fbpx

Reducción de daños

Pentingnya Peran Pelaku Industri Vape untuk Mencegah Penyalahgunaan Produk

Rokok elektrik, yang dikenal juga dengan istilah vape, saat ini merupakan salah satu produk yang semakin banyak dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Saat ini, khususnya kita yang tinggal di daerah perkotaan, bisa dengan mudah menemukan berbagai pengguna vape, dan juga pertokoan yang menjual berbagai produk rokok elektrik dengan segala variasinya.

Ada berbagai alasan mengapa vape atau rokok elektrik mengalami peningkatan konsumen. Beberapa diantaranya adalah variasi rasa rokok elektrik yang sangat beragam dibandingkan dengan rokok konvensional, harganya yang lebih murah, khususnya bagi perokok aktif yang biasanya mengkonsumsi rokok dalam jumlah besar, hingga kandungan vape yang jauh lebih tidak berbahaya bila diband ingkan dengan rokok konvensional yang dibakar.

Tetapi di sisi lain, dengan semakin banyaknya pengguna rokok elektrik, tentu muncul berbagai penyalahgunaan terhadap produk vape yang ridak semestinya. Dan tidak jarang, berbagai penyalahgunaan tersebut juga menimbulkan korban. Misalnya, kejadian yang terjadi di Amerika Serikat beberapa waktu lalu, di mana ada beberapa pengguna vape yang meninggal setelah menggunakan produk vape palsu. Pemilik usaha vape palsu tersebut akhirnya segera ditangkap oleh pihak yang berwajib (npr.org, 9/10/2019).

Adanya produk vape ilegal, sama seperti produk-produk ilegal lainnya, tentu merupakan sesuatu yang sangat berbahaya bagi konsumen dan harus segera diatasi. Jangan sampai, banyak orang menjadi mengalami sakit hingga meninggal karena menggunakan produk-produk yang berbahaya.

Berbagai bentuk penyalahgunaan ini tentu bukan hanya hal yang terjadi di Amerika Serikat saja. Di Indonesia misalnya, ada berbagai praktik penyalahgunaan rokok elektrik atau vape yang bisa kita temui di berbagai tempat, dan harus dapat segera kita atasi.

Salah satunya misalnya, konsumen rokok elektrik di bawa umur. Padahal, vape atau rokok elektrik, sebagaimana produk-produk lain seperti rokok dan alkohol, merupakan produk-produk yang diperuntukkan untuk orang dewasa. Anak-anak merupakan kelompok usia yang harus dilarang mengkonsumsi berbagai produk-produk tersebut, dan siapa pun yang terlibat dalam penjualan produk rokok elektrik kepada anak-anak harus diberi sanksi.

Contoh lainnya misalnya adalah konsumsi vape yang dilakukan oleh ibu hamil. Hal ini tentu juga bukan sesuatu yang tepat untuk dilakukan. Tidak seharusnya, vape atau rokok elektrik dikonsumsi oleh perempuan hamil karena berpotensi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan bagi bayi yang dikandungnya.

Agar permasalahan penyalahgunaan tersebut bisa diatasi dengan baik, tentu aksi keterlibatan dari aparat penegak hukum untuk menindak pihak-pihak yang melanggar saja tidak cukup. Dibutuhkan pula peran aktif dan para pelaku usaha untuk terlibat secara langsung untuk mengatasi berbagai penyalahgunaan produk-produk rokok elektrik tersebut, yang tidak jarang dilakukan.

Berita baiknya, para pelaku usaha rokok elektrik di Indonesia bersedia mengambil langkah tersebut. Beberapa waktu lalu, asosiasi pelaku usaha vape, Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk membantu pemerintah dalam mencegah penyalahgunaan berbagai produk vape dan roko elektrik (finance.detik.com, 4/7/2023).

Ada beberapa langkah yang akan dilakukan oleh APVI sebagai wujud komitmen asosiasi tersebut dalam membantu pemerintah melakukan pencegahan penyalahgunaan rokok elektrik. Diantaranya adalah, aturan asosiasi bagi apra anggota APVI untuk tidak menjual produk-produk tersebut kepada anak-anak, perempuan hamil, dan juga orang-orang yang tidak merokok. Selain itu, APVI juga berkomitmen untuk melakukan edukasi publik untuk memperkecil potensi penyalahgunaan produk-produk vape.

Tetapi pada saat yang sama, APVI juga mengatakan bahwa sangat penting bagi pemerintah untuk dapat bersikap objektif terhadap kajian-kajian yang ada di luar negeri mengenai produk nikotin alternatif seperti vape. Sebagaimana yang sudah disampaikan oleh lembaga-lembaga kesehatan dunia seperti Public Health England dari Inggris, vape atau rokok elektrik merupakan produk yang 95% jauh lebih tidak berbahaya bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar (gov.uk, 19/8/2015)

Sikap objektif dari pemerintah terhadap berbagai kajian tersebut tentu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mencegah misinformasi mengenai vape dan rokok elektrik. Melalui hasil kajian tersebut, tentu diharapkan akan semakin banyak perokok yang berhenti merokok dan beralih ke produk alternatif yang jauh lebih tidak berbahaya untuk membantu mereka menghentikan kebiasaan merokoknya.

Tidak hanya dari sisi pelaku usaha, organizasi konsumen vape juga menyatakan komitmen mereka untuk mencegah penyalahgunaan vape dan produk nikotin alternatif. Aliansi Vapers Indonesia (AVI), yang merupakan organisasi konsumen vape, menyatkan bahwa mereka mendukung upaya APVI untuk mencegah peyalahgunaan produk-produk vape melalui berbagai kegiatan kampanye dan sosialisasi. Selain itu, AVI juga mengkampanyekan kepada para anggotanya untuk ikut turut menyebarkan informasi tentang hal tersebut (finance.detik.com, 4/7/2023).

Sebagai penutup, komitmen yang ditunjukkan oleh APVI dan juga AVI ini untuk mencegah berbagai penyalahgunaan rokok elektrik dan produk nikotin alternatif tentu sesuatu yang patut untuk didukung dan diapresiasi. Diharapkan, melalui komitmen ini, sosialisasi dan kampanye mengenai pencegahan penyalahgunaan tersebut dapat semakin masif, dan akan semakin sedikit orang-orang yang menggunakan rokok elektrik secara yang bukan semestinya.

Publicado originalmente aquí

Revisando la cruzada global multimillonaria de Michael Bloomberg contra la reducción de daños

Durante años, hemos cubierto el alcance de las campañas multimillonarias del exalcalde de la ciudad de Nueva York, Michael Bloomberg, para tratar de moldear la vida de los consumidores comunes.

Lo que comenzó como un antiguo campaña estatal de niñera on Big Gulps en la ciudad de Nueva York se ha convertido en una operación masivamente financiada que utiliza subvenciones y fondos de ONG en muchos problemas relacionados con el tabaco, principalmente para prohibir las alternativas a la nicotina, como los productos de vapeo.

En 2019, Bloomberg se comprometió $160 millones para lograr que los estados y localidades de EE. UU. Prohíban los productos de vapeo con sabor, en su mayoría canalizados a grupos antitabaco que han pasado de campañas de "dejar de fumar" a "dejar de consumir nicotina en todas sus formas".

Esos esfuerzos se escalaron rápidamente al nivel de la Organización Mundial de la Salud, incluida la financiación de millones de grupos antitabaco de EE. UU. para llegar incluso a Prohibir completamente las alternativas a la nicotina. en países en desarrollo de América Latina, Asia y más. Si bien las naciones en estos continentes suelen tener poblaciones de fumadores más grandes que en los EE. UU. y Europa, hasta ahora se han visto privados de las alternativas de nicotina que salvan vidas y que servirían como un cambio menos dañino para dejar de fumar.

En nombre de “detener el tabaco”, Bloomberg y las organizaciones que financia han buscado activamente envenenar el pozo de la reducción del daño del tabaco al calificar erróneamente los productos de vapeo como “tan malos” como el tabaco combustible. Aunque las agencias de salud en naciones como el Reino Unido, Nueva Zelanda e incluso Canadá recomendar activamente vapear productos para que los fumadores dejen de fumar, esta opción se mantiene fuera de la mesa en los países en desarrollo donde Bloomberg tiene influencia.

En febrero de este año, el compromiso de Bloomberg de restringir severamente la reducción de daños aumentó significativamente a casi $420 millones, con la esperanza de impulsar una campaña global más grande en 110 países de todo el mundo para impedir que los ciudadanos accedan a alternativas a la nicotina que sean menos dañinas.

Más de $280 millones de ese dinero se centrarán en los países en desarrollo, ofreciendo subvenciones a grupos políticos, agencias de salud y políticos para implementar una agenda de tolerancia cero con la nicotina.

El problema con el enfoque de Bloomberg y, por extensión, con las docenas de grupos de salud y antitabaco que financia, es su negación de la evidencia científica real sobre la reducción del daño del tabaco.

En lugar de respaldar las alternativas derivadas del mercado que han tenido éxito en lograr que los fumadores adultos dejen de fumar, de manera mucho más efectiva que los programas de educación del gobierno, han creado una equivalencia falsa entre el vape y el cigarrillo.

Eso no solo daña la salud pública, sino que continúa alimentando una narrativa de desinformación que ha capturado a muchos investigadores de salud pública y agencias gubernamentales. Sabemos esto muy bien por nuestra encuesta transnacional de los profesionales de la salud en Europa, en el que muchos médicos simplemente desconocían la creciente categoría de alternativas a la nicotina menos dañinas, como el vapeo, las barras de calor que no queman, las bolsas de nicotina y más.

Mientras Bloomberg continúa su cruzada global contra la reducción de daños, y muchos grupos toman su batuta para llevar a cabo políticas que nieguen opciones más seguras a los fumadores que las necesitan en los países en desarrollo, los investigadores y activistas deben seguir subrayando la necesidad de opciones y opciones de consumo cuando se trata de llega a las alternativas a la nicotina.

Los consumidores, los líderes políticos y los activistas comunitarios deben defender la evidencia tanto científica como anecdótica proporcionada por la revolución dirigida por los consumidores en la reducción de daños. Solo entonces podremos continuar salvando vidas, influir en mejores políticas y garantizar una generación de personas que tendrán más opciones para vivir sus vidas, no menos.

El gobierno debe dejar de difundir mitos sobre el vapeo para evitar la difusión de información falsa

KUALA LUMPUR, 25el mayo 2023 – El Consumer Choice Center (CCC) exige que el gobierno deje de emitir mitos o afirmaciones falsas acerca de que el vapeo es más peligroso que los cigarrillos para evitar malentendidos y la difusión de información inexacta a los consumidores y al público.

El representante del Centro de Elección del Consumidor de Malasia, Tarmizi Anuwar, dijo: “Es hora de que el gobierno deje de difundir mitos o información falsa sobre que el vapeo es supuestamente más peligroso que los cigarrillos. Muchos estudios científicos reconocidos internacionalmente han concluido que cambiar completamente al vapeo brinda importantes beneficios para la salud en lugar de continuar fumando.

En septiembre de 2022, la última investigación del Instituto de Psiquiatría, Psicología y Neurociencia (IoPPN) del King's College de Londres descubrió que el uso de productos de vapeo en comparación con fumar conduce a una reducción significativa en la exposición a toxinas que promueven el cáncer, enfermedades pulmonares y cardiovasculares. enfermedad.

Además, Tarmizi también dijo que las afirmaciones sobre el vapeo que causan enfermedades como EVALI y el pulmón de palomitas de maíz son completamente engañosas como se anuncia y es necesario que haya una ley basada en hechos y estudios científicos para regular los productos de vapeo de inmediato.

“Tantas noticias engañosas conectan los cigarrillos electrónicos con lesiones pulmonares conocidas como EVALI. Pero la causa principal es el abuso de sustancias prohibidas que contienen acetato de vitamina E y no productos de vapeo legales”.

“Un estudio realizado por Research Cancer UK indica que los cigarrillos electrónicos generalmente no causan la enfermedad pulmonar conocida como pulmón de palomitas de maíz. Hasta la fecha, no se han informado casos confirmados de pulmón de palomitas de maíz entre personas que usan cigarrillos electrónicos o productos de vapeo”.

“Es por eso que es importante que los hechos y la ciencia se utilicen como el medio principal para formular una legislación destinada a establecer estándares de calidad y seguridad para el vapeo. Esto no solo protege a los consumidores, sino que también garantiza que el vapeo sea una de las herramientas efectivas para ayudar a las personas a dejar de fumar”.

Con respecto a los llamados muchos adolescentes en todo el mundo que se vuelven adictos a la nicotina y fuman cigarrillos debido al vapeo, Tarmizi cree que no hay datos que respalden la opinión de que este problema se está extendiendo entre los adolescentes, pero cree que no se debe permitir vapear a menores de edad.

Recientemente, el director del Centro de Productos de Tabaco, Administración de Alimentos y Medicamentos, el Dr. Brian King, dijo que el vapeo no es una puerta de entrada al tabaquismo para los adolescentes. Dijo que el uso de cigarrillos y tabaco libre de humo ha disminuido más rápidamente desde 2012, cuando el uso de cigarrillos electrónicos comenzó a aumentar.

Además, la organización benéfica de salud que tiene como objetivo acabar con los peligros del tabaco establecida por el Royal College of Physicians, Action on Smoking and Health, afirma que las tasas de tabaquismo entre los jóvenes están en su punto más bajo en el Reino Unido y que el uso de dispositivos electrónicos los cigarrillos por jóvenes entre 11-18 años es raro.

“Sin embargo, no se debe permitir que los menores vapeen. Para evitar o reducir el riesgo de que esto suceda, el gobierno debe hacer cumplir las restricciones de edad a través de reglas inteligentes, como el uso de tecnología moderna de verificación de edad para las ventas en línea”, concluyó.

LA ARROGANCIA DEL GOBIERNO DESAFIA LOS HECHOS CIENTÍFICOS

Puede sorprender a aquellos que necesitan familiarizarse más con cómo funciona la política en Hungría. Aún así, todo sigue igual para quienes están familiarizados con la posición del gobierno en cuestiones de política.

Cada vez que los miembros de la oposición en el parlamento plantean un tema de política sensible, el gobierno húngaro encuentra una manera de desacreditar al parlamentario, empujar el tema fuera de la mesa o ignorarlo por completo. Esto no fue diferente cuando László Lukács, líder del grupo del partido Jobbik-Conservadores, preguntó al Ministro del Interior una pregunta sobre la revisión de la regulación relativa a los cigarrillos electrónicos. (Podría valer la pena otro artículo sobre lo que el Ministro del Interior tiene que ver con los temas de salud, pero Hungría no ha tenido un Ministerio de Salud desde que Fidesz asumió el cargo hace 13 años).

El parlamentario Lukács preguntó sobre la posibilidad de cambiar la ley ya que tiene siete años de vigencia y nuevas evidencias científicas han salido a la luz en muchos países; la gente ha experimentado resultados positivos gracias a legislaturas más flexibles y al sentido común.

Pero esto es Hungría, donde muchos asuntos políticos se topan con la arrogancia de los funcionarios del gobierno que ignoran los hechos y solo se enfocan en humillar a sus colegas en la oposición.

La respuesta del Secretario de Estado fue relativamente directo. El gobierno húngaro considera que el vapeo es dañino y no planea cambiar la legislación actual: sin consideración, sin apertura a nuevos estudios y sin interés en buscar las mejores prácticas.

La actitud del secretario de Estado ha conmocionado a Michael Landl, director de la Alianza Mundial de Vapeadores (el invitado en nuestro podcasthace algunos meses), quien emitió un comunicado de prensa sobre el comunicado oficial presentado por el gobierno húngaro. Según el Sr. Landl, “Es impactante que el gobierno húngaro todavía pedalee mitos desgastados y desacreditados sobre el vapeo. Rétvári ignora sistemáticamente la evidencia científica que demuestra los beneficios del vapeo, sin mencionar la experiencia de primera mano de millones de vapeadores. vapear es 95% menos dañino que fumar y un método más eficaz para dejar de fumar que las terapias tradicionales como los chicles y los parches de nicotina. El enfoque húngaro del vapeo no hará más que costar vidas”. 

El director de la WVA también afirma que tla declaración muestra que Hungría ignora la ciencia y difunde información errónea sobre el vapeo. El dijo que “Esta no es una buena señal para la salud pública. Vapear no es lo mismo que fumar y debe tratarse de manera diferente. Equiparar una alternativa 95% menos dañina con fumar evitará que miles de fumadores dejen de fumar”.

Vale la pena señalar que el gobierno húngaro ignora los ejemplos suecos y británicos que muestran el éxito del uso del vapeo como una herramienta de reducción de daños para dejar de fumar. Estos dos países están experimentando tasas de tabaquismo récord y enfermedades atribuidas al tabaquismo, y brindan al mundo buenos ejemplos de cambio de fumar a vapear. Esto, sin embargo, cae en saco roto en el prohibicionista gobierno húngaro, que probablemente también defendería la brujería si sus intereses así lo requirieran.

Publicado originalmente aquí

Pentingnya Peneliti Indonesia Meneliti Kebijakan Reducción de daños di Negara Lain

Rokok elektrik, atau yang dikenal juga dengan nama vape, saat ini merupakan produk yang digunakan oleh banyak orang di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Kita, khususnya yang tinggal di wilayah perkotaan, tentu sudah tidak asing lagi melihat penggunaan rokok elektrik di berbagai tempat.

Indonesia sendiri memiliki jumlah populasi pengguna vape yang tidak kecil. Tercatat pada tahun 2022 lalu misalnya, Indonesia memiliki sekitar 2,2 juta pengguna vape, di mana angka ini merupakan peningkatan sebesar 40% dari tahun 2021 (ekonomi.bisnis.com, 18/7/2022).

Jumlah pengguna di atas 2 juta orang tentu bukan merupakan angka yang kecil. Dengan besarnya jumlah pengguna vape tersebut, tentu ada alasan yang beragam yang membuat para konsumen untuk menggunakan produk tersebut. Mulai dari alasan finansial, bahwa secara total biaya vape lebih murah dibandingkan rokok, hingga vape digunakan sebagai alat yang dapat membantu para penggunanya untuk mengurangi atau berhenti merokok.

Vape atau rokok elektrik sendiri memang sudah menjadi salah satu alat yang difungsikan untuk membantu para perokok untuk mengurangi hingga menghentikan kebiasaan merokoknya. Inggris misalnya, Melalui National Health Service (NHS), telah merekomendasikan rokok elektrik sebagai alat untuk membantu para perokok untuk berhenti merokok (nhs.uk, 10/10/2022).

Di sisi lain, tidak sedikit pula pihak-pihak yang memiliki tanggapan negatif terhadap fenomena meningkatnya pengguna vape di Indonesia. Mereka yang memiliki sikap sangat kontra, umumnya berpandangan bahwa vape atau rokok elektrik merupakan produk yang sangat berbahaya bagi kesehatan publik sehingga harus dilarang, atau setidaknya diregulasi secara sangat ketat.

Beberapa lembaga kesehatan dunia sendiri justru telah menyatakan bahwa rokok elektrik atau vape merupakan produk yang lebih aman dibandingkan rokok konvensional yang dibakar. Lembaga kesehatan publik asal Inggris, Public Health England, misalnya, pada tahun 2015 lalu, mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa vape merupakan produk yang 95% lebih tidak berbahaya bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar (theguardian.com, 28/12/ 2018).

Itulah sebabnya, vape cukup sering digunakan sebagai alat untuk membantu kebijakan reducción de daños dari rokok. Reducción de daños sendiri merupakan serangkaian kebijakan atau programa yang ditujukan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan produk tertentu yang berbahaya, seperti rokok misalnya.

Menjadikan vape atau rokok elektrik sebagai alat untuk membantu programa dan kebijakan reducción de daños sendiri mungkin merupakan sesuatu yang belum terlalu akrab di telinga publik. Tidak bisa dipungkiri, salah satu penyebab utama dari hal ini adalah masih banyak pihak-pihak yang memiliki pandangan bahwa vape merupakan produk yang sama bahayanya, atau bahkan jauh lebih berbahaya, dari rokok konvensional yang dibakar.

Untuk itu, sangat penting bagi para peneliti dan juga para pembuat kebijakan untuk bekerja sama dan saling bertukar pengalaman dengan para peneliti dan juga pembuat kebijakan reducción de daños di negara lain. Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki potensi untuk melakukan hal tersebut.

Beberapa waktu lalu misalnya, ada peneliti asal Indonesia yang memaparkan penelitian mengenai pengurangan bahaya tembakau di sebuah konferensi di ibukota Filipina, Manila. Dalam konferensi tersebut, tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (FKG UNPAD) memaparkan mengenai penelitian mereka mengenai masalah tingkat merokok yang tinggi di Indonesia dan dampaknya terhadap kesehatan, khususnya terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Dalam pemaparannya, tim FKG UNPAD menyatakan bahwa terdapat perbedaan perfil risiko pengguna vape dan produk tembakau yang dipanaskan dengan rokok konvensional. Risiko vape dan tembakau yang dipanaskan terhadap kesehatan lebih rendah bila dibandingkan dengan rokok (tribunnews.com, 24/3/2023).

Selain itu, dipaparkan juga oleh tim tersebut bahwa produk vape dan tembakau yang dipanaskan memiliki peran potensial untuk membantu para perokok aktif untuk mengurangi kebiasaan merokoknya. Tidak hanya itu, tim dari FKG UNPAD tersebut juga melakukan studi yang mengevaluasi penggunaan vape dan tembakau yang dipanaskan secara jangka panjang, yang juga berkolaborasi dengan berbagai peneliti dari negara lain seperti Italia, Polonia y Moldova (tribunnews.com, 24/3/2023) ).

Adanya peran aktif para peneliti Indonesia di konferensi internasional dan juga kerja sama dengan peneliti dari negara lain tentu merupakan hal yang patut untuk diapresiasi dan didukung. Permasalahan kesehatan publik yang disebabkan oleh rokok tentu bukan hanya masalah besar yang melanda Indonesia, tetapi juga masalah besar yang dialami oleh banyak negara di dunia.

Sebagai penutup, rokok merupakan salah satu masalah kesehatan publik terbesar di Indonesia saat ini, mengingat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi perokok dewasa tertinggi di dunia. Melalui kerjasama dan kolaborasi penelitian tersebut, diharapkan akan tercipta ekosistem penelitian mengenai program dan kebijakan harm reduction yang lebih komprehensif, dan para peneliti dan pembuat kebijakan di Indonesia bisa saling belajar satu sama lain dan bertukar pengalaman dengan para peneliti dan pembuat kebijakan dari negara-negara yacía .

Publicado originalmente aquí

El Reino Unido entregará un millón de kits de inicio de vapeo a los fumadores que buscan dejar de fumar

El Ministerio de Salud entregará los kits como parte de una nueva campaña contra el tabaquismo que incluye planes para tomar medidas enérgicas contra las ventas ilícitas de vapeadores. 

Si bien los grupos oficiales de salud pública del Reino Unido, como Public Health England (PHE) y Action on Smoking and Health (ASH), siguen asegurando que hay ninguna epidemia de vapeo adolescente Mientras argumenta a favor de los beneficios de los vaporizadores para dejar de fumar, The Guardian acaba de publicar un artículo que afirma que el vapeo adolescente es una "catástrofe de salud pública".

“Me preocupa que estemos sonámbulos hacia una catástrofe de salud pública con una generación de niños adictos a la nicotina”, dijo el profesor Andrew Bush, médico especialista en neumología pediátrica en los hospitales Royal Brompton y Harefield, como citado por el guardián. El artículo continuó citando a varios padres que están expresando sus preocupaciones sobre los hábitos de vapeo de sus hijos.

Mientras tanto, el Consumer Choice Center (CCC) citó un informe de Action on Smoking and Health (ASH) de 2021, que examinó los comportamientos de vapeo entre los jóvenes en el Reino Unido y encontró que una abrumadora mayoría (83%) de adolescentes y preadolescentes de entre 11 años y 18, nunca han probado ni oído hablar de los cigarrillos electrónicos. Este hallazgo se ha mantenido constante desde 2017.

Leer el texto completo aquí

El gobierno de unidad necesita legislar rápidamente la venta de solo vaporizadores 'registrados' para prevenir el abuso de drogas

EL Consejo de Abuso de Sustancias de Malasia (MASAC, por sus siglas en inglés) ha pedido al Gobierno que establezca un presupuesto especial para estudios adicionales con miras a crear una ley especial que ordene que los comerciantes solo puedan vender vaporizadores aprobados por el Gobierno.

Según el presidente de MASAC, Ahmad Lutfi Abdul Latiff, el resultado de la presencia de varias marcas de vape que no pasan por el proceso de aprobación adecuado ha resultado en vapes aromatizados con sustancias prohibidas, como drogas, disponibles en el mercado.

“Esto ha resultado en que más adictos a las drogas comiencen a fumar drogas mediante el uso de vapeadores que no están registrados con el gobierno antes de cambiar gradualmente a tipos de drogas más peligrosos en el futuro”, destacó en la lista de deseos revisada del Presupuesto 2023 de MASAC.

“Es necesario optimizar los esfuerzos para crear una legislación especial para vender solo vaporizadores registrados, la capacidad de controlar el uso de sustancias prohibidas, como las drogas, de uso generalizado, especialmente entre los adolescentes, y para aumentar los ingresos del gobierno de los impuestos a los vaporizadores registrados”.

Mientras tanto, el Centro de Elección del Consumidor (CCC) está de acuerdo con la Ministra de Salud, la Dra. Zaliha Mustafa, con respecto a las preocupaciones sobre la venta de productos relacionados con el vapeo a niños.

Según el representante de su capítulo de Malasia, Tarmizi Anuwar, CCC no apoya el vapeo por parte de jóvenes o niños menores de 18 años y sugirió que el gobierno implemente rápidamente leyes inteligentes para regular la venta y comercialización de productos de vapeo.

Leer el texto completo aquí

El caso de vape de la actriz taiwanesa desencadena un debate sobre la regulación de las alternativas al tabaquismo

UNA SOCIAL La publicación en los medios de comunicación de la actriz taiwanesa Charlene An sobre su detención por parte de la policía tailandesa y la fuerte multa que tuvo que pagar por posesión de un producto de vapeo en Bangkok provocó debates sobre los méritos de la alternativa libre de humo y la necesidad de regulaciones razonables.

An dijo que ella y sus amigos tuvieron que pagar 27.000 baht (alrededor de S$1.080) antes de poder irse después de que la policía tailandesa los detuviera y los amenazara con cargos penales por posesión de un dispositivo de vapeo. El comisionado de policía de Tailandia se disculpó luego de la publicación de An y siete oficiales fueron investigados por presunta extorsión.

Después de este incidente que se volvió viral en las redes sociales, se produjeron llamados de grupos de defensa de todo el mundo sobre la importancia de una regulación razonable y basada en la ciencia que rija las alternativas libres de humo, como los vaporizadores y los productos de tabaco para calentar.

La Unión de Consumidores de Nicotina de Filipinas (NCUP) hizo un llamado a los gobiernos para que reconsideren las alternativas de cigarrillos menos dañinas para reducir el daño causado por fumar.

“Esperamos que otros países del sudeste asiático, incluida Tailandia, reconozcan el concepto de reducción de daños por tabaco (THR) para salvar a millones de fumadores de enfermedades pulmonares, cáncer e incluso la muerte. Los fumadores deben tener acceso a productos menos dañinos y tomar mejores decisiones por sí mismos”, dijo Anton Israel, presidente de NCUP.

“Los vaporizadores y los productos de tabaco calentado son productos de reducción de daños del tabaco que liberan nicotina sin quemar el tabaco, lo que reduce significativamente la cantidad de sustancias químicas nocivas que fumar.

Muchos países progresistas, incluidos el Reino Unido y Japón, reconocen el papel de estos productos para ayudar a los fumadores a abandonar los cigarrillos. Ambos países registraron una disminución significativa en la prevalencia del tabaquismo luego de la introducción de vaporizadores y productos de tabaco para calentar”, agregó Israel.

Leer el texto completo aquí

La represión policial de Tailandia contra los turistas con dispositivos de vape muestra que necesitan desesperadamente políticas de reducción de daños

Reducción de daños versus fumar

Si practica la reducción de daños y tiene un dispositivo de vapeo en su bolsillo, parece que Tailandia es el último lugar que querrá visitar.

En los últimos días, se reveló que los policías supuestamente extorsionaron a una actriz taiwanesa con más de 27,000 baht ($820) por… espera… tener un dispositivo de vapeo.

La actriz taiwanesa Charlene An se subió a un taxi con amigos después de una noche de fiesta en la capital tailandesa y fue atrapada con un vaporizador y retenida por la policía y no se le permitió salir hasta que pagó la fuerte multa.

Los policías tienen por fin ha sido transferido y pueden enfrentar sus propios cargos, mientras que la policía ha sido obligado a disculparse al turista taiwanés por el grave paso en falso.

Esto no es solo un abuso de poder e irresponsable por derecho propio, sino que prueba nuevamente por qué Tailandia debe modernizar sus políticas de reducción de daños y adoptar alternativas al tabaquismo como el vapeo y otros productos.

Antes de eso, en 2019, un turista de Francia fue arrestado, multado, encarcelado y deportado solo por vapear. Tuvo que asumir costos legales, gastos y multas de aproximadamente 286 000 baht ($8730) en solo una semana.

Para cualquier turista, esto puede ser inquietante, pero es aún más problemático que los residentes locales no tengan acceso a productos legales para la reducción de daños. Esto es lo que sucede cuando la propia política del gobierno ve el vapeo como una amenaza.

El gobierno tailandés debe reevaluar de inmediato su política sobre el vapeo y tener en cuenta la propuesta del ministro Thanakamanusorn para legalizar el uso del vapeo como una forma de dar a los fumadores la opción de dejar de fumar.

El gobierno debería replicar la implementación de políticas en países como el Reino Unido que han logrado reducir significativamente las tasas de tabaquismo a través del reconocimiento de la reducción de daños como estrategia principal.

Según los datos publicados recientemente por la Oficina Nacional de Estadísticas del Reino Unido, la cantidad de fumadores mayores de 18 años ha disminuido del 14,0 % en 2020 al 13,3 % en 2021. De hecho, esta es la disminución más efectiva desde que se registró por primera vez en 2011 en un 20,2 por ciento.

En agosto del año pasado, el ministro de Salud Pública y viceprimer ministro de Tailandia, Anutin Charnvirakul, declaró que los cigarrillos electrónicos presentan riesgos significativos para la salud de los usuarios y que el vapeo ayuda a crear nuevos fumadores, especialmente entre los jóvenes de Tailandia.

Según un estudio reciente de la Oficina para el Mejoramiento y las Disparidades de la Salud, el Reino Unido indicó que vapear redujo significativamente la exposición a sustancias nocivas en comparación con fumar, como lo demuestran los biomarcadores asociados con el riesgo de cáncer y afecciones respiratorias y cardiovasculares.

Además, una encuesta analítica realizada por Lee, Coombs y Afolalu (2018) dijo que los factores reales del vapeo entre los jóvenes aún no se han probado. Además, según el Real Colegio de Médicos, los informes que indican que los adolescentes que usan vapeo corren el riesgo de potencialmente dar a luz a una generación afectada por la nicotina no se basan en evidencia.

Si los formuladores de políticas tuvieran esto en cuenta, tal vez habría más personas con diferentes opciones para la reducción de daños en Tailandia, y tal vez menos casos de abuso por parte de agentes de policía.

Tarmizi Anuwar es la asociada de país de Malasia del Consumer Choice Center.

Rokok Elektrik y Miskonsepsinya

Rokok elektrik atau vape saat ini merupakan salah satu produk yang menjadi bagian keseharian yang tidak bisa dilepaskan dari jutaan orang di seluruh dunia, termasuk juga tentunya di Indonesia. Di berbagai tempat, khususnya di wilayah perkotaan, kita bisa dengan mudah menemukan berbagai pengguna vape, dan juga berbagai pertokoan yang menjual produk-produk rokok elektrik yang sangat beragam.

Semakin banyaknya konsumen yang memilih untuk mengkonsumsi vape atau rokok elektrik ini tentu disebabkan oleh berbagai hal. Setiap orang tentu memiliki alasan yang berbeda-beda mengenai mengapa mereka menggunakan vape, mulai dari harganya yang secara umum lebih murah dibandingkan dengan rokok konvensional, pilihan rasa yang lebih beragam, dan juga untuk membantu mereka mengurangi konsumsi rokok konvensional yangbersa dibakarim, yang bibag penyakit kronis.

Di sisi lain, ada juga sebagian kalangan yang memiliki sikap kritis dalam menanggapi semakin meningkatnya pengguna vape atau rokok elektrik yang ada di Indonesia. Mereka berpandangan bahwa vape merupakan produk yang sangat berbahaya, sama seperti rokok konvensional yang dibakar.

Padahal, sudah ada laporan yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga kesehatan internasional yang menyatakan bahwa, vape atau rokok elektrik merupakan produk yang jauh lebih aman bila dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar. Salah satu dari lembaga kesehatan yang telah mengeluarkan laporan tersebut adalah lembaga kesehatan publik asal Britania Raya, Public Health England (PHE). PHE dalam laporannya menyatakan bahwa vape atau rokok elektrik merupakan produk yang 95% jauh lebih tidak berbahaya bila dibandingkan dengan rokok konvensional (theguardian.com, 28/12/2018).

Oleh karena itu, untuk melihat fenomena tersebut secara lebih dalam, beberapa waktu lalu, lembaga advokasi konsumen internacional, Consumer Choice Center (CCC), melakukan riset mengenai persepsi masyarakat terkait dengan kebijakan reducción de daños produk-produk tembakau, khususnya rokok konvensional yang dibakar. Penelitian itu sendiri dilakukan di dua negara Eropa, yakni Jerman dan Prancis.

Meskipun sudah ada laporan yang dikeluarkan oleh lembaga kesehatan publik dari berbagai negara bahwa vape atau rokok elektrik jauh lebih tidak berbahaya dibandingkan dengan rokok konvensional yang dibakar, tetapi masih banyak miskonsepsi yang diyakini oleh banyak orang. Hal ini bisa dilihat dari hasil laporan yang dilakukan oleh CCC.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh CCC misalnya, di Jerman, hanya ada 3 dari 15 dokter yang pernah mendengar dan mengetahui istilah reducción de daños untuk mengurangi dampak buruk dari rokok. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa, sebagian besar dokter di Jerman tidak menganggap bahwa produk-produk vape atau rokok elektrik sebagai alat yang bisa digunakan untuk programa de reducción de daños (consumerchoicecenter.org, 2022).

Sebagai catatan, reducción de daños sendiri merupakan serangkaian kebijakan kesehatan publik yang dirancang dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dari perilaku sosial tertentu. Hal ini mencakup berbagai perilaku, seperti konsumsi rokok, kegiatan seksual yang beresiko, dan lain sebagainya.

Kembali ke penelitian yang dilakukan oleh CCC, hal ini cukup berbeda dari hasil penelitian yang ada di Prancis. Di negara tempat Menara Eiffel tersebut, besar dokter sebagian pernah mendengar dan mengetahui istilah reducción de daños, dan menganggap bahwa vape atau rokok elektrik bisa digunakan sebagai alat reducción de daños.

Hasil penelitian lainna, ditembukan bahwa 33% perokok di Prancis dan 43% perokok di Jerman menganggap bahwa rokok elektrik memiliki bahaya yang sama atau bahkan lebih berbahaya dari rokok konvensional yang dibakar. Selain itu 69% perokok di Prancis dan 74% perokok di Jerman menganggap nikotin dapat menyebabkan kanker.

Hal ini adalah pandangan yang sangat keliru, karena nikotin dalam rokok merupakan kandungan yang menyebabkan ketagihan, namun nikotin tidak menyebabkan kanker. Ada berbagai terapi berbasis nikotin yang aman yang disarankan oleh dokter untuk para perokok yang ingin berhenti merokok (cancerresearchuk.org, 24/3/2021),

Adanya miskonsepsi tersebut juga menimbulkan dampak yang negatif dan membuat para perokok di kedua negara tersebut menjadi lebih sulit untuk menghilangkan kebiasaannya yang sangat berbahaya tersebut. Berdasarkan riset yang dilakukan CCC misalnya, 29% perokok di Prancis dan 45% perokok di Jerman tidak pernah mendapatkan masukan dari dokter tentang bagaimana langkah efektif yang bisa mereka lakukan untuk berhenti merokok.

Dari penelitian CCC di atas, meskipun dilakukan di dua negara Eropa, ada hal yang bisa ditarik dan memiliki relevansi dengan fenomena yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia sendiri, miskonsepsi mengenai rokok elektrik merupakan sesuatu yang sangat umum. Beberapa waktu lalu misalnya, tidak sedikit pekerja medis misalnya yang mengadvokasi agar pemerintah melarang seluruh produk vape yang ada di Indonesia (cnnindonesia.com, 24/9/2019).

Sebagai penutup, adanya miskonsepsi mengenai produk-produk vape dan juga kegunannya sebagai alat reducción de daños bagi para perokok tentu akan sangat merugikan publik, khususnya mereka yang sudah kecanduan dengan rokok dan memiliki keinginan untuk berhenti. Hal ini semakin berbahaya terutama di negara dengan tingkat perokok yang sangat tinggi seperti di Indonesia. Untuk itu, adanya kampanye mengenai pentingnya produk-produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik untuk alat reducción de daños merupakan sesuatu yang sangat penting, agar semakin banyak orang-orang yang bisa terbantu untuk mereka berhenti merokok.

Publicado originalmente aquí

Vuelve al comienzo
es_ESES