fbpx

Mois : AMjuin

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan Royalti untuk Pekerja Seni

Perlindungan Hak Kekayaan intelektual dan pekerja seni adalah dua hal yang sangat terkait dan tidak bisa dipisahkan. Melalui perlindungan hak kekayaan intelektual, maka para pekerja seni, seperti musisi dan sineas, bisa menikmati manfaat dari karya yang telah mereka buat.

Tanpa adanya perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual, hal tersebut tentu akan sangat merugikan para pekerja seni. Para pekerja seni tersebut berpotensi akan semakin sulit untuk mendapatkan manfaat dari karya yang mereka buat untuk menafkahi kehidupan mereka, karena setiap orang dapat bebas membajak atau menampilkan karya-karya mereka tanpa harus membayar para pekerja seni yang membuat karya tersebut.

Di ère numérique, perlindungan hak kekayaan intelektual terhadap pekerja seni tentu memiliki tantangan baru. Seiring dengan perkembangan teknologi, setiap orang dapat dengan mudah membajak dan memasarkan produk-produk karya seni yang dibajak tersebut di dunia maya, untuk dinikmati dan disaksikan secara gratis oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Namun, tantangan perlindungan hak kekayaan inteletual, khususnya di Indonesia, bukan hanya dari perkembangan dunia maya. Di sektor pelayanan, seperti rumah makan, kafe, karaoké, dan klub malam, kita bisa dengan mudah menemukan para pengelola tempat tersebut menampilkan musique atau lagu tertentu untuk menghibur para pengunjugnya, namun tanpa memberi bayaran kepada para musisi yang membuat berbagai lagu yang dimainkan.

Hal ini tentu merupakan sesuatu yang perlu untuk diselesaikan. Terlebih lagi, karena yang menampilkan musik tersebut adalah tempat usaha yang bertujuan untuk mencari keuntungan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, pada tanggal 30 Maret 2021 lalu, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/ Atau Musik. Dalam Pasal 3 ayat 1 peraturan tersebut, tertulis secara eksplisit bahwa « Setiap orang dapat melakukan penggunaan secara komersial lagu dan/atau musik dalam bentuk layanan publik yang bersifat komersial dengan membayar royalti kepada pencipta, pemegang hak cipta, dan/atauc pemiliknsia 5/4/2021).

Dalam peraturan tersebut, dijelaskan secara eksplisit juga dituliskan berbagai penggunaan musik atau lagu yang diharuskan untuk membayar royalti kepada para musisi yang membuat lagu tersebut. Séminaire Diantaranya adalah, konser, transportasi umum, pameran, nada tunggu telepon, pertokoan, bank, dan kantor, pusat rekreasi, penyiaran televisi dan radio, serta fasilitas hotel (cnnindonesie, 5/4/2021).

Adanya peraturan tersebut tentu merupakan hal yang patut kita apresiasi. Diharapkan, dengan adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan para pemilik usaha, seperti rumah makan, untuk membayar royalti kepada para musisi, maka kesejahteraan musisi dapat lebih terjamin, dan hak kekayaan intelektual yang mereka miliki terhadap karya yang mereka buat juga dapat semakin terjaga.

Hal ini semakin penting terutama pada saat pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 telah membuat industri musik di Indonesia menjerit, karena para musisi tidak bisa tampil di depan publik seperti tahun-tahun sebelumnya (voi.id, 16/7/2020).

Diharapkan, dengan adanya peraturan pemerintah tersebut, maka para musisi yang saat ini sedang mengalami kesulitan dapat terbantu,. Membuat musik, terlebih lagi yang sangat populer dan bisa dinikmati oleh banyak orang, bukanlah sesuatu yang mudah, dan dibutuhkan banyak usaha. Sudah selayaknya, para musisi tersebut bisa mendapatkan manfaat dari karya yang mereka buat.

Selain itu, argumen lain untuk membenarkan kebijakan pengelola usaha untuk memutar musik atau lagu tanpa royalti kepada para musisi adalah, tidak sedikit dari para pengelola yang memutar musik tersebut melalui media streaming yang berbayar, seperti Spotify misalnya. Karena sudah membayar layanan streaming tersebut, maka dianggap hal tersebut adalah sesuatu yang cukup sehingga pembayaran royalti adalah sesuatu yang kurang diperlukan.

Pandangan ini merupakan sesuatu yang sangat keliru. Berbagai layanan streaming tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa layanan mereka hanya bisa digunakan untuk tujuan personal, dan bukan kegiatan usaha. Berdasarkan ketentuan dari layanan streaming Spotify misalnya, dijelaskan secara eksplisit bahwa layanan mereka hanya bisa digunakan untuk hiburan pribadi dan bukan untuk penggunaan komersial. Dengan demikian, layanan streaming ini tidak boleh digunakan secara publik di tempat usaha, seperti radio, toko, dan rumah makan (support.spotify.com, 15/4/2021).

Melalui ketentuan tersebut, maka sudah jelas bahwa ketentuan tersebut sejalan dengan peraturan pemerintah yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Maret lalu. Menggunakan layanan streaming untuk kepentingan komersil merupakan sesuatu yang tidak bisa dibenarkan.

Sebagai penutup, hak kekayaan intelektual, termasuk juga tentunya karya-karya seni seperti musik, merupakan hal yang patut dilindungi oleh negara. Oleh karena itu, adanya peraturan pemerintah yang bertujuan untuk menegakkan perlindungan hak kekayaan intelektual adalah sesuatu yang harus kita apresiasi, agar para pekerja seni bisa mendapat perlindungan atas karya yang mereka buat. DIharapkan, industri kreatif, termasuk juga industri musik, di Indonesia dapat semakin berkembang di masa yang akan datang.

Publié à l'origine ici.

Succès des Émirats arabes unis et d'Israël contre le COVID : leçons pour l'UE

Maintenant que la pandémie approche, espérons-le, de sa fin, il est temps de réfléchir et d'analyser en profondeur les études de cas émergentes.

Les États-Unis et l'UE ont eu du mal à adapter leurs systèmes de santé à la crise du COVID-19, intensifiant efficacement les tests dès le début et surmontant les charges réglementaires préexistantes. Des pays comme Israël et les Émirats arabes unis ont cependant évité de telles erreurs.

Sur la base des conclusions de la récente publication du Consumer Choice Center's Indice de résilience à la pandémie 2021, Israël et les Émirats arabes unis se sont révélés être les pays les plus résistants à la pandémie. Les deux pays dirigent les efforts mondiaux de vaccination et de dépistage. Au 31 mars 2021, le nombre moyen de tests quotidiens effectués aux Émirats arabes unis était de 8,29, soit près de trois fois plus qu'en France, en Finlande, en Irlande et au Portugal.

Depuis le début de la pandémie, les services de test sont largement disponibles aux Émirats arabes unis. En utilisant les installations et les systèmes de test les plus modernes, les services de santé d'Abou Dhabi (SEHA) et le ministère de la Santé d'Abu Dhabi ont mis en place des services de test pour arrêter la propagation, et des tests toutes les deux semaines ont été encouragés. En mars 2020, un immense laboratoire a été construit en seulement 14 jours pour Augmenter le test.

Les Émirats arabes unis ont également exploité avec succès les technologies numériques pour lutter contre la pandémie. Des chat-bots ainsi que diverses applications ont été développés et introduits pour atténuer les conséquences d'une catastrophe sanitaire. Par exemple, l'application « Médecin pour chaque citoyen » a été mise à disposition pour faciliter la communication entre le public et les médecins.

Israël est clairement gagnant en ce qui concerne la rapidité des vaccinations. Au 31 mars, 60,64 % de la population d'Israël avait reçu au moins une dose de vaccin, ce qui est principalement la raison pour laquelle Israël est en tête de l'indice de résilience pandémique, la campagne de vaccination COVID d'Israël a débuté 17 jours plus tard que celle du Royaume-Uni (le premier pays au monde à autoriser le vaccin COVID-19 de Pfizer/BioNTech). À titre de comparaison, il a fallu à la plupart des pays de l'UE plus de 20 jours de plus qu'au Royaume-Uni pour le faire. Dans le cas des Pays-Bas – 37 jours de plus.

Israël, en revanche, n'a ni le plus grand nombre de lits de soins intensifs pour 100 000 personnes ni un nombre moyen très élevé de nouveaux tests COVID pour mille personnes. Cependant, le nombre de ventilateurs disponibles pour 100 000 personnes en Israël est de 40, ce qui est beaucoup plus élevé que, par exemple, en Pologne, en Grèce, en Lettonie, à Malte et en Irlande.

Les Émirats arabes unis arrivent en deuxième position principalement en raison de leur taux de vaccination. Au 31 mars 2021, les EAU ont administré 84 doses de vaccins pour 100 personnes. Concernant le début de la vaccination, les EAU ont pris le pas sur l'UE en termes de vaccination d'environ 10 jours. Le Royaume-Uni et les États-Unis (respectivement 53 et 45 doses) suivent les Émirats arabes unis. Le reste des pays analysés sont nettement en retard.

Cependant, personne n'est vraiment hors de la pandémie à moins que tout le monde ne le soit. Israël et les Émirats arabes unis sont les réussites de la pandémie, mais le reste du monde doit rattraper son retard pour que nous puissions tous revenir à une certaine normalité. La résilience sanitaire, et en particulier la capacité à prévoir les crises futures et à prendre les précautions nécessaires, est cruciale, et les erreurs de l'UE telles que la lenteur du déploiement et des tests de vaccins se sont avérées coûteuses. Pour aller de l'avant, l'Union et les États membres doivent agir de manière plus intelligente, à l'instar d'Israël et des Émirats arabes unis.

Publié à l'origine ici.

Propiedad intelectual, el derecho que se débat dans el mundo por la liberación de patentes de las vacunas

Organizaciones internacionales rechazaron las medidas propuestas por la OMC. Si se aceptaran y aplicaran, sería contraproducente : profundizaría la crisis y debilitaría las bases de sustentación ante una futurea pandemia.

El débat sobre el derecho de propiedad intelectual se puso al rojo vivo con la prétendida iniciativa de liberar las patentes de las vacunas.

Sin embargo, una acción de tal magnitud podría traer aparejado un efecto contrario al deseado ya que se vulneran los esfuerzos de empresas tras haber invertido cientos de millones de dólares en investigación y desarrollo.

Sobre este tópico, la Fundación Libertad y Progreso junto con otras 26 organizaciones internacionales rechazaron las medidas propuestas ante la Organización Mundial del Comercio (OMC), tendientes a anular los derechos de propiedad intelectual (DPI). El resultado de estas medidas, si se aceptaran y aplicaran, sería contraproducente : profundizaría la crisis en la que nos encontramos y debilitaría las bases de sustentación ante una futurea pandemia.

Según el Global Health Innovation Center de Duke University, el mundo se encamina a product 12.000 millions de dose de distintas vacunas necesarias para brindar inmunidad de rebaño (70% de la población mundial). Una vejación masiva sobre los derechos de propiedad intelectual afectarán los incentivos para esta producción y futuras investigaciones para el bienestar de la humanidad.

El respeto por los derechos de propiedad intelectual es basic para acabar con la pandemia de la Covid-19 y reactivar the economía. La seguridad jurídica garantizará no sólo la producción, sino también el acceso a vacunas.

Libertad y Progreso abonnez-vous à la déclaration conjunta que establece los siguientes puntos :

*Los DPI son basices para la producción a escala sostenible de vacunas ;
*Los DPI son esenciales para la I&D para futures pandemias ;
*La competence mundial, no la producción forzada locale, será la que mantenga los precios bajos de las vacunas ;
*Una suspension de los DPI no tendrá efecto sobre la producción de vacunas sin una transferencia tecnológica forzada, la cual sería demasiado lenta, estaría llena de problemas legales y causaría mucho daño económico.

Al 20 de abril del 2021, había 217 vacunas anti-Covid (además de más de 600 tratamientos antivirales y terapéuticos) bajo desarrollo a nivel mundial. Ce marché compétitif et innovateur se trouve dans le bas de l'échelle avec les initiatives multilatérales anti-DPI. La escasez de vacunas en la Argentina y en otros países, no se hubiera producido o hubiera sido transitoria si los gobiernos respectivos hubieran actuado con diligencia.

Las organizaciones abajo firmantes, hacemos un llamado a los gobiernos para que protejan el sistema de innovación que ha suministrado múltiples vacunas y medicamentos anti-Covid en tiempo record. De no ser así, la inversión futura para nuevos desarrollos para enfrentar las nuevas cepas de Covid-19 y futuras pandemias será menor y, por ende el costo humano será superior.

La declaración fue firmada por la Asociación de Consumidores Libres de Costa Rica, Alternate Solutions Institute de Pakistán, Austrian Economic Center de Austria, Bay Area Council Economic Institute de los Estados Unidos, Centro Mackenzie de Liberdade Econômica del Brasil, Center for Global Enterprise de los Estados Unidos, Competere de Italia, Consumer Choice Center de Bélgica, Free Market Foundation de Sudáfrica, Fundación Eléutera de Honduras, Fundación IDEA de México, Galen Center for Health and Social Policy de Malasia, Geneva Network de Reino Unido, Imani Center for Policy and Education de Ghana, Information Technology and Innovation Foundation de los Estados Unidos, Instituto de Ciencia Política de Colombia, Instituto de Libre Empresa del Perú, Istituto Bruno Leoni de Italia, Istituto per la Competitivà (I-Com) de Italia, KSI Strategic Institute for Asie-Pacifique de Malasia Libertad y Desarrollo de Chile, Libertad y Progreso de Argentina, McDonald-Laurier Institute de Canadá, Mi nimal Government Thinkers de Filipinas, Paramadina Public Policy Institute de Indonesia, Prime Institute de Pakistán et Property Rights Alliance de los Estados Unidos.

Publié à l'origine ici.

Mettre fin au monopole de l'alcool en Ontario serait gagnant-gagnant-gagnant

Repenser la LCBO pourrait faire économiser énormément d'argent aux contribuables

L'Ontario est au bord du gouffre fiscal. Sous son précédent gouvernement libéral, la province est devenue le les plus endettés unité sous-souveraine dans le monde. Malheureusement, la mauvaise élaboration des politiques et la pandémie de COVID-19 n'ont fait qu'aggraver sa situation. La dette de l'Ontario dépasse maintenant $404 milliards, ce qui signifie que la part de chaque Ontarien dans cette dette est de $27 000.

À la fin de la pandémie, l'Ontario aura besoin d'une politique audacieuse pour se sortir du trou dans lequel elle se trouve. statut de monopole.

La suppression de la LCBO et le passage à un modèle de vente au détail privé, de préférence non plafonné, profiteraient aux consommateurs en leur offrant plus de choix et de commodité. L'Ontario a actuellement le pire densité de vente au détail d'alcool au Canada, principalement parce que la combinaison d'un monopole gouvernemental (LCBO) et d'un monopole privé sanctionné par le gouvernement (The Beer Store) a limité l'évolutivité de l'accès au détail. Par conséquent, l'Ontario ne compte qu'un seul point de vente d'alcool pour 4 480 habitants. En comparaison, la Colombie-Britannique compte un magasin pour 2 741 habitants, l'Alberta un pour 1 897 habitants et le Québec un magasin pour 1 047 habitants. Mettre fin au monopole de la LCBO aiderait à placer l'Ontario sur un pied d'égalité avec les autres provinces.

Plus important encore, repenser la LCBO pourrait faire économiser énormément d'argent aux contribuables. Les coûts d'exploitation de la LCBO sont gonflés. Basé sur son 2019 bilan financier annuel, le coût moyen des ventes, des frais généraux et administratifs (SG&A) par magasin est de $1 515 000 par an. Avec 666 magasins corporatifs, c'est une dépense considérable pour les contribuables. Les alternatives privées, comme les détaillants privés à stocks élevés en Alberta, coûtent beaucoup moins cher à exploiter. Basé sur Alcanna 2019 rapport financier annuel, le SG&A moyen pour un point de vente privé comparable à une LCBO, n'est que de $676 000 par an. Si nous pouvions claquer des doigts dès maintenant et faire complètement sortir la LCBO du modèle de fonctionnement du gouvernement, les contribuables économiseraient la somme incroyable de $559 millions par an. Si le gouvernement Ford cherche des fruits fiscaux à portée de main, c'est tout.

Les syndicats et autres partisans de la distribution nationalisée d'alcool auraient évidemment un problème avec l'élimination complète de la LCBO. Ils soutiendront que la privatisation menacerait les emplois bien rémunérés des milliers d'Ontariens qui travaillent pour la LCBO. Cela pourrait être vrai, car il est peu probable que les détaillants privés exigent que leurs travailleurs soient membres du SEFPO, le Syndicat des employés de la fonction publique de l'Ontario, qui a négocié des salaires bien supérieurs aux taux du marché pour des emplois comparables. Cela dit, il existe une solution de compromis qui élargit le choix des consommateurs, maintient ces emplois à la LCBO et fait économiser des millions de dollars aux contribuables. Il s'agit d'empêcher la LCBO d'étendre ses activités et de laisser le secteur privé combler le vide.

Chaque année, en moyenne, la LCBO crée un ajout net de sept nouveaux magasins en Ontario. Si la province arrêtait simplement l'expansion de la LCBO et demandait au secteur privé de combler le vide, les contribuables économiseraient cumulativement $88 millions après cinq ans. Au bout de 10 ans, ce chiffre serait de $323 millions. Et ces économies ne sont que les économies opérationnelles continues et n'incluent pas les dizaines de millions de dollars que la LCBO dépense pour acquérir des devantures de magasins en vue de leur expansion.

Cette solution de compromis permettrait aux points de vente existants de la LCBO de rester opérationnels, tout en permettant un meilleur accès au détail et un modèle hybride à l'avenir. En plus des économies de coûts, il pourrait bien y avoir des gains de revenus. Les modèles hybrides et privés de vente au détail d'alcool (comme en Colombie-Britannique et en Alberta) génèrent en fait plus d'alcool recettes fiscales par habitant, un avantage supplémentaire pour les deniers publics. Politiquement, cette solution de compromis est une évidence. Accroître l'accès, alimenter les opportunités d'affaires privées, générer plus de revenus, tout en maintenant l'emploi actuel de la LCBO serait une situation gagnant-gagnant.

Le gouvernement Ford a déjà jeté les bases d'une telle approche. Enfouie dans le calendrier des licences et permis du budget de 2019, la province a effectivement ouvert la voie à un marché de l'alcool vraiment libre et ouvert en Ontario. Le projet de loi États qu'"une personne peut demander au registraire une licence pour exploiter un magasin d'alcool au détail, opérer en tant que grossiste ou livrer de l'alcool."

L'Ontario a ouvert la porte à un modèle de vente au détail d'alcool convivial qui mettrait finalement fin au monopole de la LCBO. Une privatisation complète serait préférable, mais si c'est politiquement trop exagéré, un compromis sur la libre entrée profiterait quand même à tous les Ontariens. Le gouvernement a créé la possibilité d'un tel changement. Pour le bien des consommateurs et des contribuables, il devrait maintenant aller jusqu'au bout.

Publié à l'origine ici.

Durabilité : la bataille des mots européenne

Cela signifiera quelque chose de différent pour chacun.

La stratégie de la ferme à la fourchette de l'Union européenne tente de favoriser la durabilité dans le secteur agricole. Bien que la durabilité soit un objectif louable au sens général, elle a un large éventail de significations et d'applications possibles. Les institutions de l'UE ont correctement défini le mot. 

Il est nécessaire d'établir une définition claire et précise de ce que nous entendons par durabilité, car seule cela nous permettra de fixer des buts et objectifs concrets et de développer des mesures claires et précises pour suivre nos progrès dans leur réalisation. L'implication de la Commission européenne semble être que l'agriculture biologique est essentiellement synonyme d'agriculture durable. Mais ce n'est qu'une simple hypothèse, faite sans référence à une multitude de préoccupations pratiques et évitant tout véritable examen scientifique des faits. 

La page Web de la Commission européenne sur l'agriculture durable loue les améliorations en matière de durabilité apportées par la politique agricole commune (PAC), mais n'a pas établi de définition correspondant aux objectifs atteints par la politique. La stratégie de la ferme à la fourchette est une feuille de route politique qui définit certains objectifs numériques, mais l'affirmation selon laquelle ces objectifs sont durables est simplement implicite. Pour que les consommateurs européens comprennent les objectifs de l'Union européenne dans le domaine de l'agriculture durable, nous devons établir des définitions qui décrivent de manière concise ce qu'est l'agriculture durable.

Dans un webinaire donné ou même le mot durabilité peut être jeté sans signification, soutenant souvent l'agenda de l'orateur. Cet orateur est souvent un partisan de l'agro-écologie ou du système de production alimentaire qui rejette les avancées de l'agriculture moderne. Et c'est un jeu équitable; ces défenseurs doivent avoir leur mot à dire dans le processus démocratique. Cela dit, ils cooptent souvent un terme qui n'est pas encore bien défini. Vous pouvez faire le test : arrêtez un consommateur moyen dans la rue et demandez-lui si nous devrions vouloir une alimentation plus durable. Qui serait en désaccord avec cela? Quant à savoir si nous devons soutenir une alimentation durable sans définir ce que cela signifie, c'est un peu comme demander si nous devons ou non vouloir de la « bonne » nourriture. Nous aurons des compréhensions différentes de ce que cela implique. Dans le secteur biologique, les normes de durabilité ne seraient pas respectées.

Des recherches crédibles ont établi que le passage de toute l'agriculture actuelle à l'agriculture biologique augmenterait les émissions de gaz à effet de serre (GES) jusqu'à 70% . Les chercheurs ont analysé le passage hypothétique de la production agricole galloise et anglaise à l'agriculture biologique et ont découvert que la réduction des rendements des cultures dans l'agriculture biologique augmentait la nécessité d'importer des aliments de l'étranger. En incluant les GES émis par la culture de cette nourriture à l'étranger - une partie de l'équation souvent ignorée des défenseurs de l'agriculture biologique - le total des GES émis augmenterait entre 21% dans le meilleur des cas et un étonnant 70%, selon la quantité d'habitat naturel et de forêt qui devait être défrichés pour compenser le déclin causé par le passage de l'Angleterre et du Pays de Galles à la production biologique. Pour l'Union européenne, qui vise un objectif de production bio de 25% en Europe, l'impact des importations outre-mer serait encore plus considérable. Alors que l'étude supposait que l'Angleterre et le Pays de Galles importeraient la majorité de la nourriture supplémentaire dont ils avaient besoin d'Europe, une UE biologique 25% comblerait ses déficits de production en important des aliments cultivés dans des pays moins développés avec des méthodes agricoles considérablement moins efficaces, ce qui augmenterait considérablement émissions.

Ainsi, alors que nous nous efforçons de définir la durabilité, pourquoi ne traitons-nous pas des faits et uniquement des faits ?

Publié à l'origine ici.

La stratégie interventionniste contre l'obésité de Boris Johnson échouera. Nous avons besoin de plus de choix, pas de moins pour mincir

L'obésité est en hausse comme jamais auparavant. Plus d'une personne sur quatre au Royaume-Uni est désormais obèse, l'un des moteurs du taux de mortalité de Covid. Au cours de l'année qui a précédé la pandémie, plus d'un million de personnes ont été hospitalisées pour un traitement lié à l'obésité en Angleterre.

Les hospitalisations record devraient être un signal d'alarme. Les autorités de santé publique, tant au niveau international que national, n'ont pas réussi à faire face à l'ampleur du défi. Public Health England et l'Organisation mondiale de la santé sont tous deux endoctrinés avec une vision tunnel interventionniste. Pour eux, lutter contre l'obésité, c'est interdire des choses, les taxer, essayer de manipuler les consommateurs avec des campagnes intrusives et tenter de leur faire honte pour qu'ils prennent de « meilleures décisions ». 

Ceux qui sont chargés de s'attaquer aux problèmes de santé publique lisent la même feuille d'hymne fatiguée des politiques qui ont échoué. Ils proposent des idées du XXe siècle pour faire face aux problèmes du XXIe siècle et leurs échecs ont des conséquences tragiques à une échelle énorme.

Le gros titre de cette épouvantable émission est le plan du gouvernement visant à interdire les publicités sur la malbouffe. La politique semble sur le point d'aller de l'avant après avoir été incluse dans le discours de la reine, malgré de vastes campagnes attirant l'attention sur les problèmes d'une approche trop intrusive, pour l'industrie de la publicité et pour tous les autres.

Ma mère, une mère célibataire immigrée de la classe ouvrière, dirige une petite entreprise de boulangerie depuis sa cuisine. Dans le cadre du plan d'interdiction des publicités, ma mère publiera des photos de ses gâteaux sur Instagram deviendra illégale. Et pour quoi? La propre analyse de la politique par le gouvernement a révélé qu'elle supprimerait en moyenne 1,7 calories de l'alimentation des enfants par jour, soit environ la moitié d'un Smartie.

Interrogé sur le cas d'une boulangerie disposant d'un compte Instagram, le porte-parole du Premier ministre n'a pas été en mesure de rassurer. Une source gouvernementale citée dans le Sunday Times plus tôt cette année a déclaré : « il y aura des mises en garde – cela ne vise pas les petites entreprises qui font la publicité de gâteaux faits maison en ligne. Il s'adresse aux géants de l'alimentation. On ne sait toujours pas comment une interdiction générale d'un certain type de publicité peut être légalement ciblée sur certaines entreprises et pas sur d'autres.

La solution à la crise de l'obésité réside dans une plus grande liberté de choix, pas moins. Même ces méchants géants de l'alimentation réagissent à la pression du public, désireux d'être vus en train de faire des efforts dans ce domaine. McDonald's, par exemple, propose cinq millions d'heures d'entraînement au football à travers le Royaume-Uni. Même les pubs britanniques jouent un rôle important, contribuant plus de 40 millions de livres sterling chaque année aux sports de masse.

Lorsque les gens expriment en masse leur inquiétude à propos d'un problème particulier, les acteurs privés se mettent en quatre pour se rendre utiles et faire quelque chose à ce sujet. D'innombrables entreprises investissent volontairement dans des régimes de vie sains ou réduisent leurs propres contributions à l'obésité. Tesco, par exemple, a présenté un plan ambitieux pour augmenter la proportion de ses ventes alimentaires composées de produits sains à 65 %, donnant l'exemple au reste de l'industrie à mesure que le marché évolue.

Les tentatives de centralisation des réponses aux crises de santé publique au sein du gouvernement et de concentration des responsabilités à Whitehall échouent systématiquement. Le nouveau programme radical de Tesco n'était pas motivé par les bureaucrates de la santé publique, mais plutôt par les demandes de ses propres actionnaires et la pression de concurrents, dont Sainsbury's et Marks & Spencer. Alors que Public Health England sévit contre les publicités Marmite et les photos Instagram de cupcakes, le groupe de personnes faisant sans doute plus que quiconque pour rendre la Grande-Bretagne plus saine sont des investisseurs privés.

Les entreprises et le choix des consommateurs sont nos alliés, et non nos ennemis, dans la lutte contre l'obésité. Plutôt que d'essayer de freiner la marée, exploitons le pouvoir du marché pour lutter contre l'obésité.

Publié à l'origine ici.

Україну названо найменш підготовленою країною до пандемії

Indice de résilience pandémique 2021.

Раніше цього місяця Consumer Choice Center опублікував свій перший Індекс стійкості до пандемії з метою аналізу готовності світових систем охорони здоров'я до кризи COVID-19. Індекс розглядає 40 країн через призму наступних факторів: схвалення вакцин, драйв вакцинації, а також кількість ліжок інтенсивної терапії та темпи тестування. Україна в ньому посіла останнє місце як найменш підготовлена до пандемії країна.

Стійкість країн була оцінена як найвища, вище середнього, середня, нижче середньожачнч. Ззраїль та о'є днанi арабськ еірати ччолrière рйтинг, В той час, як бллшшс країн єє поалал с рtinенннй рєоазалалinéprises рвр m'encip siдвйййоазаловраlopE. Британія та США — вище середнього.

Нова Зеландія та Україна продемонстрували найнижчу стійкість. У Виocculine c з новою зеландєюєю, її Відставання можна пояснити міцем розззашвання та стііі. Через те, що випадків було небагато, система охорони здоров'я не стикнулась з критичним випробуванням на непохитність і гнучкість.

Натомість у випадку з Україною — причини інші. Яrientes пострадezveve les représentants держава, яка проarras У поєднанні з корупцією, регуляторними бар'єрами для затвердження вакцин та неефективним управлінням, Україна не тільки не змогла на ранніх етапах ідентифікувати зростання рівня поширення ковіду та діяти відповідно, а й швидко адаптувати свою систему охорони здоров'я до новопосталих викликів.

Наприклад, Україні знадобилось на 84 дні більше ніж Великобританії і на більше ніж 50 днів більше ніж ЄС часу для того, щоб офіційно розпочати вакцинацію. Затримки більшою мірою є результатом недалекоглядності і відсутнаЗї антиковідності. Об'є днанi арабськ емррати, яrien є є світовим лдером з Вакцинаццї, роззали пере½ооовинbli. Гірший ніж Україна за цим індикатором індексу результат має тільки Австралія, яка почала вакцинацію 25-го лютого 2021-го року, на день пізніше ніж Україна.

Боротьбу з вірусом також підриває мала підтримка вакцинації серед українсякого. Згідно з опитуванням, проведеним Національним харківським інститутом соціологічних досліджень Дослідженням, станом на грудень 2020-го року лише 21 відсоток українців хотіли вакцинуватись – 40 відсотків були проти.

Середня к лкксть щоденних тестiel проведених В україні на 100 тисяч населенvre Такий показник є у 4 рази нижчий за Британію, у 14 – за Словаччину, та у 11 – за Кіпр. Відповідно до результатів Індексу, тільки Індія та Бразилія тестують менше нкж.

Стосовно кількості ліжок інтенсивної терапії, то Україна тут також на дні рейтингу. Перед початком ковіду в Україні було 4.1 ліжка на 100 тисяч населення. En plus de la version 10.1, et de la version 8.3.

Враховуючи те, що є всі підстави очікувати набагато більше подібних пандемій у майбутньому, надзвичайно важливо задуматися про нашу здатність передбачати такі загрози, розпізнавати їх на ранніх термінах, реагувати, не вдаючись до паніки та поспішного прийняття рішень, уникати дефіциту засобів захисту, виявляти та коригувати регуляторні бар'єри та, загалом, підтримують стан готовності. Україна має багато чого повчитись в інших країн, і Індекс є яскравим свідченням того, що індійський сценарій пандемії є досить реальним для України, якщо ми не розв'яжемо фундаментальні проблеми в системі охорони здоров'я.

Publié à l'origine ici.

proche
fr_FRFR