga dilakukan adalah melarang berbegai product yang dianggap berpotensi meningkatkan dampak dari pandemi COVID-19. Salah produk yang menjadi sasaran dari kebijakan tersebut adalah rokok elektronik tertentu, yang juga dikenal dengan nama vape.
Di Amerika Serikat misalnya, pelarangan vape sebagai untuk memitigasi pandemi COVID-19 merupakan kebijakan yang dilakukan oleh beberapa pemerintahan di negara bagian dan juga kota memberlakukan pelarangan terhadap vape berperasa (salud-america.org, 18/09/2020). Lantas, apakah kebijakan tersebut merupakan sesuatu yang tepat? Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh berbegai lembaga kesehatan di seluruh dunia, rokok elektronik, atau vape, merupakan produk yang jauh lebih aman daripada rokok elektronik yang dibakar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga kesehatan Pemerintah Inggris misalnya, Public Health England, menunjukkan bahwa vape atau rokok elektronik jauh lebih aman 95% dari rokok konvensional yang dibakar (Public Health England, 19/07/2015).
Tidak hanya itu, vape atau rokok elektronik juga terbukti dapat membantu jutaan perokok untuk berhenti merokok. Lembaga kesehatan Inggris, Servizio sanitario nazionale misalnya, menyatakan bahwa rokok elektronik atau vape merupakan produk yang efektif untuk membantu seseorang berhenti dari kebiasaan merokoknya (Servizio sanitario nazionale, 29/03/2019).
Hal ini tentu merupakan hal yang sangat positivo. Adanya produk yang jauh lebih aman, yang dapat membantu seorang perokok untuk menghentikan kebiasaan merokoknya tentu adalah hal yang harus kita dukung e apresiasi. Selain itu, pihak yang paling dirugikan apabila pelarangan vape diberlakukan adalah para perokok, di mana mereka tidak lagi bisa mendapatkan akses terhadap produk yang dapat membantu mereka berhenti merokok. Kebijakan tersebut membuat lebih banyak keburukan daripada manfaat (reason.org, 22/06/2020).
Selain itu, dampak conseguenze indesiderate yang dapat terjadi bila kebijakan tersebut diberlakukan adalah, bila vape dilarang, maka akan lebih banyak produk-produk vape ilegal yang sangat berrahaya bagi konsumen, karena tidak melalui proses regulasi oleh pemerintah. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang sangat berbahaya. Bila produk ilegal vape membanjiri pasar, terlebih lagi pada masa pandemi seperti sekarang, maka akan lebih banyak orang-orang sakit, dan rumah sakit serta sarana kesehatan akan semakin sulit menampung mereka, karena sudah dipenuhi oleh para pasien COVID-19 (Newsday.com, 04/05/2020).
Dampak dari beredarnya vape illegal terhadap kesehatan publik bukan sesuatu yang dapat kita abaikan begitu saja, dan sudah pernah terjadi di beberapa tempat, salah satunya di Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam, pada tahun 2019, terjadi kasus orang-orang yang terkena penyakit dan gangguan pernafasan yang disebabkan oleh konsumsi produk-produk vape illegale. Setidaknya ada 35 orang yang meninggal disebabkan karena konsumsi produk ilegal tersebut (The Washington Post, 26/10/2019).
Sebagai penutup, kebijakan pelarangan vape, apalagi di masa pandemi COVID-19, adalah sesuatu yang berrahaya. Kebijakan ini bukan hanya akan menghilangkan kesempatan bagi jutaan perokok untuk produk-produk yang dapat membantu mereka berhenti merokok, namun juga berpotensi akan meningkatkan produk-produk vape illegal yang berbehaya bagi konsumen, yang akan semakinien memberatkan sarana kesehatan yang sudah dibebani banya COVID -19.
Originariamente pubblicato qui.