fbpx

Giorno: 20 luglio 2023

L'Europa centro-orientale sarebbe colpita duramente dalle nuove regole sugli oli essenziali

I prodotti petroliferi essenziali generano centinaia di milioni di euro per diversi paesi dell’Europa centrale e orientale. Le nuove regole minacciano il settore.

Le nuove regole dell'Agenzia chimica dell'Unione europea (ECHA) avrebbero un impatto significativo sulla commercializzazione e sull'uso dei prodotti petroliferi essenziali. 

Ciò include un'ampia varietà di prodotti utilizzati dai consumatori, compreso tutto profumi e altre fragranze, ai profumi dell'umidificatore e repellenti per insetti. L'agenzia intende adottare un nuovo modo di misurare i danni causati dalle sostanze chimiche che non tiene conto del dosaggio effettivo a cui saranno esposti i consumatori.

È un peccato che l’ECHA abbia scelto proprio questo momento per mettere in atto norme eccessivamente restrittive sulle sostanze chimiche. 

Seguendo le orme del Green Deal europeo e la sua visione di a ambiente privo di sostanze tossiche, l'ECHA sta sostituendo le attente valutazioni del rischio basate sui livelli di esposizione effettivi con un approccio globale basato sul pericolo e fondato su scenari ipotetici. La differenza pratica tra i due è radicale. Laddove il primo consente l’uso di una sostanza purché soddisfi una soglia di sicurezza, il secondo vieterebbe i composti purché qualcosa potrebbe andare storto.

Le normative non risparmieranno nemmeno sicuro prodotti naturali da questo effetto, compresi estratti distillati in acqua e vapore (o pressati manualmente). come gli oli essenziali. Nel quadro attuale, i politici li classificano come sostanze naturali complesse. Ma tutto ciò cambierebbe con la mentalità del rischio, che identificherebbe gli oli essenziali come miscele di “più di una sostanza costituente"e limitarli come se fossero materiali artificiali volatili, per legge UE 2021/1902 sui “cosmetici tossici”.

Impatto nell’Europa centrale e orientale

Le nuove linee guida dell’ECHA renderanno impossibile per la grande industria degli oli essenziali dell’Europa centrale e orientale immettere prodotti sul mercato. 

Le aziende nella famosa Valle delle Rose in Bulgaria raccolgono in giro due tonnellate di olio di rose ogni anno e guadagna 445 milioni di euro per il paese nelle esportazioni di oli essenziali e articoli da toeletta. Allo stesso modo, il Fattoria Tedre in Estonia produce 2,5 ettari di lamponi di prima qualità ed estratti di olio di lampone a base di a metodo proprietario del monossido di carbonio. Nasce la Lituania 379,9 milioni di euro valore delle esportazioni di cosmetici da menta, camomilla, ginepro e abete rosso emulsioni. 

Infine, l’Ungheria ne trae vantaggio 713,78 milioni euro di esportazioni del settore della bellezza. Se solo una parte di un prodotto alla rosa, al lampone o alla menta potrebbe essere tossica o altamente allergica, i loro prodotti riceveranno nella migliore delle ipotesi un'etichetta di avvertenza severa. Nel peggiore dei casi, i politici si assicureranno di non poter commercializzare affatto questi prodotti. 

Le aziende in Bulgaria, Estonia, Lituania e altri paesi dell’Europa centrale e orientale sono più piccole della maggior parte dei conglomerati internazionali e non possono sostenere i costi aggiuntivi di conformità; invece, ritireranno completamente i loro beni dallo scambio.

L’ultima cosa di cui gli europei centrali e orientali hanno bisogno in questo momento è un’inutile burocrazia che complica la vita quotidiana dei consumatori. L'approccio eccessivamente cauto dell'ECHA non farebbe altro che aggiungere benzina sul fuoco. L’inflazione, ovvero l’aumento generale dei prezzi in tutta l’economia, ha colpito più duramente della maggior parte dei paesi dell’Europa centrale e orientale, lasciando la maggior parte delle persone nell’impossibilità di permettersi quanto prima e svalutando i propri risparmi. 

Si prevede che i tassi di inflazione annuali saranno più alti del Media UE nel 2023 pari al 7,1% (6,1 nell’area dell’euro) in paesi come la Bulgaria (8,6%.), Lituania (10,7%.), Estonia (11,2%.) e l'Ungheria (un enorme 21,9%.). Tuttavia, il processo basato sul rischio finirà per esacerbare le pressioni inflazionistiche.

Convincere l’UE a cambiare rotta

Come mostrano le intuizioni dell’economia, la minore offerta abbinata alla stessa domanda si traduce in prezzi più alti, spingendo l’inflazione in avanti e causando più sofferenze ai normali acquirenti. Nonostante tutte le sue buone intenzioni, la mentalità basata sul rischio deteriorerà il potere d'acquisto e il tenore di vita dei consumatori dell'Europa centrale e orientale.

Il modo per evitare che lo scenario peggiore si materializzi è convincere i regolatori dell’UE a cambiare rotta. 

Alcuni Stati membri, tra cui la Bulgaria, hanno già agito tramite il Comitato dei Rappresentanti Permanenti. 

SU Giugno 30 di quest’anno, il Comitato ha chiesto alla Commissione Europea di rivalutare lo status degli oli essenziali come “più di una sostanza costituente” a quattro anni dall’inizio della nuova legislazione. Tutti gli Stati dell’Europa centrale e orientale dovrebbero sostenere la richiesta. 

Inoltre, dovrebbero sostenere il ripristino di una mentalità basata sul rischio come unica opzione guidata dalla scienza che mantiene i consumatori al sicuro senza sacrificare il loro benessere economico. 

Gli europei centrali e orientali avrebbero una cosa in meno di cui preoccuparsi.   

Originariamente pubblicato qui

Pentingnya Peran Pelaku Industri Vape per Mencegah Penyalahgunaan Produk

Rokok elektrik, yang dikenal juga dengan istilah vape, saat ini merupakan salah satu produk yang semakin banyak dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Saat ini, khususnya kita yang tinggal di daerah perkotaan, bisa dengan mudah menemukan berbagai pengguna vape, dan juga pertokoan yang menjual berbagai produk rokok elektrik dengan segala variasinya.

Ada berbagai alasan mengapa vape atau rokok elektrik mengalami peningkatan konsumen. Beberapa diantaranya adalah variasi rasa rokok elektrik yang sangat beragam dibandingkan dengan rokok konvensional, harganya yang lebih murah, khususnya bagi perokok aktif yang biasanya mengkonsumsi rokok dalam jumlah besar, hingga kandungan vape yang jauh lebih tidak berbahaya bila dibandingkan con il rokok convenzionale yang dibakar.

Tetapi di sisi lain, dengan semakin banyaknya pengguna rokok elektrik, tentu muncul berbagai penyalahgunaan terhadap produk vape yang ridak semestinya. Dan tidak jarang, berbagai penyalahgunaan tersebut juga menimbulkan korban. Misalnya, kejadian yang terjadi di Amerika Serikat beberapa waktu lalu, di mana ada beberapa pengguna vape yang meninggal setelah menggunakan produk vape palsu. Pemilik usaha vape palsu tersebut akhirnya segera ditangkap oleh pihak yang berwajib (npr.org, 9/10/2019).

Adanya produk vape ilegal, sama seperti produk-produk ilegal lainnya, tentu merupakan sesuatu yang sangat berbahaya bagi konsumen dan harus segera diatasi. Jangan sampai, banyak orang menjadi mengalami sakit hingga meninggal karena menggunakan produk-produk yang berbagaya.

Berbagai bentuk penyalahgunaan ini tentu bukan hanya hal yang terjadi di Amerika Serikat saja. Di Indonesia misalnya, ada berbagai praktik penyalahgunaan rokok elektrik atau vape yang bisa kita temui di berbagai tempat, dan harus dapat segera kita atasi.

Salah satunya misalnya, konsumen rokok elektrik di bawa umur. Padahal, vape atau rokok elektrik, sebagaimana produk-produk lain seperti rokok dan alkohol, merupakan produk-produk yang diperuntukkan untuk orang dewasa. Anak-anak merupakan kelompok usia yang harus dilarang mengkonsumsi berbagai produk-produk tersebut, dan siapa pun yang terlibat dalam penjualan produk rokok elektrik kepada anak-anak harus diberi sanksi.

Contoh lainnya misalnya è il consumo di vape yang dilakukan oleh ibu hamil. Hal ini tentu juga bukan sesuatu yang tepat untuk dilakukan. Tidak seharusnya, vape atau rokok elektrik dikonsumsi oleh perempuan hamil karena berpotensi menimbulkan berbagai Damak yang tidak diinginkan bagi bayi yang dikandungnya.

Agar permasalahan penyalahgunaan tersebut bisa diatasi dengan baik, tentu aksi keterlibatan dari aparat penegak hukum untuk menindak pihak-pihak yang melanggar saja tidak cukup. Dibutuhkan pula peran aktif dan para pelaku usaha untuk terlibat secara langsung untuk mengatasi berbagai penyalahgunaan produk-produk rokok elektrik tersebut, yang tidak jarang dilakukan.

Berita baiknya, para pelaku usaha rokok elektrik di Indonesia bersedia mengambil langkah tersebut. Beberapa waktu lalu, asosiasi pelaku usaha vape, Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), ha offerto un buon servizio per membantu pemerintah dalam mencegah penyalahgunaan berbagai produk vape dan roko elektrik (finance.detik.com, 4/7/2023).

Ada beberapa langkah yang akan dilakukan oleh APVI sebagai wujud komitmen asosiasi tersebut dalam membantu pemerintah melakukan pencegahan penyalahgunaan rokok elektrik. Diantaranya adalah, aturan asosiasi bagi apra anggota APVI untuk tidak menjual produk-produk tersebut kepada anak-anak, perempuan hamil, dan juga orang-orang yang tidak merkok. Selain itu, APVI juga berkomitmen untuk melakukan educazione pubblica per tuk memperkecil potensi penyalahgunaan produk-produk vape.

Tetapi pada saat yang sama, APVI juga mengatakan bahwa sangat penting bagi pemerintah untuk dapat bersikap objektif terhadap kajian-kajian yang ada di luar negeri mengenai produk nikotin alternative seperti vape. Sebagaimana yang sudah disampaikan o lembaga-lembaga kesehatan dunia seperti Public Health England dari Inggris, vape atau rokok elektrik merupakan product yang yang 95% jauh lebih tidak berbahaya bila bandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar (gov.uk, 19/8/2015)

Sikap objektif dari pemerintah terhadap berbagai kajian tersebut tentu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mencegah misinformasi mengenai vape dan rokok elektrik. Melalui hasil kajian tersebut, tentu diharapkan akan semakin banyak perokok yang berhenti merokok dan beralih ke produk alternative yang jauh lebih tidak berbagaya untuk membantu mereka menghentikan kebiasaan merokoknya.

Non appena sisi pelaku usaha, organizzare il consumo di vape juga menyatakan komitmen mereka per mencegah penyalahgunaan vape e prodotto nikotin alternative. Aliansi Vapers Indonesia (AVI), che ha organizzato una vasta gamma di prodotti per il consumo di vape, ha scelto APVI per creare un prodotto-produk vape più efficace e più efficace. In questo caso, AVI può essere utilizzato per ottenere informazioni utili per cercare informazioni su come farlo (finance.detik.com, 4/7/2023).

Sebagai penutup, komitmen yang ditunjukkan oleh APVI e juga AVI ini untuk mencegah berbagai penyalahgunaan rokok elektrik dan produk nikotin alternative tentu sesuatu yang patut untuk didukung dan diapresiasi. Diharapkan, melalui komitmen ini, sosialisasi dan kampanye mengenai pencegahan penyalahgunaan tersebut dapat semakin masif, dan akan semakin sedikit orang-orang yang menggunakan rokok elektrik secara yang bukan semestinya.

Originariamente pubblicato qui

Il divieto di PFAS potrebbe fare più male che bene

Il mese scorso è arrivata la notizia che 3M ha concordato pagare $10,3 miliardi di pagamenti di liquidazione in risposta a cause legali in cui si affermava che le loro sostanze per- e polifluoroalchiliche, o PFAS, contaminavano l'acqua potabile. I fondi dovrebbero essere utilizzati per filtrare il PFAS dalle forniture idriche dove è stato rilevato e testare altri siti di contaminazione. 

Ciò è particolarmente importante per Mainers, dove i legislatori hanno iniziato un processo vietare i PFAS nei prodotti di consumo venduti nello stato. Si potrebbe pensare che l'accordo 3M dimostri che il Maine è sulla strada giusta, ma non è così semplice.

Anche la menzione di sostanze chimiche tossiche che interagiscono con l'ambiente fa paura, ma l'accordo di 3M non è come l'esempio di DuPont, una multinazionale chimica che rilasciato PFAS, che hanno contaminato le acque sotterranee, in un fiume della Carolina del Nord. Il caso incombe nella mente della gente comune, più o meno allo stesso modo del catastrofico caso di Norfolk Southern deragliamento del treno nella Palestina orientale lo scorso febbraio. 

Le azioni legali per 3M derivano principalmente da comunità che sono state contaminate dall'uso di schiuma antincendio contenente PFAS. Questa è una distinzione importante perché quando si tratta di regolamentare il PFAS e il modo in cui viene utilizzato e prodotto la schiuma antincendio è una sfida unica. 

È una sfida perché non c'è davvero modo di contenere la schiuma dopo l'uso. Quando queste schiume vengono utilizzate per spegnere gli incendi di carburante per aerei nelle basi militari o negli aeroporti, la massima priorità è giustamente spegnere l'incendio. Le sostanze chimiche utilizzate per sopprimere l'incendio penetrano nel terreno, ed è così che l'acqua viene contaminata. Allontanarsi dall'uso regolare di queste schiume sarà un passo difficile, ma necessario per proteggere l'acqua potabile.

Ci sono varietà di usi per PFAS che non rappresentano quasi lo stesso rischio delle schiume antincendio e che non dovrebbero essere limitate allo stesso modo. Mentre i PFAS sono spesso usati per cose più banali come giacche impermeabili e pentole antiaderenti, sono anche usati per dispositivi medici necessari e la produzione di semiconduttori. 

La Federal Drug Administration ha continuamente approvato sia i farmaci che i dispositivi che contengono PFAS. La maggior parte delle persone non sembra sapere che la comunità medica lo sia fortemente dipendente sui prodotti che utilizzano PFAS per la produzione di impianti medici come innesti vascolari, innesti di stent, reti chirurgiche, tubi e cavi per cateteri, nonché cerotti cardiaci. 

Oggi si stima che circa il 10 per cento degli americani hanno dispositivi medici impiantabili, molti dei quali si basano su PFAS e sono approvati dalla FDA. In effetti, si prevede che il mercato dei dispositivi medici impiantabili da $72,2 miliardi crescerà in modo significativo man mano che la popolazione americana invecchia in media. È molto probabile che quegli individui che invecchiano entrino in contatto con numerosi farmaci da prescrizione per l'infiammazione, il colesterolo e l'artrite contengono PFAS.

Per i semiconduttori, i produttori affermano che lo sono i PFAS una parte vitale del processo di produzione, principalmente a causa della loro resistenza chimica e proprietà di abbassamento della tensione superficiale. Ciò rende i trucioli durevoli e resistenti ai liquidi e all'erosione. Gli sforzi per bandire completamente i PFAS da tutti i prodotti di consumo, come è stato suggerito nel Maine, possono seriamente mettere a repentaglio la produzione di chip e, in ultima analisi, peggiorare la carenza di chip prima che migliori. 

È qui che il dibattito PFAS diventa geopolitico. Hai stati come il Maine che cercano di vietare i PFAS, mentre il governo federale sta promuovendo la produzione interna di microchip.

Può darsi che vietare la produzione di PFAS negli Stati Uniti non elimini la domanda di PFAS lungo tutta la catena di approvvigionamento. I produttori di microchip potrebbero finire per importare queste sostanze chimiche per evitare una carenza interna di chip. Non è un compito facile, dato che nel 2019, l'anno più recente per cui dati di produzione sono disponibili, gli Stati Uniti hanno prodotto internamente 625 milioni di libbre di PFAS e importato solo 54 milioni di libbre. Un deficit di 571 milioni di sterline è una somma significativa, gran parte della quale verrebbe probabilmente importata dalla Cina. Non ideale.

Sebbene proteggere l'acqua potabile sia un obiettivo nobile e degno di essere perseguito, i legislatori non devono sacrificare le necessità mediche fondamentali e la produzione di semiconduttori nel processo. Farlo farebbe molto più male che bene.

Originariamente pubblicato qui

FTC perde la causa per bloccare l'affare Microsoft Activision $69B

La Federal Trade Commission statunitense non può fermarsi Microsoft ha proposto $69 miliardi di acquisto di Activision Blizzard, un giudice della California si è pronunciato martedì.

L'accordo, originariamente annunciato 17 mesi fa, può ora andare avanti entro la scadenza del 18 luglio. 

Nella sua sentenza, il giudice Jacqueline Scott Corley ha dichiarato: "L'acquisizione di Activision da parte di Microsoft è stata descritta come la più grande nella storia della tecnologia" e "merita un attento esame".

Microsoft si è impegnata per iscritto, in pubblico e in tribunale a mantenere Call of Duty su PlayStation per 10 anni alla pari con Xbox", ha continuato. “Ha fatto un accordo con Nintendo per portare Call of Duty su Switch. E ha stipulato diversi accordi per la prima volta per portare i contenuti di Activision su diversi servizi di cloud gaming".

"La Corte ritiene che la FTC non abbia dimostrato una probabilità che prevarrà sulla sua affermazione che questa particolare fusione verticale in questo specifico settore potrebbe ridurre sostanzialmente la concorrenza, e" la mozione per un'ingiunzione preliminare è quindi respinta ", ha aggiunto Corley.

L'acquisto di Activision darà a Microsoft la proprietà di famosi titoli di videogiochi come Call of Duty, World of Warcraft e Candy Crush.

La FTC voleva bloccare l'accordo perché l'autorità di regolamentazione del commercio riteneva che l'incorporazione di Activision in Microsoft avrebbe danneggiato la concorrenza nel settore dei videogiochi.

In un'intervista con FOX Business, Stephen Kent del Consumer Choice Center, ha dichiarato: "Il giudice Corley ha mostrato un profondo rispetto per l'interesse dei consumatori, in particolare i giocatori che saranno maggiormente influenzati dall'acquisizione di Activision-Blizzard da parte di Microsoft. 

"La FTC di Biden sotto Lina Khan non ha mostrato alcun interesse per la protezione dei consumatori, come illustrato durante le udienze e sottolineato nell'ultimo giorno dalla stessa giudice Corley", ha affermato. “Presidente Biden dovrebbe prendere atto di quanto sia stata povera la presidente della FTC Lina Khan nel suo lavoro e di quanto si sia allontanata dalla missione della protezione dei consumatori.

Leggi il testo completo qui

Il giudice sferra un altro colpo contro l'attivista FTC di Biden con la sentenza sulla fusione tra Microsoft e Activision

Un giudice federale in California ha sferrato un altro colpo contro Lina Khan, capo attivista della Federal Trade Commission del presidente Biden, negando una richiesta del governo di bloccare l'acquisizione in attesa da parte di Microsoft del gigante dei giochi Activision Blizzard.

Il giudice Jacqueline Scott Corley del distretto settentrionale della California ha dichiarato martedì che la FTC non è riuscita a dimostrare in modo convincente che l'accordo da $70 miliardi tra i due giganti della tecnologia danneggerebbe la scelta dei consumatori nel mercato dei videogiochi. Ha negato la richiesta dell'agenzia di un'ingiunzione preliminare che blocca l'operazione fino a quando non potrebbe impugnare la fusione in un tribunale interno.

"La FTC non ha sollevato seri interrogativi sulla possibilità che la fusione proposta riduca sostanzialmente la concorrenza nei mercati delle console, dei servizi di abbonamento alle biblioteche o dei giochi cloud", ha scritto il giudice Corley.

I sostenitori dei consumatori hanno elogiato la sentenza come l'ennesima rimprovero per la signora Khan, uno dei leader FTC più attivisti della memoria recente. Incaricata di Biden, la signora Khan ha condotto una crociata contro quelle che ha definito tattiche "sfruttatrici", "collusive" e "abusive" nel settore tecnologico, usando la supervisione antitrust della FTC come randellata principale. Un altro giudice ha bloccato il tentativo della FTC all'inizio di quest'anno di impedire a Meta di rilevare una società di fitness in realtà virtuale, Within Unlimited.

"La FTC ha deciso, a quanto pare, di proteggere gli interessi commerciali della PlayStation di Sony, ignorando completamente il loro dovere di regolamentare nell'interesse dei consumatori americani", ha dichiarato il direttore dei media per il Consumer Choice Center, Stephen Kent. "Il presidente Biden dovrebbe prendere atto di quanto sia stata povera la presidente della FTC Lina Khan nel suo lavoro e di quanto si sia allontanata dalla missione della protezione dei consumatori".

Leggi il testo completo qui

Il valore dei social media per l'Ungheria

Come ex membro del parlamento ungherese, so in prima persona come il regime di Orbán abbia utilizzato come arma i media del paese per servire lo scopo della propaganda governativa e delle sue campagne di rielezione. Molti europei hanno visto i grossolani cartelloni pubblicitari che attaccano le istituzioni europee e demonizzano i rifugiati.

Tuttavia, l’influenza mediatica di Orbán va ben oltre i cartelloni pubblicitari che l’ungherese medio può ignorare: la maggior parte delle nostre principali testate giornalistiche fungono da portavoce del governo, diffamando l’opposizione o chiunque contraddica i punti di discussione approvati dal governo.

Io stesso ho ricevuto questo trattamento quando mi sono candidato per la rielezione, quando ho dovuto sperimentare due casi estremi: essere stato ignorato dagli organi di stampa locali durante il mio mandato come se non esistessi o, con l'avvicinarsi delle elezioni, una diffamazione su vasta scala. campagna lanciata contro di me senza alcuna base fattuale.

In Ungheria rimangono solo pochi media indipendenti. Di conseguenza, gli ungheresi che desiderano dire la verità al potere si sono rivolti ai siti di social media.

In nessun altro posto potresti immaginare di inviare messaggi e taggare direttamente funzionari eletti, organizzare proteste e condividere esperienze che portano alla luce la corruzione quotidiana in Ungheria?

Il regime di Orbán utilizza i social media a proprio vantaggio attraverso una rete di influencer pagati che fanno eco alla narrativa di Fidesz.

Leggi il testo completo qui

Sposta l'aspartame in fondo alla lista delle preoccupazioni

Molte cose sono "probabilmente" cancerogene, a seconda di come e in che quantità le consumi

L'Agenzia internazionale per la ricerca sul cancro (IARC), un organismo associato al Organizzazione mondiale della Sanità, recentemente annunciato classificherà il dolcificante artificiale aspartame come "possibilmente cancerogeno". L'agenzia deve ancora rivelare l'intero set di dati su cui si basa questa decisione, ma qualunque cosa dica l'imminente rilascio, l'annuncio ha già preoccupato molti consumatori per il loro consumo di sostituti dello zucchero.

La verità è che l'aspartame è sicuro per il consumo. La nuova classificazione dell'OMS dice di più sui difetti nella strategia di comunicazione del rischio dell'agenzia che sull'aspartame.

IARC categorizza quelli che chiama "agenti" in quattro categorie di agenti cancerogeni. Il gruppo 1 include quelli in cui vi è una forte evidenza di un legame con cancro — radiazioni, per esempio, o oppio e tabacco. Gli agenti del gruppo 3 sono stati analizzati e hanno dimostrato di non rappresentare alcun rischio di cancro. Senza dubbio, per il sollievo di molti lettori, un agente del Gruppo 3 è la caffeina. Il gruppo 2A comprende quegli agenti che sono "probabilmente cancerogeni", indicando un rischio più elevato rispetto al gruppo 2B, che elenca quegli agenti che sono "possibilmente cancerogeni", che è dove sta andando l'aspartame.

Per determinare se un agente è cancerogeno o meno, IARC effettua una valutazione basata sui pericoli, il che significa che esamina il potenziale di un agente di causare danni, non la probabilità che effettivamente lo faccia. Ma la IARC non è un'agenzia per la sicurezza alimentare e le sue conclusioni non dicono nulla sul fatto che un consumo ragionevole possa costituire un rischio per i consumatori. Nel caso dell'aspartame, ne avrebbe bisogno un individuo del peso di 60 chilogrammi bere Da 12 a 36 lattine al giorno di soda zuccherata con aspartame per aumentare il suo potenziale rischio di cancro oltre i livelli basali, motivo per cui l'uso dell'aspartame è consentito in Canada e in molte altre giurisdizioni da oltre 40 anni. Sebbene non sia chiaro quanto di un aumento presumi nella gamma di bevande 12-36, è probabilmente inferiore a un centesimo di punto percentuale, in termini assoluti. Al di sotto di questa quantità di consumo, i consumatori non sono a rischio.

I consumatori devono capire che le responsabilità dell'IARC sono molto diverse da quelle del Comitato congiunto FAO/OMS di esperti sugli additivi alimentari (JECFA) e che utilizza metodi molto diversi. JECFA non ha mai trovato l'aspartame cancerogeno, mentre IARC, nel lungo elenco di prodotti che ha valutato, trova quasi sempre agenti cancerogeni, perché non tiene conto di quanto un consumatore ragionevole ne prenderà.

Affinché l'aspartame sia incluso nella categoria 2B (cioè "possibile cancerogeno"), deve essere soddisfatta solo una delle seguenti caratteristiche: "limitate prove di cancerogenicità nell'uomo, o prove sufficienti di cancerogenicità negli animali da esperimento, o forti prove meccanicistiche, che dimostrino che l'agente presenta caratteristiche chiave di cancerogenicità per l'uomo". "Prove limitate" significa che l'agenzia non ha bisogno di stabilire una relazione lineare tra l'agente e il cancro nello stesso modo in cui lo fa nel Gruppo 1. Questo fa sì che "possibilmente" in "possibilmente cancerogeno" faccia un lavoro pesante.

Il problema con le classificazioni della IARC è che alla fine danno ai consumatori informazioni molto limitate. Quando togliamo i livelli di esposizione, cioè il dosaggio, dall'equazione, quasi tutto può diventare dannoso. Il sole è dannoso in una calda giornata estiva, tuttavia la maggior parte dei consumatori limita la propria esposizione applicando la protezione solare o cercando l'ombra. Mentre ci sono casi in cui il sole potrebbe essere considerato cancerogeno, non sarebbe una buona comunicazione del rischio etichettarlo come agente cancerogeno, e quindi qualcosa da evitare a tutti i costi, non senza avvisare i consumatori del fatto che c'è una buona quantità di luce solare che dovrebbero sentirsi a proprio agio. Proprio come c'è una quantità eccessiva di luce solare che causerebbe il cancro, c'è anche una quantità eccessiva di aspartame che teoricamente potrebbe farlo. Tuttavia, la maggior parte dei consumatori non prende il sole a un livello che induce il cancro o beve 10 litri di dieta pop al giorno.

L'aspartame e simili additivi alimentari ci hanno aiutato ad allontanarci da un additivo che probabilmente dovremmo consumare con più attenzione: lo zucchero. Il consumo eccessivo di zucchero può portare a gravi problemi di salute, tra cui obesità e diabete. Spaventare le persone dai dolcificanti artificiali offuscando la realtà della percezione del rischio rischia di riportarle a bevande zuccherate che alla fine sono peggio per loro.

La classificazione dell'aspartame come possibile cancerogeno apre anche le porte a un flagello completamente diverso: gli avvocati di responsabilità civile. Soprattutto negli Stati Uniti, le valutazioni basate sul rischio della IARC hanno favorito azioni legali collettive che nei processi con giuria hanno frivolosamente sottratto milioni di dollari ai produttori di prodotti sicuri. Ciò potrebbe consentire ad alcuni avvocati del processo di permettersi appartamenti in grattacieli a New York, ma fa ben poco per avanzare salute pubblica.

Il cancro è un grave problema nella nostra società e dovrebbero essere compiuti maggiori sforzi per persuadere i consumatori a modificare comportamenti che ne aumentano il rischio. Detto questo, decisioni consultive come l'avvertimento sull'aspartame rendono il dibattito sulla salute pubblica un disservizio distorcendo la percezione del rischio e alimentando cospirazioni sull'industria alimentare globale che avvelena i consumatori.

Originariamente pubblicato qui

Kennedy ti salva da un'estate noiosa

Non è bello quando le persone fondono le loro idee brillanti con la tecnologia? Bene, i residenti nella contea di Montgomery, nel Maryland, non sono d'accordo e stanno esprimendo le loro preoccupazioni per le piscine private che vengono affittate a estranei che cercano di combattere il caldo, utilizzando l'app Swimply.  Direttore dei media per il Consumer Choice Center e redattore collaboratore presso L'esaminatore di Washington Stefano Kent si unisce a Kennedy per discutere i regolamenti che la contea cercherà di mettere in atto per controllare il "pool Airbnb".

Ascolta qui

Le regole DCA per i voli sono una seccatura per i consumatori

Volare a Washington, DC non è la migliore esperienza. Mentre l'area metropolitana DC può vantare tre grandi aeroporti internazionali, il servizio nel cuore della capitale della nazione è gravemente carente. Innumerevoli passeggeri scopriranno che non possono volare all'aeroporto nazionale Ronald Reagan (DCA), il più vicino al Pentagono e al famoso Washington Mall, e invece devono atterrare in 30-45 minuti al Dulles International (IAD) o al Baltimore-Washington International Thurgood Marshall Airport (BWI). Oltre all'inconveniente dei viaggi in entrata e in uscita da Washington, DC, i consumatori possono aspettarsi tempi di volo più lunghi, prezzi dei biglietti gonfiati e maggiori ritardi. Come è andata in questo modo? 

UN nuova analisi dal Forum d'azione americano evidenzia come Washington DC sia diventata un tale disastro per i viaggiatori. Sconosciuto a molti, DCA è l'unico aeroporto del paese ostacolato da un regolamento federale noto come "regola perimetrale”, che limita i voli diretti in entrata e in uscita a un raggio di 1.250 miglia. L'aeroporto si scontra anche con una regola ad alta densità chiamata "regola degli slot", intesa a gestire la congestione al DCA. 

Come stabilito dall'American Action Forum, 

“La regola del perimetro, stabilita nel 1966, limitava il servizio non-stop da e per DCA a 650 miglia. La regola è stata messa in atto principalmente per incoraggiare i passeggeri a utilizzare l'aeroporto internazionale di Dulles (IAD) di recente apertura situato a circa 30 miglia a ovest di DCA in Virginia. La regola ha effettivamente limitato DCA a fungere da aeroporto a corto raggio mentre IAD funge da aeroporto a lungo raggio. Il perimetro è stato ampliato nel 1981 a 1.000 miglia prima di essere nuovamente ampliato nel 1986 fino all'attuale perimetro di 1.250 miglia. La "slot rule" è un regolamento federale per gestire la congestione in cinque aeroporti ad alta densità: Reagan National, JFK, LaGuardia, Newark e O'Hare. Uno slot è semplicemente una prenotazione per un arrivo o una partenza. DCA è limitato a 60 slot all'ora. 

In numerose occasioni, il Congresso ha autorizzato il Dipartimento dei trasporti a concedere deroghe limitate ai regolamenti sugli slot. New York ha iniziato a utilizzare queste esenzioni più frequentemente dal 2000. Le restrizioni sugli slot DCA presso DCA, tuttavia, sono molto meno comuni. Nello stesso periodo di tempo, solo 32 esenzioni slot "oltre il perimetro" e 20 "all'interno del perimetro" sono state rilasciate al principale aeroporto di DC.

I consumatori di tutto il mondo dovrebbero chiedersi: Washington, DC o qualsiasi altra metropolitana principale è la stessa del 1981 o del 1966? Le esigenze dei viaggiatori sono cambiate radicalmente, così come la capacità tecnica degli aeroporti dell'area DC che li servono. "La popolazione della Virginia del Nord, dove si trova IAD, è più che triplicata dagli anni '70", spiega Fred Ashton dell'American Action Forum, “Anche la domanda di viaggi aerei è aumentata. Tra il 1999 e il 2019, il numero di passeggeri trasportati al DCA è aumentato da 13,9 milioni a 23,6 milioni. Allo stesso modo, il conteggio dei passeggeri IAD è passato da 15,9 milioni a 24,3. Anche con le tre espansioni della regola perimetrale in questo periodo, il volume dei passeggeri allo IAD è aumentato di oltre il 50 percento”.

I viaggiatori oggi si trovano costretti ad atterrare a 30 miglia al di fuori di DC a Dulles International, a causa delle preoccupazioni nel 1966 che Dulles sarebbe stato sottoutilizzato. Quel mondo è ovviamente andato da tempo. I consumatori oggi hanno bisogno di più scelta, non di visite forzate a Dulles.  

La densità della popolazione non è l'unica cosa che è cambiata. Ad oggi, 28% delle aziende Fortune 500 hanno sede oltre il perimetro arbitrario di 1.250 miglia, a circa Doppio il 14% quando la regola del perimetro fu istituita nel 1966. 

La concorrenza tra gli aeroporti fa parte del business, soprattutto in una città con più di un punto di ingresso come DC, New York, Los Angeles o Dallas Fort-Worth. Quando un viaggiatore esegue la scansione di Google Voli per il modo migliore per entrare o uscire da Washington, DC, potrebbe anche non rendersi conto che l'opzione DCA è resa più costosa. 

“A causa delle restrizioni sui DCA, manca una forte concorrenza per le rotte di volo richieste dai consumatori e, di conseguenza, i prezzi dei biglietti sono più alti. Uno studio recente fondare che Washington, DC si è classificata come la più costosa per tutti i voli nazionali e per i voli oltre il perimetro rispetto ad altri aeroporti dell'area metropolitana degli Stati Uniti. Lo stesso studio ha anche rilevato che i clienti risparmierebbero circa $75 andata e ritorno se i loro biglietti oltre il perimetro avessero un prezzo medio. Inoltre, poiché i voli oltre il perimetro nel DCA sono limitati, molti passeggeri devono fermarsi in un aeroporto all'interno del perimetro prima di raggiungere la loro destinazione. Il rappresentante Burgess Owens (R-UT) ha sottolineato che questi "collegamenti non necessari comportano una perdita di tempo, poiché il 40% dei passeggeri oltre il perimetro deve fermarsi almeno una volta".

La rimozione della regola del perimetro al DCA offrirebbe alle compagnie aeree la flessibilità di adeguare gli orari dei voli per soddisfare meglio la domanda dei clienti. Potenziali cambiamenti potrebbero portare più compagnie aeree a creare rotte che competono direttamente per i clienti e probabilmente si tradurranno in prezzi dei biglietti più bassi”.

La migliore linea d'azione nell'interesse dei consumatori sarebbe che il Congresso eliminasse la regola del perimetro, dando alle compagnie aeree DCA la possibilità di offrire più voli in concorrenza con IAD. Una misura che sarebbe un passo nella giusta direzione sarebbe il Direct Capital Access Act, presentato dai rappresentanti Hank Johnson (D-GA) e Owens alla Camera e dai senatori Raphael Warnock (D-GA) e Cynthia Lummis (R-WY) al Senato.

Spiegato ulteriormente da Fred Ashton,

“Il disegno di legge propone ulteriori 56 esenzioni, o 28 viaggi di andata e ritorno, per i voli all'interno e oltre il perimetro. Quaranta di questi slot saranno assegnati a vettori aerei incumbent "qualificati per lo status di vettore incumbent non limitato e 16 disponibili per vettori incumbent che si qualificano per lo status di vettore incumbent limitato presso l'aeroporto nazionale Ronald Reagan di Washington". I vettori a cui sono stati assegnati questi slot extra possono operare fino a un massimo di otto”.

Il viaggio può essere abbastanza stressante come lo è per i consumatori senza barriere artificialmente imposte all'efficienza e alla concorrenza nel mercato di Washington, DC. Il Consumer Choice Center lavora instancabilmente per promuovere la politica che migliora la scelta, l'innovazione e l'abbondanza in 100 paesi in tutto il mondo. Ecco perché abbiamo pubblicato il nostro report sulle migliori esperienze aeroportuali in Europa intitolato the Indice aeroportuale europeo dei consumatori 2023. Zurigo, Bruxelles e Francoforte aprono la strada in Europa per esperienze di viaggio di prim'ordine e noi faremo parte della lotta per riportare Washington, DC, sulla buona strada con più concorrenza e prezzi migliori per i consumatori. 

Descrizione