fbpx

Mês: PM62021 f18202021-06-17T12:18:20+00:00pmquinta-feira

Bahaya Pelarangan Vape di Negara Berkembang

Dunia saat ini masih terus berperang melawan pandemi COVID-19 yang muncul pada akhir tahun 2019 lalu. Sudah satu setengah tahun lamanya, virus yang sangat mudah menyebar antar manusia ini telah meluluh-lantahkan berbagai kegiatan, seperti acara musik dan perhelatan olahraga, serta keseharian miliaran orang di berbagai tempat di dunia.

Salah satu dampak yang paling terlihat dari munculnya pandemi ini adalah semakin banyaknya orang-orang yang sadar akan pentingnya kesehatan dan kebersihan. Semakin banyak dari kita yang menyadari bahwa mencuci tangan atau memberihkan badan setelah keluar rumah adalah sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan agar terhindar dari segala macam penyakit, khususnya COVID-19.

Tidak hanya dari masyarakat, banyak pemerintahan di berbagai belahan dunia juga mulai mengkampanyekan gaya hidup sehat untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Beberapa diantaranya yang kita kenal da Indonésia adalah gerakan 5M, yakni Memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi e interaksi (kesehatan.kontan.co.id, 26/1/2021).

Namun, berbagai upaya memperbaki kesehatan publik yang diadvokasikan oleh sebagian pihak guna mencegah penyebaran COVID-19 juga tidak hanya melalui kampanye, tetapi juga melalui pelarangan berbagai produk yang dianggap membahayakan kesehatan. Salah satunya produk yang kerap menjadi sasaran adalah produk-produk tembakau seperti rokok.

Salah satu negara yang memberlakukan pelarangan tersebut adalah Afrika Selatan. Pada tahun 2020 lalu misalnya, Afrika Selatan melarang pembelian produk-produk tembakau seperti rokok (bbc.com, 17/5/2020).

Akan tetapi, tidak hanya produk-produk rokok konvensional yang dibakar saja yang diadvokasi oleh beberapa pihak untuk dilarang. Salah satu produk lain yang diadvokasi oleh sebagian pihak untuk dilarang adalah produk-produk rokok elektronik, atau yang dikenal dengan nama vaporizar, karana dianggap juga membahayakan kesehatan.

Salah satu pengusaha dan filantropi yang mengadvokasi kebijakan tersebut adalah pengusaha besar asal Amerika Serikat, Michael Bloomberg. Bloomberg tela meluncurkan inisiatif global para pengendalian tembakau sebesar USD1 miliar, atau sekitar 14 triliun rupiah.

Dampak dari inisiatif global yang dilancarkan oleh Bloomberg ini sudah muncul di berbagai negara, khususnya di negara-negara berkembang. Di Filipina misalnya, lembaga regulador kesehatan mulai mempresentasikan berbagai dokumen kebijakan tidak hanya melarang rokok, namun juga vape, di negara tersebutm setelah mendapatkan dana dari inisiatif global Bloomberg (brusselstimes.com, 18/3/2021).

Tidak hanya di Filipina, Meksiko juga mengalami kejadian yang serupa. Di Meksiko belum lama ini, terungkap bahwa salah satu staf pengacara dari lembaga advokasi kesehatan yang didanai oleh Bloomberg, yang bernama Campaign for Tobacco-Free Kids, telah menyusun undang-undang yang bertujuan untuk melarang import e penjualan produk-product vape (brusselstimes.com) , 18/3/2021).

Kebijakan ini tentunya merupakan sesuatu yang sangat memprihatinkan, khususnya di negara-negara berkembang. Pelarangan terhadap produk-produk vape atau rokok elektronik berarti akan semakin banyak orang yang beralih ke produk-produk rokok konvensional yang dibakar, atau produk-produk vape ilegal yang sangat berbahaya hingga dapat menimbulkan kematian.

Hal ini akan semakin berbahaya bila terjadi di negara-negara berkembang, apalagi pada masa pandemi, karena secara um negara-negara tersebut tidak memiliki fasilitas layanan kesehatan yang baik. Bila produk-produk vape dilarang, terlebih lagi pada masa pendemi, maka akan semakin banyak orang yang beralih ke rokok konvensional yang dibakar, yang secara ilmiah sudah terbukti menyebabkan berbagai penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung.

Vape atau rokok elektronik sudah terbukti merupakan produk yang jauh lebih aman bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar. Pada tahun 2015 lalu, lembaga kesehatan Britania Raya, Public Health England (PHE), mengeluarkan laporan bahwa vape atau rokok elektronik merupakan produk yang 95% jauh lebih aman bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar (Public Health England, 2015).

Oleh karena itu, kebijakan untuk memperbaiki kesehatan publik dengan cara melarang produk-produk vape atau rokok elektronik adalah kebijakan yang tidak tepat. Untuk memperbaiki kesehatan public dari dampak negatif dari rokok konvensional, akan lebih efektif bila dengan membeirkan opsi produk lain yang lebih aman kepada para perokok.

Hal ini sudah terbukti di negara-negara di mana pemerintahnya bukan melarang produk-produk vape, namun justru mendorong para perokok untuk beralih ke produk-produk rokok elektronik yang jauh lebih aman. Di negara-negara tersebut, jumlah perokok justru menjadi berkurang. Di Selandia Baru misalnya, berdasarkan survei em 2018, ada 13,2% perokok. Jumlah tersebut berkurang dari tahun 2013 ketika angka perokok sejumlah 15,1% (stats.govt.nz, 10/10/2019).

Sebagai penutup, bila kita ingin membantu para perokok, khususnya di negara-negara berkembang yang jumlahnya sangat besar, maka kita harus mampu menyediakan produk alternatif yang dapat digunakan oleh para perkok untuk menghentikan kebiasaannya. Jangan sampai, kita intenso baik para memperbaiki kesehatan publik justru semakin menghasilkan sesuatu yang lebih buruk.

Publicado originalmente aqui.

A UE deve eliminar o Imposto sobre Serviços Digitais

Consumidores europeus arriscam pagar mais

Com a ascensão da economia digital, uma tendência para o aumento da regulamentação dos serviços digitais veio à tona. O imposto sobre serviços digitais (DST), segundo o qual as empresas multinacionais são tributadas nos países onde fornecem serviços por meio de um mercado digital, tornou-se um dos meios mais populares para domar os grandes players.

Em 2018, a Comissão Europeia iniciou a introdução de um DST de 3% sobre as receitas geradas no mercado digital da UE, incluindo vendas online e publicidade. No entanto, com a oposição de países como a Suécia ou a Irlanda, nunca foi alcançado nenhum acordo a nível do Conselho. Apesar da falta de compromisso, os estados membros passaram a introduzir DSTs em níveis nacionais. Como resultado, Áustria, Bélgica, República Tcheca, França, Hungria, Itália, Polônia, Eslovênia e Espanha propuseram, anunciaram ou já estão implementando algum tipo de imposto digital. 

De acordo com um Relatório KPMG, o referido imposto está gerando de 2 a 3 por cento das receitas governamentais dos países de um grupo restrito de grandes empresas de Internet. Embora as taxas sejam ligeiramente diferentes entre os estados membros – 7,5% na Hungria e 3% na França – a meta é geralmente a mesma: grandes empresas multinacionais.

De acordo com as regras tributárias internacionais atuais, um país onde as empresas multinacionais de serviços estão sujeitas ao imposto de renda corporativo geralmente é determinado pelo local onde a produção ocorre e não onde estão os consumidores ou usuários. No entanto, os defensores do DST argumentam que as empresas digitais obtêm renda vendendo para usuários no exterior por meio da economia digital, mas o fazem sem presença física e, inversamente, não estão sujeitos ao imposto de renda corporativo lá.

A Organização para a Cooperação e Desenvolvimento Econômico (OCDE) convocou mais de 130 países a alterar o sistema tributário internacional. Esta proposta atual exigiria que as empresas multinacionais pagassem alguns de seus impostos de renda onde seus consumidores ou usuários estão. De acordo com a OCDE, o dilema pode ser desvendado este ano, e grandes esperanças são colocadas no governo Biden para ajudar a fazer isso acontecer.

DSTs distorcem o mercado

Enquanto a Áustria e a Hungria estão tributando apenas a publicidade, na França, Turquia e Itália, o escopo do imposto é muito mais amplo. Inclui receitas de fornecer uma interface digital, publicidade direcionada e transmissão de dados sobre usuários para fins publicitários. Em última análise, estes impostos e os custos adicionais que as empresas terão de ser suportados pelos consumidores. Custos mais altos de publicidade provavelmente resultarão em preços mais altos para os produtos e serviços dessas empresas. De acordo com um estudo de 2019 sobre o impacto econômico do imposto francês sobre serviços digitais, “aproximadamente 55% da carga tributária total será suportada pelos consumidores, 40% pelas empresas que usam plataformas digitais e apenas 5% pelas grandes empresas de internet visadas. ”

A Turquia e a Áustria fornecem informações valiosas sobre como esses impostos funcionam.

De acordo com o relatório mencionado acima, na Turquia, em setembro de 2020, uma taxa adicional de 7,5% foi adicionada aos custos de assinaturas no aplicativo e outros tipos de pagamento feitos nas plataformas digitais. Na Áustria, 5% do horário de verão foi adicionado às faturas dos desenvolvedores e anunciantes quando promovidos como parte do horário de verão austríaco. 

Esses custos adicionais são pagos por consumidores e pequenos desenvolvedores e não fazem nada para lidar com a natureza evolutiva do mercado digital. Em termos econômicos, os DSTs aumentam a perda de peso morto.

À primeira vista, parece injusto que as grandes multinacionais não paguem impostos enquanto as empresas tradicionais estão sobrecarregadas com impostos e regulamentações. A Comissão da UE descobriu que, dentro da UE, as empresas digitais tinham que pagar em média 9,5% de impostos, enquanto os modelos de negócios tradicionais estavam sujeitos a uma taxa média efetiva de impostos de 23%. No entanto, se o objetivo é aumentar o bem-estar econômico, uma solução melhor seria reduzir os impostos para ambos os tipos de negócios. 

As plataformas digitais estão criando inovação e riqueza na economia. A “economia de aplicativos” criou milhões de empregos nos últimos anos, com 800.000 empregos na Europa e nos Estados Unidos somente em 2017.

Ao contrário da crença política atual, o imposto sobre serviços digitais não afetará as grandes multinacionais, mas os pequenos desenvolvedores terão que aumentar seu preço. A inovação europeia também sofrerá. Se os preços da expansão aumentarem, os pequenos desenvolvedores e inovadores não poderão competir efetivamente com as empresas americanas.

Plataformas e serviços digitais ajudaram milhões de pessoas que trabalham em casa durante a recente pandemia de COVID-19 e geralmente revolucionaram a economia global. É exatamente porque as plataformas digitais são diferentes da cadeia de suprimentos que prevaleceu por centenas de anos, que existe a tentação de superregulamentá-las, caso contrário, travá-las para limitar os riscos decorrentes da falta de conhecimento. 

Todos os impostos, incluindo um imposto sobre a receita, estão mais preocupados em coletar lucros do que em aumentar a inovação. Ao falar sobre DSTs, é fundamental entender qual objetivo estamos buscando. Se queremos que a União Europeia se torne um centro de inovação, então o DST definitivamente não é o caminho a seguir, mas se queremos punir grandes empresas de tecnologia valorizadas pelos consumidores europeus por seu sucesso, então é exatamente o que precisamos. 

E, no entanto, mesmo que enveredássemos por esse caminho e continuássemos a defender o DST, deveríamos fazê-lo incentivando a concorrência fiscal na UE em vez de impor ainda mais centralização fiscal. A competição permitiria que os estados membros da UE competissem entre si como regimes regulatórios. De maneira semelhante, isso forneceria serviços e plataformas digitais com mais opções.

A economia digital aumenta o bem-estar econômico. Alguns aplicativos, como o Shazam, que reconhece a música tocada naquele momento, ou o Slack, serviço de mensagens instantâneas para empresas e equipes, foram criados por jovens empreendedores. Desde então, eles se expandiram exponencialmente, tornando-se parte do nosso cotidiano. 

A fim de aumentar a concorrência no mercado digital, a UE deve procurar pressionar mais para regular de forma inteligente a plataforma digital para não tributá-la. Tal regulamentação incluiria regras claras de conduta definindo práticas em lista negra (autopreferência egie) para auto-regular certos aspectos da conduta de uma plataforma digital, incluindo transparência para com os usuários, obrigações de denúncia e proibições. 

Tal abordagem protegeria a concorrência para que as PME pudessem competir com grandes players e criar um mercado dinâmico que beneficie todos os consumidores.

Se, por outro lado, os países europeus continuarem a pressionar para introduzir e aumentar os horários de verão sem qualquer acordo a nível global, os consumidores europeus arriscam-se a pagar mais do que os seus homólogos norte-americanos ou sul-asiáticos e perdem inovação e escolha. As DSTs são ineficazes e a UE deve afastá-las de uma vez por todas.

Publicado originalmente aqui.

Como podemos garantir a privacidade do consumidor?

Todas as semanas, ouvimos falar de novas violações de dados, hacks e divulgações de informações financeiras e pessoais confidenciais.

No mês passado, foi o ataque cibernético no Gasoduto Colonial nos Estados Unidos, causando picos nos preços da gasolina e longas filas na bomba. Antes disso, surgiram notícias de um vazamento de dados afetando meio bilhão de contas do Facebook, um bot que raspou com sucesso 500 milhões de contas do LinkedIn e um hack na Universidade de Stanford que expôs milhares de números de segurança social e detalhes financeiros. O ciclo é interminável.

O grande número de relatórios de vazamentos de dados, hacks e golpes em contas afetadas agora cresceu tanto que consumidores e usuários ficam entorpecidos. Quanto mais esse número cresce, mais ficamos entorpecidos.

Mas as violações de dados privados são importantes. E os consumidores devem ser justamente contrariados.

Porque para cada erro de empresa, exploração de hacker e banco de dados governamental inseguro, existem milhares de empresas e organizações fazendo certo, mantendo os dados dos usuários seguros, criptografados e longe de olhares indiscretos.

E embora os países individuais da União Europeia tenham suas próprias leis de privacidade e dados, o aspecto mais problemático aqui é o problemático Regulamento Geral de Proteção de Dados (GDPR), que muitas vezes torna mais difícil para empresas legítimas proteger dados, não menos.

Embora devamos estar sempre atentos a possíveis vazamentos e hacks, a principal preocupação de uma lei ou diretiva de privacidade de dados inteligente e de bom senso deve ser defender a inovação, o que não é o caso no momento.

Para cada nova empresa de dados de saúde, empresa de logística ou wearable de consumo, a coleta e retenção adequada de dados é um valor fundamental. Quanto mais as regras forem uniformes, claras e não criarem barreiras à entrada, mais inovação veremos no que diz respeito à proteção de dados.

Devemos incentivar as empresas a adotar padrões de interoperabilidade e dados abertos para garantir que os dados sejam portáteis e de fácil acesso para os usuários. As principais redes de mídia social agora permitem essa previsão, e tem sido o padrão para dados de sites por vários anos.

Se isso se tornar o padrão, os consumidores poderão escolher as marcas e serviços que melhor atendem às suas necessidades e interesses, em vez de apenas empresas deixadas de pé na esteira do excesso de regulamentação.

Ao mesmo tempo, se quisermos revisar as regras de privacidade na UE, devemos consagrar o princípio da neutralidade tecnológica, onde o governo evita decretar vencedores e perdedores. Isso significa que regular ou endossar vários formatos de dados, algoritmos ou tecnologia deve ser determinado por empresas e consumidores, não por agências governamentais sem o conhecimento necessário para tomar boas decisões. A recente tentativa da UE de designar o “carregador de telefone comum” como a conexão micro-USB, em um momento em que as conexões USB-C estão se tornando o padrão da indústria, é um exemplo fácil.

Isso também se estende a práticas de inovação, como publicidade direcionada, segmentação geográfica ou personalização, que são fundamentais para a experiência do consumidor.

Além disso, devemos ser cautelosos com todas as tentativas de proibir a criptografia para uso comercial e pessoal.

A pressão tem montado à Comissão Europeia para rever a encriptação por agentes privados, mas isso seria um erro.

A razão pela qual a criptografia continua sendo uma ferramenta poderosa no arsenal de empresas e agências que lidam com nossos dados e comunicações é porque ela funciona. Devemos defendê-la a qualquer custo.

Embora haja muito com o que se preocupar quando se trata de violações e hacks online, os consumidores devem poder se beneficiar de um mercado inovador de produtos e serviços, livre de regulamentações que muitas vezes restringem o progresso.

Esse equilíbrio é possível e necessário, tanto se quisermos ter uma experiência online mais segura, quanto se quisermos continuar tendo a melhor tecnologia à nossa disposição para melhorar nossas vidas.

Publicado originalmente aqui.

Regular o vaping para reduzir ao mínimo as incidências de vaping entre jovens, diz grupo de defesa do consumidor

Regulamentar o vaping pode ajudar a reduzir ao mínimo as incidências de vaping entre jovens, disse um grupo de defesa do consumidor com sede no Reino Unido.

Em um comunicado hoje, o Consumer Choice Center (CCC), com sede em Londres, disse que no Reino Unido, onde o vape é regulamentado, as incidências de vaping entre jovens foram minimizadas.

Ele citou um relatório de 2021 da Action on Smoking and Health, que examinou o uso de cigarros eletrônicos ou vape entre jovens na Grã-Bretanha, que descobriu que a grande maioria dos jovens de 11 a 18 anos nunca experimentou ou desconhece cigarros eletrônicos (83%). Essa constatação se manteve consistente desde 2017.

Ele disse que a pesquisa descobriu ainda que o vaping é muito menos comum entre os jovens que nunca fumaram. A grande maioria dos “nunca fumantes” com idade entre 11 e 18 anos, 94,1% no total, nunca vaporizou (87,9%) ou não os conhece (6,2%).

Em sua recente nota de política intitulada “Restrições de idade dos produtos Vape”, a CCC recomendou o seguinte:
• Introduzir regulamentos inteligentes e impor restrições estritas de idade em dispositivos vaping e líquidos nos pontos de venda
• Use tecnologia moderna de verificação de idade para vendas online
• Aprenda com outras indústrias, como álcool e fogos de artifício, sobre como melhorar as taxas de conformidade
• O varejo e a indústria devem ser incentivados a serem mais proativos com a aplicação das regras
• Não punir vapers adultos legais pela falta de aplicação de restrições de idade

O diretor-gerente da CCC, Fred Roeder, disse que, em vez de tomar medidas drásticas, como proibir o vape, que só levará mais consumidores a produtos ilegais no mercado negro não regulamentado, uma abordagem mais coordenada pelos reguladores e pela indústria pode e deve ser explorada.

“Acreditamos que os regulamentos com aplicação estrita de não venda a menores de idade marcam a distinção entre consumidores adultos consentidos e aqueles que não atingiram a idade legal para tomar essas decisões”, disse ele.

Ele também citou exemplos do Reino Unido sobre como os controles são implementados para impedir que menores de idade comprem produtos com restrições de idade.

Um exemplo dessa solução é o AgeChecked, um sistema de verificação de idade on-line seguro baseado no Reino Unido que solicita o nome completo do comprador, endereço de cobrança e data de nascimento ao fazer um pedido.

Essas informações devem ser inseridas como aparecerão na carteira de motorista do comprador, no caderno eleitoral ou usadas para um cartão de crédito do Reino Unido, disse ele.

Publicado originalmente aqui.

O Consumer Choice Center se opõe a ações antitruste em empresas de tecnologia inovadoras

Hoje, o Consumer Choice Center enviou uma carta aos membros do Comitê Judiciário da Câmara para explicar nossa oposição a uma série de projetos de lei que serão apresentados em breve no plenário da Câmara relacionados a ações antitruste.

A carta completa está abaixo e disponível em formato PDF para compartilhar.

Prezado Membro da Comissão de Justiça da Câmara,

Como um grupo de consumidores, escrevemos para chamar sua atenção sobre uma série de projetos de lei que em breve serão apresentados no plenário da Câmara e seguirão para o Comitê Judiciário da Câmara.

Esses projetos de lei, que em breve serão apresentados pelos democratas e co-patrocinados por alguns republicanos, referem-se a ações antitruste a serem tomadas contra empresas de tecnologia sediadas nos Estados Unidos.

Isso inclui a Lei de Modernização da Taxa de Registro de Fusão, Lei de Monopólios de Plataforma Final, Lei de Antimonopólio de Plataforma, Lei de Competição e Oportunidade de Plataforma e Lei de Aumento de Compatibilidade e Concorrência por Habilitar a Troca de Serviços.

Em nossa opinião, esses projetos de lei não tratam da preocupação com o consumidor, o padrão de bem-estar do consumidor como tradicionalmente entendido na lei antitruste, ou mesmo porque empresas como Amazon, Facebook, Twitter e Microsoft são “grandes demais”. 

Em vez disso, essas ações são uma remoção zelosa dos inovadores americanos que prejudicarão os consumidores e punirão a inovação. Este é um precedente perigoso.

Muitas das empresas de tecnologia na mira oferecem serviços gratuitos ou baratos aos consumidores em um mercado competitivo que possui centenas de aplicativos sociais para mensagens, compartilhamento de fotos, redes sociais e mercados online que oferecem entrega rápida, serviço estelar e preços imbatíveis.

Como consumidores desses serviços, entendemos que muitas vezes há decisões tomadas por essas empresas que geram preocupações. Para os conservadores políticos, a questão depende se há viés na moderação de contas, comentários e produtos. Para os liberais, é sobre se essas empresas são muito poderosas ou grandes demais para serem controladas pelo governo, e questões sobre como elas pagam seus impostos ou se várias empresas de tecnologia desempenharam um papel na eleição de Donald Trump em 2016.

Todas essas são preocupações válidas e temos trabalhado ativamente para denunciá-las sempre que necessário.

No entanto, usar o poder do governo federal para desmembrar empresas americanas inovadoras sujeitas à legislação doméstica, especialmente em face da crescente concorrência de países que não são democracias liberais, como a China, é errado e levará a consequências ainda mais inesperadas.

O povo americano se beneficia de um mercado competitivo e livre para todos os bens, serviços e redes que usamos online. Armar nossas agências federais para desmembrar empresas, especialmente quando não há casos comprovados de danos ao consumidor, irá esfriar a inovação e impedir nossa vantagem competitiva como país.

Se houver violação de dados ou se a privacidade do consumidor for comprometida, a Federal Trade Commission deve emitir multas e outras penalidades. Nós concordamos com isso. Se houver violações flagrantes da lei, elas devem ser tratadas imediatamente e de forma adequada.

Sejamos claros: a internet é o playground definitivo para a escolha do consumidor. As tentativas do governo de intervir e regular com base em considerações políticas apenas restringirão a escolha do consumidor e nos privarão do que desfrutamos até agora.

A esmagadora maioria dos usuários está satisfeita com os mercados online e com seus perfis nas plataformas sociais. Eles podem se conectar com amigos e familiares em todo o mundo e compartilhar imagens e postagens que iniciam conversas. Milhões de pequenas empresas, artistas e até sites de notícias dependem dessas plataformas para ganhar a vida. Este é um ponto especialmente importante.

Usar a força do governo para desmembrar negócios devido a atitudes ou ações específicas que eles tomaram, tudo legal de acordo com a lei atual, é altamente vingativo e restringirá a capacidade de pessoas comuns como eu ou milhões de outros consumidores de aproveitar as plataformas para as quais nos inscrevemos voluntariamente. 

Devemos responsabilizar essas plataformas quando cometerem erros, mas não convidar o governo federal a determinar em quais sites ou plataformas podemos clicar. O papel do governo não é escolher vencedores e perdedores. É para garantir nossos direitos à vida, liberdade e busca da felicidade, como afirma a Declaração de Independência. 

Assim, quando esses projetos de lei forem apresentados a vocês como legisladores, nós os instamos, como um grupo de defesa do consumidor falando por milhões de pessoas como você em todo o país, a rejeitá-los. 

Atenciosamente,

Yaël Ossowski

Vice-diretor, Consumer Choice Center

yael@consumerchoicecenter.org

A UE deve comprometer-se com o conceito de redução de danos

Alguns dias atrás, me deparei com uma palestra do TEDMED de 2017 sobre o modelo de redução de danos da dependência de drogas pelo Dr. Mark Tyndall.

Embora focado principalmente no tratamento da toxicodependência, o discurso fornece uma visão valiosa sobre a natureza da redução de danos que pode ser aplicada de forma mais geral. Em particular, isso diz respeito ao vaping como uma ferramenta de cessação.

Na palestra, Tyndall argumenta que “começar com a abstinência é como pedir a um novo diabético que pare de comer açúcar ou a um asmático grave para começar a correr maratonas ou a uma pessoa deprimida apenas para ser feliz. Para qualquer outra condição médica, nunca começaríamos com a opção mais extrema. O que nos faz pensar que essa estratégia funcionaria para algo tão complexo quanto o vício?”

Impostos, proibições de marketing e publicidade, juntamente com outras restrições sobre produtos de tabaco e vaping, seguem uma estratégia de abstinência. Com base na suposição de que os fumantes podem parar de fumar da noite para o dia depois de verem um aumento de preço, a realidade é que essas políticas não fazem nada para reduzir as taxas de tabagismo. Os defensores de tal abordagem apontam para o declínio das taxas de tabagismo como evidência de seu sucesso. No entanto, o nexo de causalidade dificilmente é rastreável por causa de múltiplas variáveis em jogo. 

Embora as taxas de tabagismo em países restritivos ao vaping, como a Irlanda, estejam realmente diminuindo, dificilmente é motivo de otimismo. A tendência de queda na prevalência do tabagismo é impulsionada por pessoas que estão morrendo prematuramente por fumar, de acordo com o Dr. Tyndall. Vaping, pelo contrário, poderia salvar essas vidas, e desencorajá-lo é ignorar as necessidades dos consumidores.

Cegos por sua busca por uma Europa sem fumo, os formuladores de políticas europeus estão constantemente perdendo a oportunidade de realmente ajudar os fumantes a parar de fumar. Nós, do Consumer Choice Center, enfatizamos muitas vezes os dados de que o vaping é 95% menos prejudicial do que os cigarros de tabaco e que tem como alvo os consumidores adultos que procuram parar de fumar. Os cigarros eletrónicos são um produto apenas para adultos e não servem como meio para atrair o fumo de menores. Embora comprovados cientificamente, esses fatos são ignorados pela UE. 

Como tal, a crença equivocada de que o vaping contribui para o aumento das taxas de tabagismo por menores de idade lança uma sombra sobre a redução de danos. É também uma das principais razões subjacentes à proposta de proibição de sabor vape holandesa. Um estudo de 2017 publicado no Tobacco Control descobriu que, à medida que o número de vapers nos EUA e no Reino Unido aumentava, não havia aumento no tabagismo entre os jovens. Entre 2011 e 2016, o tabagismo nos últimos 30 dias caiu de 6,3% para 4,3% entre os alunos do ensino médio e de 21,8% para 13,8% entre os alunos do ensino médio nos EUA.

A regulamentação excessiva do vaping na União Europeia e seus estados membros não trará os resultados esperados. Os fumantes não devem ser vistos como crianças que devem ser punidas com a abstinência por escolherem fumar. Uma maneira muito melhor de avançar é incentivá-los a mudar para o vaping, ajudando-os a reduzir os riscos associados à saúde. 

Antes que seja tarde demais, devemos nos comprometer fortemente com o conceito de redução de danos. Agora, isso realmente nos ajudaria a vencer o câncer.

Publicado originalmente aqui.

Plano de banda larga de Biden pode prejudicar provedores e consumidores

Não é nenhum segredo que o acesso à Internet confiável e de alta velocidade é mais importante agora do que nunca, especialmente considerando como passamos o ano passado. Agora, dependemos fortemente de conexões virtuais para escola, trabalho e talvez algumas maratonas intermináveis da Netflix, na tentativa de manter a sanidade durante os bloqueios.

Com uma vida mais online, não surpreende que o uso da banda larga aumentou 40% Ao longo do último ano. Muitos suspeitam que esse nível de demanda por banda larga continuará, mas existem milhões de indivíduos em todo o país que ainda não têm acesso, incluindo 368,000 famílias rurais de Michigan.

Estima-se que haja mais $2,5 bilhões em benefício econômico potencial que é perdido entre os residentes de Michigan desconectados da internet, deixando claro que precisamos encontrar uma solução para acabar com essa divisão digital.

O presidente Joe Biden propôs recentemente $100 bilhões expandir a banda larga por meio do American Jobs Plan. Embora isso possa parecer um investimento em infraestrutura digno para alguns, as letras miúdas do plano propõem soluções medíocres que criam um futuro tempestuoso para os consumidores de Michigan.

Uma questão gritante é a priorização de redes de banda larga administradas pelo governo com “menos pressão para gerar lucros e com o compromisso de atender comunidades inteiras”. Está bem documentado que essas redes são ineficazes 𑁋 a Estudo do Centro Phoenix descobriram que os preços em mercados com um fornecedor municipal são mais altos do que em mercados sem um.

Michigan permite redes municipais de banda larga apenas em áreas não atendidas ou mal atendidas e se seus benefícios superarem os custos. No entanto, os governos locais têm dado vantagens às redes municipais em relação aos provedores privados, fornecendo subsídios e tratamento regulatório privilegiado para mostrar a ilusão de conformidade.

Isso aconteceu recentemente em Marshall e os resultados foram terríveis. De acordo com um relatório lançado pela Taxpayers Protection Alliance destacando falhas nas redes de banda larga administradas pelo governo, a rede de banda larga de fibra de Marshall, chamada FiberNet, custou $3,1 milhões e atende apenas uma fração de sua população. Vale a pena notar que os serviços privados de banda larga também estão disponíveis em Marshall.

Outra questão importante do plano de Biden é que ele prioriza exclusivamente a construção de banda larga de fibra. Embora a fibra possa ser uma ótima opção para alguns, nem sempre é prática para as comunidades rurais devido aos altos custos e ao processo de instalação necessário. Residências rurais podem estar localizadas a quilômetros de distância e com custos de instalação de fibra tão altos quanto $27.000/por milha, a demanda estimada das comunidades rurais muitas vezes não compensa os custos de construção de redes de fibra nessas áreas.

Soluções inovadoras como as de Elon Musk Starlink projeto, que visa fornecer acesso à Internet de banda larga por satélite de baixo custo em todo o mundo, deve ser incentivado. Até o final deste ano, serão mais de 1.000 satélites fornecendo internet para mais de 10.000 clientes em todo o mundo através da Starlink. Este é um desenvolvimento empolgante porque as redes de satélite costumam ser mais baratas, mais eficientes e podem fornecer velocidades mais rápidas para residências rurais do que a fibra.

O grande problema final com o plano de Biden é que ele promete levar a América à cobertura de banda larga 100%, mas isso não leva em consideração todas as preferências do consumidor. De acordo com Pew Research, 15% dos americanos dependem de smartphones e não têm serviços de banda larga. Embora não seja certo o motivo, um possível motivo é a frequência do Wi-Fi gratuito disponível em muitos espaços públicos, o que pode fazer com que algumas famílias optem por não pagar pela banda larga.

Para ajudar Michigan a atingir todo o seu potencial econômico, é crucial que tenhamos acesso rápido à Internet de alta velocidade para os 368.000 domicílios rurais. O estado deve abraçar provedores privados de serviços de internet, praticar a neutralidade tecnológica ao não favorecer um tipo de banda larga em detrimento de outro e encorajar mais inovações que beneficiem os consumidores.

Publicado originalmente aqui.

O caminho que não devemos seguir na regulamentação de tecnologia

Vamos realizar um experimento mental: a pedido de vários grandes meios de comunicação, um governo institui uma lei exigindo que toda vez que uma notícia for vinculada a uma mídia social, a rede social deve pagar uma taxa aos meios de comunicação.

Em outras palavras, para permitir que uma coluna de jornal ou link de blog de fofocas de celebridades apareça em outro lugar, esse site terá que desembolsar dinheiro para o meio de comunicação de onde se originou.

Embora esse caso pareça ridículo em outros lugares, foi exatamente isso que a Austrália tentou recentemente em sua guerra crescente contra empresas de tecnologia como Facebook e Google.

E países como Canadá, Reino Unido, França e outras nações da UE estão se alinhando para serem os próximos.

No final do ano passado, o Código de Negociação da Mídia de Notícias foi introduzido no Parlamento australiano para “resolver os desequilíbrios do poder de barganha entre as empresas de mídia de notícias australianas e as plataformas digitais”. O projeto de lei foi o esforço de vários anos da comissão de concorrência e consumidor do país, solicitado pelo Partido Liberal, de tendência conservadora.

Ao lançar a lei, o primeiro-ministro Scott Morrison fez todas as aberturas necessárias sinalizando oposição à “Big Tech”.

Ao impor um imposto sobre links para empresas de tecnologia, a ideia era fortalecer as empresas de mídia australianas que vêm perdendo receita de publicidade para essas plataformas. Mas isso tem um custo significativo tanto para a escolha do consumidor quanto para a abertura da própria Internet.

O fundador da World Wide Web, Tim Berners-Lee, disse que tal proposta tornaria a Internet “inviável”, impondo custos e impostos sobre o que deveria ser um espaço livre na rede aberta. Em outras palavras, esses regulamentos provavelmente interromperiam os princípios mais básicos nos quais a Internet foi fundada em primeiro lugar.

Cabe às empresas de mídia descobrir métodos inovadores e eficazes de capturar o público digital, e não pressionar os governos para desviar dinheiro para eles.

O Google cedeu no início da luta, criando uma “vitrine de notícias” em países como Austrália, Reino Unido e Argentina que ofereceria alguns prêmios aos editores. Mas o Facebook manteve sua posição.

E, embora Morrison e seus colegas parlamentares tenham desencadeado o pêndulo, ele finalmente se voltou contra os consumidores australianos.

Recentemente, milhões de australianos acessaram o Facebook para descobrir que não podiam mais compartilhar links ou artigos de sites de notícias australianos. Em vez de alterar seu modelo de negócios para cumprir a legislação proposta, a empresa decidiu bloquear completamente o compartilhamento de notícias domésticas na plataforma.

Foi um movimento ousado para demonstrar ao governo que os meios de comunicação precisam mais do Facebook do que deles.

Mais tarde, no entanto, o Facebook anunciou que fechou acordos individuais com editores menores no país da comunidade.

“Depois de mais discussões com o governo australiano, chegamos a um acordo que nos permitirá apoiar os editores que escolhermos, incluindo editores pequenos e locais”, disse o vice-presidente global de notícias do Facebook, Campbell Brown.

Este precedente é importante por duas razões.

Primeiro, o projeto de lei da Austrália é uma das tentativas mais descaradas de usar a lei de mídia doméstica para obter receita de uma empresa de tecnologia americana.

Em segundo lugar, mostra que isso tem tudo a ver com resgatar as empresas de mídia tradicionais e quase nada a ver com os consumidores.

Assim como na União Europeia e em alguns países latino-americanos, a fixação em tributar e restringir empresas de tecnologia depende de obter um pedaço do bolo. A preocupação com o consumidor e seu acesso contínuo à informação online é secundária.

Vimos isso com o Uber e a Apple em Bruxelas e Londres, e sem dúvida continuará enquanto os países famintos por impostos tentam reinar no que consideram o ganso de ouro.

É por isso que essas políticas são tão destrutivas para os consumidores e os princípios fundamentais para uma Internet aberta.

A chave para os meios de comunicação prosperarem e evoluirem na era digital será a inovação e a criatividade, que beneficiam os consumidores, não proibições, aumentos de impostos ou leis de mídia zelosas.

Publicado originalmente aqui.

Por que a proibição holandesa de sabores vaping não reduzirá as taxas de fumantes menores de idade

Embora nobre em intenção, a proibição teria o efeito oposto, argumentam Maria Chaplia, do Consumer Choice Center, e Michael Landl, da World Vapers Alliance.

A partir de 1 de julho de 2022, os e-líquidos com sabor podem ser proibidos na Holanda. A decisão de prosseguir com a proibição – originalmente proposta em junho de 2020 – está drasticamente em desacordo com a opinião pública, muito menos com a ciência. Combinado com as medidas restritivas anti-vaping do Plano de Combate ao Câncer da UE, a proibição de sabores demonstra o afastamento incessante da Europa da formulação de políticas baseadas em evidências.

O vaping está enfrentando essas dificuldades regulatórias principalmente porque é incompreendido. Inventado como uma ferramenta de cessação, o vaping tem como alvo os fumantes adultos, em particular os pesados, para ajudá-los a parar. No Reino Unido, cigarros eletrônicos são dados até mesmo a fumantes em hospitais. E os sabores vape desempenham um papel crucial na cruzada para reduzir as taxas de tabagismo.

O raciocínio do governo holandês para a proibição do sabor vape é combater o tabagismo entre adolescentes. Como tal, o objetivo é realmente nobre, uma vez que os cigarros eletrônicos devem ser produtos apenas para adultos e restrições estritas de idade precisam ser aplicadas. No entanto, se esse é realmente o objetivo, o governo holandês está atirando na direção errada.

De acordo com um estudo publicado recentemente pela Escola de Saúde Pública de Yale, uma proibição de sabor vape em São Francisco dobrou a probabilidade de os alunos do ensino médio fumarem cigarros convencionais. A cidade da Califórnia viu um aumento de 30% no uso de cigarros por menores pela primeira vez em mais de uma década, enquanto outras cidades do país continuam a ver taxas decrescentes.

“Sem resolver o problema do tabagismo entre adolescentes, a proibição terá consequências desastrosas não intencionais e prejudicará os esforços de redução de danos”

De acordo com um estudo de 2017 publicado no Tobacco Control, à medida que o número de vapers nos EUA e no Reino Unido aumentou, não houve aumento no tabagismo entre os jovens. Entre 2011 e 2016, fumar nos últimos 30 dias recusado de 6,3% para 4,3% entre os alunos do ensino médio e de 21,8% para 13,8% entre os alunos do ensino médio nos EUA.

Sem resolver o problema do tabagismo entre os adolescentes, a proibição terá consequências desastrosas não intencionais e prejudicará os esforços de redução de danos. Na Holanda, 3,1 por cento dos adultos usam cigarros eletrônicos e, com a proibição, quase 260,000 Os vapers holandeses podem voltar a fumar.

Os sabores desempenham um papel vital para os fumantes que desejam parar de fumar. Consumidores adultos, que usaram vaping para parar de fumar, dizem que os sabores, além do tabaco, foram um fator decisivo para impedi-los de voltar a fumar. Ao usar e-líquidos aromatizados, eles são 230% mais propensos a desistir fumando do que se usando os com sabor de tabaco.

A proibição proposta não reduzirá a demanda por sabores. O que vai fazer, no entanto, é aumentar o comércio ilícito. Conforme demonstrado pelos altos impostos, proibições de marketing e publicidade e outras restrições gerais, as políticas restritivas não alcançam os resultados desejados. Apesar de uma proibição de venda de nicotina na Austrália, mais de meio milhão consumidores vape, enquanto 2,4 milhões de pessoas o experimentaram em algum momento.

Conforme demonstrado pela Public Health England, o vaping é 95% menos prejudicial do que os cigarros de tabaco. Portanto, tanto a curto quanto a longo prazo, a proibição holandesa de sabores vape é um preço muito alto a pagar, especialmente à luz de nossos esforços europeus compartilhados para reduzir as taxas de câncer.

“Ao usar e-líquidos com sabor, eles [fumantes adultos] têm 230% mais chances de parar de fumar do que se estivessem usando os com sabor de tabaco”

À luz da forte oposição expressa pelos cidadãos na consulta pública, com 98 por cento das propostas contra a proibição, bem como a falta de legitimidade deste gabinete, as aspirações antivaping holandesas são completamente antiéticas. Este é um grande golpe para os esforços de redução de danos do tabaco e todos os vapers que levantaram suas vozes, e provavelmente manchará a reputação da Holanda.

Publicado originalmente aqui.

Israel ocupa o primeiro lugar no Índice de Resiliência Pandêmica global

O sistema de saúde de Israel foi nomeado o mais resiliente ao COVID-19 no mundo em um Índice de Resiliência Pandêmica lançado recentemente. O índice, publicado pelo grupo global de defesa do consumidor Consumer Choice Center, pesquisou 40 países sobre a preparação e resiliência de seus sistemas de saúde à pandemia.

O índice examinou cinco fatores: aprovação da vacinação, campanha de vacinação, atrasos que interrompem a administração de vacinas, capacidade de leitos de cuidados intensivos e testes em massa. Embora Israel não tenha o maior número de leitos de terapia intensiva per capita ou uma média alta de testes diários de COVID-19, “é um claro vencedor quando se trata da velocidade das vacinações” – o que o levou ao primeiro lugar no ranking lista mundial.

O segundo lugar ficou com o vizinho de Israel, os Emirados Árabes Unidos, que também tiveram um alto índice de vacinação. Estados Unidos, Reino Unido e Bahrein completam os cinco primeiros lugares, enquanto os três últimos ficaram com Austrália, Nova Zelândia e Ucrânia.

“A pandemia colocou os sistemas de saúde globalmente em um teste de emergência e expôs seus pontos fortes e fracos”, disse Fred Roeder, diretor administrativo do CCC e coautor do índice. “Em particular, isso diz respeito à capacidade hospitalar, às habilidades de planejamento e à existência de um sistema regulatório capaz de agir com rapidez e eficiência quando se trata de testagem e vacinação, entre outras coisas. No futuro, esperamos que nosso índice ajude os formuladores de políticas a identificar pontos fracos em nossos sistemas de saúde, para que possamos estar melhor preparados para futuras crises”.

Publicado originalmente aqui.

Role para cima
pt_BRPT