fbpx

Mês: AM112022 f35132022-11-14T11:35:13+00:00h segunda-feira

Melhorando os dentes da América

Quando foi a última vez que você foi ao dentista? Se você está abrindo sua agenda agora para verificar seu último compromisso, é provável que tenha sido muito longo. Não existe uma regra geral de regularidade que se aplique a todos os doentes, até porque todos temos estilos de vida diferentes. Dito isto, se você é alguém que consome tabaco, bebe álcool regularmente ou se está em dúvida se sua higiene bucal diária está de acordo com os padrões, uma boa regra é marcar uma consulta com o dentista a cada seis meses.

Para muitos americanos, os custos rudimentares de consultar um dentista para um check-up de rotina são administráveis. Apesar do fato que a maioria dos planos odontológicos cobre 100% dos custos das consultas preventivas, muitos americanos parecem não ter consciência de seus benefícios. Embora 80% americanos tenham acesso a benefícios odontológicos, quase 35% de adultos não visitaram um dentista em 2019, de acordo com a National Association of Dental Plans. Tanto para o 20% de americanos que não estão empregados ou cujo plano de seguro escolhido pelo empregador não cobre atendimento odontológico quanto para os pacientes segurados existentes, seria importante aumentar a concorrência por meio de modelos de assinatura. Meu colega Yaël Ossowski explicou as vantagens de tais assinaturas no Boston Herald.

Melhorar a higiene bucal dos Estados Unidos não acontece apenas por meio de políticas de aumento da concorrência ou, como alguns argumentam, por meio do envolvimento do governo no campo da saúde. Em primeiro lugar, a higiene bucal acontece em casa através da escovação e uso do fio dental. Infelizmente, é aí que os hábitos de alguns americanos estão ficando aquém.

Um estudo de 2021 encomendado pela Associação Americana de Endodontistas mostrou que 21% dos entrevistados não escovaram os dentes pela manhã, 23% nunca usaram fio dental e 28% não agendaram uma consulta odontológica o ano inteiro. Uma análise de 2016 de 5.000 homens e mulheres descobriu que 32 por cento dos americanos nunca usam fio dental. Isso tudo está combinado com as manchetes de pesquisas menos representativas que mostram que os americanos geralmente só escovam uma vez por dia, se é que escovam.

Um fator que é subestimado por muitos é a eficácia de mascar chicletes sem açúcar. A American Dental Association diz que, embora a goma de mascar sem açúcar não substitua a escovação dos dentes, as gengivas adoçadas por adoçantes não causadores de cárie, como aspartame, xilitol, sorbitol ou manitol, podem ajudar a prevenir a cárie dentária. A saliva produzida pela mastigação lava os restos de comida e neutraliza os ácidos, e também carrega mais cálcio e fosfato para ajudar a fortalecer o esmalte dos dentes.

A Autoridade Europeia de Segurança Alimentar (EFSA), conhecida por suas avaliações cautelosas das alegações de produtos, destacado a avaliação de que a goma sem açúcar melhorou a mineralização dos dentes e, portanto, tem benefícios gerais para a saúde bucal. Continua a ser importante reiterar que a pastilha elástica sem açúcar não substitui de forma alguma a higiene oral regular; porém, é um auxiliar de higiene bucal que o torna mais do que apenas um estilo de vida, mas, na verdade, um produto de bem-estar.

A higiene oral é um fator importante no nosso dia-a-dia. Cárie dentária e problemas duradouros com os dentes atormentam muitos americanos, sobrecarregando-os com altos custos odontológicos. Tanto a nível político como a nível individual, ainda há muito a fazer para melhorar a saúde oral de todos os cidadãos.

Publicado originalmente aqui

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kebijakan Vape di Filipina?

Vape atau rokok elektrik saat ini merupakan salah satu produk konsumen yang digunakan oleh jutaan orang di seluruh dunia, termasuk juga da Indonésia. Saat ini, dengan sangat mudah kita bisa menemukan berbagai orang yang rokok elektrik di berbagai template, terlebih lagi bila kita tinggal di wilayah urban e kota-kota besar.

DI negara kita sendiri, konsumsi vape atau rokok kelektrik oleh para konsumen merupakan fenomena yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018 misalnya, diperkirakan ada sekitar 2,1 juta penduduk Indonésia yang menjadi pengguna vape. Angka tersebut meningkat di tahun 2020 menjadi 2,2 juta orang yang menjadi konsumen rokok elektrik (vapemagz.co.id, 24/1/2021).

Semakin meningkatnya pengguna vape na Indonésia tentunya memberikan dampak yang significa terhadap industri di sektor tersebut. Industri rokok eleektrik, atau produk-produk tembakau alternatif secara keseluruhan, yang meningkat, tentu akan memberikan lapangan kerja yang besar bagi banyak tenaga kerja da Indonésia. Saat ini, industri rokok elektrik na Indonésia setidaknya sudah berhasil menyerap 100.000 tenaga kerja na Indonésia (liputan6.com, 13/6/2022).

Akan tetapi, tidak semua pihak mengapresiasi adanya fenomena tersebut. Tidak sedikit yang berpandangan bahwa fenomena semakin meningkatnya industri vape da Indonésia merupakan hal yang sangat negatif, dan berbahaya bagi kesehatan publik. Hal ini dikarenakan, mereka menyandingkan rokok elektrik dengan rokok konvensional yang dibakar, dan memiliki dampak yang sama atau bahkan lebih berbahaya dari rokok konvensional yang dibakar.

Hal ini tentu merupakan pandangan yang kurang tepat. Berbagai lembaga kesehatan dunia telah mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa vape atau rokok elektrik merupakan produk yang jauh lebih tidak berbahaya bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar. Lembaga kesehatan asal Britania Raya, Public Health England (PHE) misalnya, bebendo waktu lalu mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa rokok elektrik 95% lebih tidak berbahaya bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar (theguardian.com, 28/12/2018).

Sangat penting ditekankan bahwa, menyatakan bahwa vape atau rokok elektrik 95% lebih aman bila dibandingkan dengan rokok konvensional bukan berarti bahwa vape merupakan produk yang 100% aman tanpa resiko. Hal ini berarti, tetap ada resiko kesehatan bagi konsumsi vape atau rokok elektrik, namun resiko tersebut jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar.

Oleh karena itu, beberapa negara di dunia telah secara resmi mengeluarkan kebijakan yang ditujukan untuk memberi insentif bagi para perokok untuk berpindah ke rokok elektrik, atau yang dikenal dengan kebijakan danos redução. Inggris misalnya, melalui lembaga kesehatan nasional National Health Service (NHS), mendorong warga Inggris yang perokok aktif untuk berpindah ke produk rokok elektrik yang jauh lebih tidak berbahaya (nhs.uk, 29/3/2019).

Inggris tentunya bukan satu-satunya negara yang mengambil langkah tersebut. Tidak perlu jauh-jauh ke negeri tempat kelahiran Ratu Elizabeth II tersebut, negara kita sesama anggota ASEAN, filipina, baru-baru ini juga mengeluarkan peraturan yang kurang lebih serupa. Pada bulan Januari tahun ini, lembaga legislasi FIlipina berhasil meloloskan undang-undang yang dikenal dengan nama The Vaporized Nicotine Products Regulation Act.

Salah satu aspek yang paling penting dari undang-undang tersebut adalah regulasi ini membros jalan para menyusun strategi kebijakan redução de danos para menawarkan rokok elektrik sebagai pengganti rokok konvensional kepada para perokok. Filipina sendiri saat ini memiliki sekitar 16 juta perokok aktif yang tinggal di negara tersebut (vaping360.com, 27/7/2022).

Selain itu, undang-undang ini juga melakukan beberapa perubahan yang menerapkan regulasi yang tidak jauh berbeda antara rokok konvensional yang dibakar dan rokok elektrik. Misalnya, penyetaraan batas usia konsumsi rokok konvensional dengan rokok elektrik. Dengan demikian, akan semakin banyak orang yang memiliki opsi legal para mengkonsumsi produk yang jauh lebih tidak berbahaya. Akan ada pula sanksi yang diberlakukan kepada penjual yang menjual produk-produk hasil olahan tembakau kepada anak-anak di bawah usia.

Peraturan yang diberlakukan de filipina ini merupakan hal yang cukup berbeda dengan beberapa negara ASEAN lainnya, seperti Tailândia e Singapura misalnya. Di Thailand e Singapura, vape atau roko elektrik merupakan produk ilegal, di mana mereka yang melanggar dapat dikenakan sanksi pidana baik berupa denda maupun penjara, meskipun rokok elektrik merupakan salah satu produk yang telah digunakan oleh jutaan perokok para membantu mereka berhenti merokok.

Sebagai penutup, langkah kebijakan yang dilakukan oleh filipina yang meloloskan regulasi agar para perokok bisa berpindah ke rokok elektrik yang jauh lebih tidak berbahaya merupakan hal yang bisa dipelajari oleh para pembuat kebijakan na Indonésia. Bila semakin banyak perokok yang bisa berpindah ke produk yang jauh lebih tidak berbahaya, maka dengan demikian diharapkan berbagai penyakit kronis yang melanda masyarakat juga dapat ditekan, dan akan membawa dampak yang positif terhadap kesehatan publik.

Publicado originalmente aqui

Memperkasa hak pengguna syarikat penerbangan

Setiap hari lebih daripada 100.000 penerbangan berlaku di seluruh dunia.

Dalam kesibukan itu, sudah tentu akan ada risiko gangguan seperti penerbangan ditunda atau dibatalkan, kehilangan atau kerosakan bagasi, dinafikan menaiki pesawat kerana lebihan tempahan, kehilangan tempahan atau masalah yang lain.

Semakin kerap penerbangan, semakin tinggi kebarangkalian masalah seperti itu timbul.

Oleh sebab itu, Kod Perlindungan Pengguna Penerbangan Malaysia (MACPC) diwujudkan pada 2016. Ia betujuan untuk melindungi hak dan kepentingan pengguna dalam usaha untuk mewujudkan industri penerbangan yang berorientasikan pengguna.

Setelah enam tahun dilaksanakan Suruhanjaya Penerbangan Malaysia (Mavcom) menerima lebih daripada 22.000 aduan, dengan separuh pertama 2022 sahaja sebanyak 1.251 aduan direkodkan.

Sebanyak 99.1 peratus daripadanya melibatkan syarikat penerbangan.

Daripada jumlah itu 577 (46.1 peratus) aduan adalah mengenai pembatalan penerbangan, penjadualan semula dan tempahan dalam talian secara kolektif.

Leia o texto completo aqui

Guerra aos plásticos equivocada

Você se sente mal quando vê fotos de resíduos plásticos nos oceanos do mundo? Certamente, e qualquer ser humano decente o faria. Na verdade, os governos não fazem o suficiente para impedir o despejo de resíduos plásticos no meio ambiente e ainda são ineficientes em responsabilizar as empresas por esses desastres ecológicos.

Dito isso, a solução de muitos ativistas ambientais – banir todos os itens e embalagens de plástico – é equivocada.

Uma nova relatório do Greenpeace destaca que uma grande parte dos resíduos plásticos nos Estados Unidos não é reciclada e combina isso com sua defesa pela proibição de itens plásticos de uso único. De fato, os ativistas argumentaram que a Administração de Serviços Gerais (GSA) cesse toda a aquisição de itens de plástico de uso único.

Isso ignora o fato de que precisamos de plástico para muitas coisas: desde equipamentos médicos a equipamentos de limpeza, de embalagens para estender a vida útil de prateleiras a recipientes para manter nossos alimentos intactos para entrega. Nem o governo federal nem os consumidores individuais podem se dar ao luxo de eliminar gradualmente o plástico.

Dito isto, não devemos preservar o plástico por causa do plástico (mesmo que esteja associado a inúmeros empregos). De fato, com muita frequência, os plásticos superam seus produtos substitutos em eficiência e impacto ambiental – como qualquer um que tenha tentado usar um saco de papel descartável na chuva pode atestar.

Como descrevi para o Newsmax antes, as sacolas plásticas descartáveis superam todas as suas alternativas no que diz respeito ao meio ambiente, até porque as sacolas de algodão ou papel não são reutilizadas com a frequência que deveriam, mas também porque os consumidores reutilizam as sacolas plásticas como alternativa aos sacos de lixo.

Se abandonássemos as embalagens plásticas, reduziríamos a vida útil dos mantimentos e eliminaríamos as refeições prontas que os consumidores desejam. Isso aumentaria o desperdício de alimentos. Desde a produção de alimentos tem uma pegada de carbono muito maior do que as embalagens plásticas, este movimento seria contraproducente.

Não esqueçamos também disso 11% de poluição plástica oceânica resulta de microplásticos, e 75%-86% de plástico na mancha de lixo do Oceano Pacífico vem diretamente de pesca em alto mar, não produtos de consumo. Nem todos os resíduos são jogados no lixo, e o mesmo se aplica aos resíduos plásticos; é, portanto, enganoso para os ativistas amalgamar injustamente ambos os aspectos do descarte de resíduos plásticos.

Dos americanos que vivem em cidades com mais de 125.000 habitantes, 90% já têm acesso a instalações de reciclagem para itens de plástico de uso único. O que os Estados Unidos precisam é de ainda mais acesso a essas instalações e o aumento da reciclagem avançada, que não apenas lava e compõe polímeros, mas dissolve plásticos em seus compostos originais.

Esse aspecto da economia circular tornará o plástico um bem de consumo mais sustentável. Além da taxa de reciclagem existente, a Agência de Proteção Ambiental (EPA) tem o objetivo específico de aumentar a taxa de reciclagem para 50% até 2030.

Qualquer regra ou regulamento que restrinja as escolhas dos consumidores é ruim. No entanto, de alguma forma é ainda pior quando a regra sugerida nem mesmo alcança os resultados pretendidos. A proibição de plásticos não apenas nos privaria dos produtos de que precisamos, mas também aumentaria nossa pegada de carbono em muitos setores.

Publicado originalmente aqui

Economia colaborativa y tres ciudades de la región

O Consumer Choice Center apresentou seu terceiro índice anual de economia colaborativa, nas que classificam algumas das cidades mais dinâmicas do mundo na função de sua abertura para a economia colaborativa.

Este índice único no mundo e herramienta para as decisões de tomen que são informados sobre o próximo destino urbano.

O índice classifica 60 cidades de todo o mundo, 6 de ellas da América Latina. As cidades com maior pontuação no Índice de Economia Colaborativa da América Latina de 2021 (outro índice do Consumer Choice Center) foram em Bogotá e Santiago do Chile. Sin embargo, en la escena internacional, las dos cides tienen problemas para competir com destinos mundiais más abiertos (y por tanto más atractivos), por lo que han terminado na mitad inferior del índice.

Por outro lado, tres ciudades latinoamericanas -São Paulo, Buenos Aires e Ciudad de México- figura no TOP 10 mundial das cidades mais favoráveis à economia colaborativa. Estas ciudades de muestran una extradinaria apertura a todos los servicios de economía colaborativa considerada em el estudio. Em particular, todas as aplicações ofrecen de entrega ultrarrápida, uma categoria totalmente nova añadida ao índice deste ano.

“Para sacar o máximo partido em relação ao índice, pode-se usar como um menu de opções que te ajuda a eleger a cidade que melhor se adapta a seu estilo de vida. Si te gusta el transporte compacta e respeita o meio ambiente, en nuestro índice puedes ver que los patinetes elétricos ya no se pueden alquilar en la capital de Colombia, pero que sí puedes disfrutar de ellos en las concurridas calles de Ciudad de Mexico”, señala Anna Arunashvili, Knowledge Management Associate do Consumer Choice Center.

Leia o artigo completo aqui

O 'mais novo megadonor' dos democratas despenca no dia da eleição, forçado a vender empresa de criptomoedas para maior rival

Sam Bankman-Fried, CEO da troca de criptografia FTX e considerado o “mais novo megadonor” dos democratas antes das eleições de meio de mandato de 2022, teria visto cerca de $6 bilhões de saques nas 72 horas antes da manhã de terça-feira, forçando-o a vender a empresa para seu maior rival no dia da eleição. 

A Reuters informou que Changpeng Zhao, líder da concorrente Binance, disse que a empresa assinou um acordo não vinculativo na terça-feira para comprar a unidade fora dos EUA da FTX para ajudar a cobrir uma "crise de liquidez" na bolsa rival. O impressionante resgate aconteceu quando os eleitores americanos foram simultaneamente às urnas. 

“Este é um evento realmente louco no mundo das startups. Evento de nível de busto pontocom”, twittou o repórter de tecnologia Eric Newcomer sobre a venda. 

Bankman-Fried, 30, foi o segundo maior doador democrata individual neste ciclo eleitoral, atrás do contribuinte bilionário liberal George Soros. Ele em sexto lugar na lista geral de doadores individuais para as eleições intercalares de 2022 em relação às contribuições federais. 

Leia o artigo completo aqui

Os tetos de preços da Orban em alimentos e combustíveis levarão à escassez

Budapeste, HU: Esta semana, o partido no poder do primeiro-ministro húngaro Viktor Orban anunciou que a terceira onda de tetos de preços seria introduzida com um preço fixo para batatas e ovos. Comentando sobre esse movimento, Zoltán Kész, gerente de assuntos governamentais do Consumer Choice Center:

“Os húngaros experimentaram tetos de preços controlados pelo Estado sob o comunismo, e não temos boas lembranças disso. Isso leva à escassez que já vemos emergir novamente, ao aumento dos mercados negros e à pobreza”.

“No ano passado, vimos postos de gasolina fecharem, prateleiras vazias de supermercados e preços crescentes de outros produtos. É muito ruim para os consumidores experimentar um aumento próximo de 50% nos preços dos alimentos e se deparar com uma das piores desvalorizações da moeda húngara”, diz Kész.

“Corrigir os preços do combustível, frango ou taxas de hipoteca não ajudará a combater a inflação, que deve chegar a 25% até o final do ano. Temos o IVA mais alto do mundo com uma taxa de 27%, mas nosso governo ainda consegue culpar todos os outros pela disparada dos preços ao consumidor. Antes de congelar os preços às custas da disponibilidade e do fechamento de negócios, primeiro devemos reduzir nossos impostos sobre vendas em um terço. Isso reduziria enormemente a carga sobre os consumidores”, conclui Kész.

Um FTC excessivamente zeloso não é bom para consumidores ou startups

Mês passado, a Meta Platforms, controladora do Facebook, pediu a um juiz americano que arquivasse o processo da Federal Trade Commission (FTC) que tentava bloquear a proposta de aquisição da Meta da produtora de conteúdo virtual Within Unlimited - fabricante do Sobrenatural aplicativo de fitness de realidade virtual. O processo faz a alegação tênue e especulativa de que, como a plataforma VR Meta já possui muitos aplicativos VR, incluindo os baseados em movimento, como Beat Saber que competem por usuários com Sobrenatural, um “monopólio” “tenderá a ser criado” e a concorrência e os consumidores ficarão em pior situação se o negócio prosseguir. Esqueça isso SobrenaturaEu enfrento a concorrência de aplicativos de RV voltados para fitness mais semelhantes que a Meta não possui, como Liteboxer FitXR, bem como aplicativos de fitness não VR, como os oferecidos pela Apple e Peloton.

É o mais recente dos muitos esforços da FTC, sob atual presidente Lina Khan, de forma mais agressiva concurso de aquisições de tecnologia com base no fato de que os gigantes da tecnologia têm muito poder e influência, mesmo quando os danos aos consumidores são espúrios ou inexistentes. Embora grandes gigantes da tecnologia como Meta, Google e Amazon pode realmente ser culpados de delitos que justificam sanção legal, o sufocamento de negócios legítimos por burocratas não eleitos só prejudicará os consumidores e a viabilidade das start-ups ao desencorajar a concorrência e a inovação no mundo da tecnologia cruel e de investimentos intensivos.

Desde a década de 1970, a fiscalização antitruste concentrou-se em saber se uma prática comercial realmente prejudica os consumidores, em vez de prejudicar seus concorrentes ou algum outro stakeholder. Afinal, os funcionários eleitos são capazes de aprovar leis que visam danos concretos que as corporações infligem aos trabalhadores e ao público. E as empresas privadas não devem esperar proteção contra a concorrência acirrada, uma vez que é uma consequência de fazer negócios. Os consumidores se beneficiam do fato de as empresas terem que entregar produtos novos, melhores ou mais baratos para atrair e reter clientes. Desde que uma empresa não use sua posição para prejudicar os consumidores restringindo a produção em relação aos preços, não há razão para que reguladores antitruste como a FTC reprimam sua expansão. Especialmente quando essa expansão beneficia os consumidores.

Isso é especialmente verdadeiro para a tecnologia. As startups dependem de milhões em investimentos para desenvolver e implantar seus produtos. Os investidores valorizam essas empresas com base não apenas na viabilidade de seus produtos, mas no valor de revenda potencial da empresa. As empresas maiores também costumam adquirir empresas menores para aplicar seus recursos, conhecimentos existentes e economias de escala para desenvolver ainda mais suas ideias ou expandi-las para mais usuários.

Tornar as fusões e aquisições mais caras, sem fortes evidências de que prejudicarão os consumidores, torna mais difícil para as startups atrair o capital de que precisam e apenas impedirá os inovadores de se lançarem por conta própria ou desenvolverem ideias que possam melhorar nossas vidas em um ambiente onde O 90% de start-ups eventualmente falha e o 58% espera ser adquirido.

Não importa que as contestações de fusão da FTC possam falhar em tribunal ou mesmo perante seus próprios juízes administrativos internos, incluindo recentemente sob a cadeira Khan. O risco e o custo dos próprios processos judiciais desencorajam investimentos e negócios benéficos. Especialmente devido à incerteza gerada pela incorporação de conceitos vagos e amorfos como “justiça” na análise antitruste que poderia levar a decisões arbitrárias inconsistentes com o estado de direito. Como percebido por o falecido juiz da Suprema Corte Stewart, a única consistência em casos antitruste quando não há um princípio orientador claro como o padrão de bem-estar do consumidor é que “o governo sempre vence”.

Por outro lado, os opositores do padrão de “bem-estar do consumidor”, incluindo Khan, argumentam que ele falha em impedir a concentração do poder econômico e político. No entanto, isso prioriza o dano especulativo de uma empresa que cresce muito em detrimento do dano real de dar aos governos e reguladores a capacidade de exercer o poder para fins políticos ou daqueles que os pressionam.

Ex-presidentes Johnson e Nixon ambos usaram ameaças de fiscalização antitruste para coagir os meios de comunicação a cobrir favoravelmente seus governos. E não é nenhum segredo ou surpresa que a FTC seja frequentemente abordada por empresas que a incitam a empregar recursos dos contribuintes em ações antitruste contra seus concorrentes. Mais recentemente, Mark Zuckerberg, que perguntou abertamente para os políticos dizerem a ele qual conteúdo censurar, admitiu que o Facebook suprimiu o História do laptop de Hunter Biden após pressão de agência governamental. Os conservadores devem estar especialmente conscientes de encorajar as agências a mirar nas empresas por motivos vagos ou especulativos.

A FTC tem os recursos necessários para perseguir atores mal-intencionados que prejudicam definitivamente os consumidores, como evidenciado por seu acordo multimilionário com o site de casos extraconjugais Ashley Madison sobre práticas precárias de segurança cibernética e privacidade de dados e engano do consumidor, e outros casos de sucesso incluindo a cadeira de Khan perseguição louvável de empresas que coletam ilegalmente e fazem uso indevido de dados de crianças. Esse é um uso muito melhor do tempo da agência e do financiamento do contribuinte do que uma abordagem zelosa para bloquear aquisições e outras práticas comerciais legítimas que poderiam beneficiar os consumidores e das quais o ecossistema de startups inovador depende.

Publicado originalmente aqui

O protecionismo alimentar da Europa está assumindo uma nova dimensão

A guerra na Ucrânia afetou o setor agrícola da Europa e retardou as ambições da União Europeia de aprovar novas regras agrícolas abrangentes. As reformas em Bruxelas são modeladas na chamada estratégia Farm-to-Fork, um roteiro através do qual o sindicato quer reduzir o uso de pesticidas, reduzir terras agrícolas e impulsionar a agricultura orgânica muito além de sua participação de mercado atual. Na sequência da incapacidade da Ucrânia de exportar alimentos para os seus homólogos europeus, alguns países, incluindo a França, argumentaram que a UE deveria dar um passo atrás nas mudanças legislativas planejadas, que já haviam sido criticadas pelos agricultores.

Na Holanda, milhares de criadores de gado protestaram durante semanas contra o governo por causa de suas novas regras para reduzir o óxido nitroso, um subproduto criado quando o esterco se decompõe. A abordagem do governo holandês era minimizar as fazendas de gado, mesmo que isso significasse comprar os agricultores.

Os representantes agrícolas alertaram a União Europeia que o Farm-to-Fork prejudicará o setor de alimentos europeu e que são necessários mais dados sobre o efeito da estratégia no setor agrícola. Quando o Departamento de Agricultura dos EUA estudou os planos europeus, encontrou um risco de inflação de preços de alimentos de 20% a 53% e até um alto risco de queda no produto interno bruto como resultado direto da política. Segundo o Politico, o comitê de agricultura do Parlamento Europeu pediu à Comissão Europeia que revise sua avaliação de impacto, pois não considera os efeitos do COVID-19, a inflação dos preços dos alimentos ou a guerra na Ucrânia.

Apesar das brigas internas sobre as reformas agrícolas, a Comissão Européia segue em frente com sua política de banir certas importações para a Europa. Anunciou que as importações de produtos contendo resíduos de inseticidas pertencentes ao grupo dos neonicotinóides serão proibidas a partir de 2026. Segundo a UE, existe o risco de esses compostos prejudicarem as abelhas.

Se esse é o caso merece sua própria discussão científica, mas, mais importante, esse movimento marca uma virada significativa e preocupante na abordagem da Europa à regulamentação agrícola. Mais do que apenas seguir um objetivo político de reduzir os defensivos agrícolas na Europa, agora tenta impor essas regras aos seus parceiros comerciais. É certamente uma das tentativas mais transparentes de política por meio do comércio, mas não é muito crível. 

Na Europa, vários países não respeitam a proibição de neônicos da UE: a França tem um prazo de três anos derrogaçãoem neônicos porque sua indústria de beterraba açucareira teria sido exterminada sem ele. A Bélgica também usa neônicos para sua produção de beterraba sacarina. A Dinamarca produz neônicos para os mercados da UE e fora da UE. Sempre que as regras da UE não refletem o que é necessário na agricultura, os estados membros individuais da UE podem implementar disposições de emergência para autorizar novamente um composto químico.

Embora a Comissão Europeia diga que consultou nossos membros da Organização Mundial do Comércio em movimento, é provável que sua decisão seja contestada. Os Estados Unidos formaram oposição no início deste ano contra uma decisão semelhante da UE de proibir a importação de produtos tratados com o inseticida sulfoxaflor, um substituto neônico.

A triste realidade é que os líderes da UE prometeram metas mais ambiciosas do que podem cumprir. A estratégia Farm-to-Fork foi revelada em maio de 2020, quando a escala total da pandemia de COVID-19 era desconhecida, a inflação estava estável e não havia guerra em grande escala na Ucrânia. 

A comissão enfrenta o dilema de ter estabelecido uma meta política, não científica, de redução de agrotóxicos sem uma estratégia de substituição, cercada por crises que dificilmente pode controlar. No entanto, em vez de retroceder em suas metas ambiciosas, agora prepara o terreno para outra guerra comercial desnecessária, como vimos o suficiente nos últimos anos.

Publicado originalmente aqui

Os consumidores podem perder com os regulamentos do cartão magnético

Políticos e uma coalizão de poderosos gigantes do varejo estão empurrando contas destinadas a limitar as taxas que as empresas pagam quando um cliente compra coisas com cartão de crédito ou débito. 

Bipartidário Emenda do Senado 6201 exigiria cartões para permitir que as empresas encaminhem pagamentos através de redes não afiliadas à Visa ou Mastercard - os dois maiores emissores de cartões do país e forçaria os emissores a disponibilizar todas as redes de pagamento aos varejistas para transações de roteamento, independentemente de qual o cliente deseja.

Os proponentes da emenda argumentam que ela prejudicará o controle da Visa e da Mastercard sobre o setor de cartões, onde coletivamente detêm 80 por cento da participação de mercado, proporcionando algum alívio da inflação aos consumidores, reduzindo os custos de transação que as empresas normalmente repassam a eles. 

Mas a realidade é mais obscura. A emenda não menciona os consumidores, e não há garantia de que enfrentaremos preços mais baixos na loja ou online. Em vez disso, os consumidores ficam a perder com menos opções, menos acesso ao crédito, transações menos seguras e a evaporação dos programas de recompensa e outros benefícios.

As taxas de troca de cartões normalmente representam apenas 1% a 3% do preço final, mesmo quando repassadas aos consumidores. Restrições anteriores, como o limite da taxa de intercâmbio de cartões de débito de 2010, nem liderou para economia de custos para a maioria das empresas. As pequenas empresas muitas vezes viram seus custos aumentarem. Apenas um pequeno número de grandes varejistas experimentou custos mais baixos. E 22% dos varejistas aumentaram os preços cobrados aos consumidores, enquanto 1% reduziu os preços. 

A falta de benefícios percebidos significativos para a maioria dos varejistas pode explicar em parte por que a Austrália, onde as instituições financeiras permitiram que os comerciantes escolhessem redes de pagamento de menor custo para rotear transações de clientes desde 2018, viu baixas taxas de aceitação para esta funcionalidade.

Além disso, as taxas de intercâmbio ajudam a pagar por vários serviços, incluindo programas de recompensas, períodos sem juros e garantias de pagamento, para que os comerciantes não precisem se preocupar com o histórico de crédito de um cliente, protocolos de segurança e outros serviços bancários. Forçar os emissores de cartões a reduzir as taxas que podem cobrar significa cortes nesses benefícios e programas - reduzindo a escolha do consumidor e impedindo a proteção contra fraudes e inovação em cibersegurança

Não são apenas os ricos que contam com esses benefícios. Oitenta e seis por cento dos titulares de cartões de crédito têm cartões de recompensas ativos, incluindo 77 por cento com renda familiar inferior a $50.000.

Restrições de taxas de intercâmbio da Austrália de 2003 resultou em menos serviços, menos benefícios e taxas anuais mais altas. Os americanos poderão sentir dor semelhante em breve.

Os titulares de cartões também provavelmente arcarão com pelo menos alguns dos custos estimados $5 bilhões de custo da infraestrutura técnica necessária para que os emissores cumpram a alteração. Os bancos também responderam a restrições de taxas de intercâmbio anteriores, subindo as taxasque os americanos são cobrados por abrir e usar contas correntes, com menos bancos oferecendo contas sem taxas.

Os americanos de baixa renda podem ser duramente afetados pela redução do acesso ao crédito. As cooperativas de crédito que atendem comunidades carentes de bancos já estão expressando preocupações sobre a política. As cooperativas de crédito e os bancos comunitários também dependem mais das taxas de intercâmbio para se manterem à tona do que os bancos maiores, que dependem mais das taxas de juros. Taxas de intercâmbio mais baixas podem forçar essas instituições a aumentar as taxas de juros dos cartões de crédito, mesmo que eles atendem a uma proporção maior de portadores de cartão que não possuem saldo ou não pagam multas.

O Congresso pode fornecer alívio de longo prazo para a inflação e o custo de vida, revogando regulamentações caras e contraproducentes que beneficiam interesses especiais endinheirados às custas dos americanos comuns. 

Isso faz mais sentido do que uma regulamentação equivocada do sistema de pagamento que diminuirá a escolha, os benefícios e a segurança de pagamento para os titulares de cartões, ao mesmo tempo em que pressiona os bancos e as cooperativas de crédito a aumentar as taxas de juros e as taxas.

Publicado originalmente aqui

Role para cima