Isu mengenai rokok elektronik, atau yang dikenal juga dengan vape, merupakan salah satu isu yang cukup kontroversial di berbegai negara di dunia, termasuk juga dell'Indonesia. Berbagai pihak memiliki pandangan yang sangat kontras e jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Bagi sebagian pihak, vape atau rokok elektronik adalah hal yang sangat berbehaya, e maka dari itu harus dilarang demi melindungi kesehatan public. Di Indonesia misalnya, salah satu pihak yang mendukung adanya larangan tersebut adalah Ikatan Dokter Indonesia, atau IDI. IDI mengungkapkan, vape justru mengandung zat-zat berbehaya bagi kesehatan (mediaindonesia.com, 25/9/2019).
Kesehatan publik tidak bisa dipungkiri memang merupakan masalah besar di berbegai negara di dunia. Bila suatu negara memiliki jumlah populasi masyarakat yang sakit dengan angka yang tinggi, hal ini juga akan meningkatkan beban negara untuk membiayai program kesehatan tersebut. Belum lagi, orang-orang yang dapat menggunakan tenaga e pikiran yang mereka miliki untuk kegiatan-kegiatan yang produktif akan semakin berkurang.
Namun, melindungi kesehatan publik tidak semudah membalikkan telapak tangan, salah satunya dengan hanya melarang produk-produk tertentu yang dianggap berbahaya. Ada conseguenze non intenzionali yang harus kita pikirkan masak-masak bila kita ingin mengambil kebijakan tersebut.
Hanya karena kita melarang suatu produk yang dianggap bisa membahayakan kesehatan, bukan berarti lantas kita dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan produk tersebut. Selain itu, hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah, bila ada produk serupa yang jauh lebih berbahaya beredar di pasar daripada produk yang ingin dilarang, maka larangan tersebut berpotensi tidak memiliki dampak apapun, e solo dapat menjadi kebijakan yang kontra produktif.
Berdasarkan laporan lembaga kesehatan publik Inggris, Sanità pubblica Inghilterra (PHE) misalnya, rokok elektronik atau vape memiliki dampak 95% jauh lebih tidak berbahaya dibandingkan dengan rokok yang dibakar convenzionale. Secara ekspilist, bila dibandingkan dengan rokok konvensional, maka resiko dari menggunakan rokok elektronik sangat kecil (theguardian.com, 28/12/2018).
Sangat penting ditekankan dalam hal ini bahwa, laporan PHE tersebut bukan berarti menyatakan bahwa vape atau rokok elektronik adalah produk yang sepenuhnya aman. 95% jauh lebih tidak berbehaya e dan sama sekali tidak berbehaya adalah dua hal yang sangat berbeda.
Tetapi, berdasarkan laporan dari PHE, bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar, vape atau rokok elektronik jauh lebih aman. Questo tipo di prodotto, due prodotti di rokok elettronici dilarang, sementara rokok konvensional tetap dibolehkan, maka tentu aturan tersebut adalah sesuatu yang mengada-ada e tidak akan memiliki dampak yang significant.
Tidak hanya itu, bila ada kebijakan pelarangan vape atau rokok elektronik, maka hal tersebut adalah bentuk pelanggaran hak terhadap seseorang untuk mendapatkan prodotto alternativo yang jauh lebih aman. Besar kemungkinan, mereka yang sebelumnya ingin mengkonsumsi produk vape, karena tidak bisa mendapatkan produk tersebut di pasar, bukannya justru mengurungkan keinginannya, tetapi justru beralih ke produk rokok yang jauh lebih berbahaya.
Inilah salah satu tantangan besar terkait dengan membela hak para pengguna vape di berbegai negara di dunia, salah satunya tentunya dell'Indonesia. Banyaknya kesalahpahaman terkait dengan vape atau legalsasi produk tersebut, merupakan salah satu penyebab dari potensi lahirnya berbegai aturan yang justru tidak produktif.
Hal ini diungkapkan juga oleh oleh Presiden Alleanza di World Vaper(WVA), Michael Landl. WVA sendiri merupakan organisasi international yang membela hak-hak para pengguna vape di seluruh dunia.
Dalam wawancara yang saya lakukan dengan Landl bulan Maret 2021 lalu, ia mengungkapkan bahwa banyaknya misinformasi e "ideologi" anti vape yang berkembang di berbembai tempat merupakan tantangan terbesar dalam membela hak-hak pengguna vape di seluruh dunia, untuk mendapatkan produk yang relatif lebih aman. Hal ini merupakan hal yang tidak mudah, meskipun berdasarkan penelitian ilmiah vape merupakan produk yang jauh lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional (Landl, 2021).
Sebagai penutup, pentingnya legalsasi produk rokok elektronik bukan berarti bahwa seluruh anggota masyarakat untuk menggunakan rokok elektronik setiap hari. Ha ini adalah sesuatu yang penting, khususnya karena para perokok dapat menjadi terbantu untuk menghentikan kebiasaan mereka yang sangat berrahaya, e beralih ke produk lain yang terbukti jauh lebih aman.
Efficaci vape sebagai produk yang dapat membantu para perokok untuk menghentikan kebiasaan mereka yang sangat berbehaya bagi kesehatan merupakan hal yang sudah terbukti di berbegai penelitian. National Health Service (NHS) Inggris misalnya, telah menyatakan bahwa menggunakan produk rokok elektronik dapat membantu para perokok untuk mengelola kecanduan mereka terhadap nikotin (nhs.uk, 29/3/2019).
Karena hak untuk mendapatkan kesempatan untuk menikmati kehidupan yang lebih sehat merupakan hak yang wajib dinikmati o setiap individu, e harus dilindungi oleh pemerintah. Jangan sampai, karena ketidaktahuan, misinformasi, hingga idelogi yang kita miliki, kita merampas hak tersebut dari saudara-saudara kita.
Originariamente pubblicato qui.